Ngentod Dengan 2 Gadis SMA Cantik Dan Montok di Toilet Sekolah.
Ngentod Dengan 2 Gadis SMA Cantik Dan Montok di Toilet Sekolah.
DetikGadis - Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara temantemanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini.
Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tibatiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acakacakan.
Halo Mas? sapa salah satu cewek itu padaku.
Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu miripmirip bintang sinetron Bunga lestari.
Halo juga jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tibatiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
Loh, dari mana, kok berduaan aja? tanyaku coba berbasabasi.
Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar.. jawab cewek itu sambil duduk di depanku. Cerita Mesum
Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan mutermuter gak ketemu jalan sama orang lanjutnya kemudian.
Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orangorang atau rombongan pecinta alam.
Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin? jawabku.
Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburuburu, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.
Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewekcewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.
Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.
Mas namanya siapa? tanya cewek yang berambut pendek.
Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina katanya lagi.
Namaku Son jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih.. tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih jawabku.
Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.
Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruhnyuruh? godaku pada Adek.
Tolong deh Mas.. Adek capek banget Nanti gantian deh.. rayu Adek padaku.
Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya? godaku lebih lanjut.
Maunya tuh.. tapi bereslah.. jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.
Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.
Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.
Emangnya ini di warung kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.
Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.
kamu sakit ya Lin? tanyaku.
Nggak Mas hanya kedinginan katanya pelan.
Butuh kehangatan tuh Mas Son potong Adek sekenanya.
Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh janganjangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.
Masih pada kuat jalan nggak? tanyaku pada 2 orang cewek ini.
Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan lanjutku.
Baru saja selesai aku bicara, tibatiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.
Duer!!
Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintikrintik air hujan.
Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang kataku sambil mematikan kompor parafinku.
Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini! perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.
Aku, Adek, dan Lina segera berdesakdesakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.
Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.
Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.
Tapi copot sepatunya lanjutku kemudian.
Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,
Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya ucapku pada Adek dan Lina.
Mas Son gak kedinginan.. tanya Lina tibatiba.
Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini? jawabku apa adanya.
Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil kataku mencoba bercanda.
Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.
Waduh, gak salah denger nih? pikirku.
Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.
Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.
Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remangremang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada katakata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.
Badan Mas Son hangat ya Lin? kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.
Samarsamar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.
Ehm.. aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.
Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusiasiakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Isengiseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai merabaraba kebagian daerah buah dada Adek.
Ehm.. Adek ternyata hanya berdehem pelan.
No comments