Breaking News

Melihat Karya Seni Orang Gangguan Jiwa di Halte Harmoni

Melihat Karya Seni Orang Gangguan Jiwa di Halte Harmoni

Melihat Karya Seni Orang Gangguan Jiwa di Halte Harmoni

DetikGadis - Halte TransJakarta Harmoni, Jakarta Pusat, hari ini dihiasi dengan puluhan lukisan. Siapa sangka, lukisan-lukisan itu ternyata karya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).




Pantauan wartawan di Halte Harmoni, Jumat (31/8/2018), ada 34 lukisan yang terpasang di dinding. Lukisan itu disebar di sekitar 10 titik area halte.

Tema lukisan juga beragam mulai dari gambar wajah, pistol, hingga abstrak. Kehadiran lukisan ini pun menarik perhatian pengguna transJ.

Kehadiran lukisan-lukisan itu merupakan bagian pameran Festival Bebas Batas dalam rangka memberikan ruang ekspresi bagi ODGJ yang digelar Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain di Harmoni, pameran juga digelar di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta dan di Galeri Nasional Indonesia sebagai lokasi pameran utama.

"Saudara-saudara kita yang kebetulan mempunyai gangguan jiwa membuktikan bahwa dengan workshop mereka punya talenta dan juga bakat yang sangat bagus. Bisa dilihat karyanya, nanti bisa diapresiasi oleh masyarakat umum. Ternyata di ruang yang berbeda ternyata ada karya yang patut kita apresiasi," kata Direktur Kesenian Kemendikbud Restu Gunawan di Halte Harmoni.

Ide awal penyelenggaraan pameran ini adalah ingin memberikan ruang kepada insan berkebutuhan khusus, khususnya ODGJ, agar mendapatkan tempat yang sama. Sebab, selama ini mereka dipandang masih mempunyai kekurangan ruang untuk mengekspresikan diri.

"Karya seni ini kenapa kita (memilih) berkebutuhan khusus dan salah satunya ada di beberapa rumah sakit jiwa, karena dari kegiatan ini merupakan juga untuk sebagai terapi dan ini yang mengikuti adalah insan-insan yang sudah mulai membaik kesehatannya," ujar Kasubdit Seni Rupa Direktorat Kesenian Kemendikbud Susiyanti di lokasi yang sama.

Disebutkan Susiyanti, pameran Festival Bebas Batas ini adalah yang pertama kali digelar. Karenanya, banyak tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraanya.

"Tantangannya banyak, pasti. Terutama kita nanti dalam penyelenggaraan itu kita harus ramah, semuanya harus ramah. Apakah kita itu mampu sempurna memberikan fasilitas, baik itu aksesnya, kemudian prasarananya, yang dibutuhkan oleh insan yang berkebutuhan khusus ini. Artinya bisa terlibat dengan senang, bisa menikmati dengan enak, dengan gampang, mudah," lanjutnya.




Karya yang ditampilkan pada pameran ini sudah melalui proses penilaian dan kurasi dari para kurator karya seni. Ko-Kurator pameran Festival Bebas Batas, Hendromasto Prasetyo, menjelaskan ada beberapa kriteria yang dinilai agar sebuah karya bisa lolos untuk ditampilkan dalam pameran. 

Kriteria pertama yaitu teknik, visual atau komposisi warna, dan kode atau simbol dalam karya itu. 

"Ketiga, kode setiap karya ada simbol, kekuatan di situnya. Kalau teman-teman seniman kuat di tiga-tiganya kalau teman-teman ODGJ agak berantakan kalau dilihat runtutannya. Kalau kita lihat semiotika yang menggoda sebenarnya mereka mau sampaikan apa sih, bahkan ketika ditanya belum tentu tahu. Akhirnya kita bisa saling berkomunikasi dengan cara lain yaitu dengan karya mereka," jelas Hendro.

Acara pameran ini dibuka langsung oleh Direktur Kesenian Kemendikbud Restu Gunawan dan Direktur Utama PT TransJakarta Budi Kaliwono. Budi mengapresiasi adanya karya seni yang dipamerkan di halte TransJakarta. Ia berharap masyarakat yang datang ke halte bisa mengapresiasi karya yang ada.

"Kami berharap bahwa dengan kegiatan ini maka kita bisa melihat memandang seseorang jangan dari kekurangan, tapi dari kelebihan yang Tuhan berikan dan karya-karyanya ini merupakan suatu hal yang membanggakan. Jangan melihat dari problem yang sedang mereka hadapi, tapi mereka bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bagus. Biar dilihat dan memotivasi semua menggerakkan," kata Budi.

Kegiatan pameran ini bermula dari melukis bersama yang dilaksanakan di lima rumah sakit jiwa sepanjang Mei hingga Juni 2018. Lima rumah sakit jiwa itu adalah RSJ Dr. Arif Zainudin (Solo), RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat (Lawang), RSJ Bali (Bangli), RSJ Lampung (Bandar Lampung), dan RSJ Dr. Soeharto Heerdjan (Jakarta). 

Kegiatan tersebut menghasilkan 34 karya terpilih yang dapat disaksikan di Halte Harmoni, 62 karya di Terminal 3 Bandara Sokarno Hatta, dan 15 karya lainnya dalam pameran utama di Galeri Nasional Indonesia yang berlangsung mulai 30 Agustus hingga 18 Oktober 2018. 


No comments