Breaking News

Cerita Sex Dewasa Kenikmatan Sendiri Ngentot Memek Basah


Cerita Sex Dewasa Kenikmatan Sendiri Ngentot Memek Basah

Cerita Mesum – Kali ini adalah kisah dua orang sahabat sejati Nando Budiman dan Feri, yang sama-sama kuliah disebuah Universitas terkenal di Jakarta. Dua orang sahabat yang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Nando pemuda berkulit putih dengan potongan tubuh pendek agak gemuk.

Pemuda berusia 21 tahun ini adalah anak seorang tante girang janda kaya. Ibunya, Tante Melly adalah seorang pengusaha garment yang sukses. Ayahnya Tuan Sugondo, sudah meninggal setahun lalu akibat kecelakaan lalu lintas.

Sedangkan Feri, pemuda berkulit hitam dan berambut keriting, dengan bentuk tubuh yang atletis, berasal dari Indonesia bagian Timur yang merantau ke Jakarta. Kedua orang tuanya adalah petani sederhana dikampungnya. Maka tak heran jika pemuda berusia 22 tahun ini harus berfikir keras untuk bisa melanjutkan kuliahnya di Jakarta yang serba mahal.

Apalagi Feri hanya mengandalkan kiriman orang tuanya dari kampung yang tidak seberapa dan kadang-kadang terlambat. Untungnya Nando sahabatnya, tak segan-segan membantu jika lagi kesulitan uang.

Meskipun perbedaan diantara mereka cukup jauh, terutama dalam hal ekonomi, tetapi hal itu tak mengurangi keakraban mereka. Nando yang berasal dari kalangan elite tak pernah memandang rendah terhadap Feri yang berasal dari keluarga miskin. Nando sering mengajak Feri untuk main kerumah mewahnya yang terletak dilingkungan elite.

Persahabatan mereka terus terjalin, meski Nando dan Feri sama-sama pernah menaruh hati pada seorang gadis, Poppy namanya. Walau akhirnya Poppy lebih memilih Nando, Feri cukup tahu diri. Dia dengan ikhlas dan berlapang dada menerimanya.




Dalam persahabatan mereka, banyak suka dan duka mereka lewati. Seperti suatu ketika Nando mau dipukul seseorang yang juga naksir sama pacarnya Poppy, Feri dengan gagah berani membantunya. Feri yang memiliki keberanian dan ilmu bela diri yang dapat diandalkan dengan mudah mengusir orang itu. Membuat orang itu kapok dan tak berani lagi mengganggu Nando.

Sore itu Feri sedang tidur-tiduran di kamar kostnya yang sempit dan pengap, seorang temannya datang mengabarkan kalau Nando mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak trotoar, bagian depan mobilnya ringsek dan kondisi Nando sendiri cukup parah, terutama kedua kakinya yang terbentur stir mobil.

Sebagai sahabat, Feri bersama beberapa temannya segera mendatangi tempat kejadian dan membawa Nando kerumah sakit, sementara temannya membawa mobil Nando ke bengkel.

Karena luka yang dialami Nando cukup parah maka atas saran dokter, Nando harus menjalani rawat inap. Feripun segera menghubungi Tante Melly, ibunya Nando kalau anaknya harus diopname. Berhubung Tante Melly masih berada diluar kota untuk urusan bisnisnya, maka Tante Melly meminta tolong Feri supaya menjaga Nando dirumah sakit sebelum dia datang. Dia akan mengirimkan sejumlah uang ke ATM Nando untuk biaya selama perawatan.

Setelah tiga hari berada di UGD, Nando dipindahkan ke kamar. Maunya Feri mencarikan Nando kamar VIP, tetapi karena sudah penuh terpaksa mencarikan kamar kelas satu yang ditempati oleh dua orang. Di kamar rumah sakit itu, Nando harus dirawat sekamar dengan seorang Pak Indra yang juga mengalami kecelakaan.

Menurut Mbak Heny, istrinya, Mas Indra menabrak sebuah mobil karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. Dan yang membuat Mbak Heny kesal adalah saat kecelakaan, didalam mobil Mas Indra sedang bersama seorang gadis panggilan.

Tak terasa sudah tiga hari Feri menunggu Nando sahabatnya yang sedang terbaring sakit di kamar itu. Dan persahabatannya dengan Mbak Heny semakin akrab. Tak jarang Mbak Heny membikin segelas kopi untuk Feri, begitupun Feri sesekali memijit tubuh Mbak Heny kalau dia lagi pegal-pegal.

Dihari yang keempat Feri merasakan matanya ngantuk sekali karena sudah tiga hari dia tidur baru menjelang dini hari. Diapun permisi sama Mbak Heny untuk pergi tidur. Feri tidur dilantai beralaskan tikar. Tak lama berselang Mbak Heny menyusul tidur sekitar dua meter dari Feri.

Disaat tengah malam, disaat semua penghuni kamar sudah tertidur pulas, Feri terbangun. Samar-samar dia mendengar desahan-desahan yang berasal dari arah Mbak Heny tidur. Feri memicingkan matanya, mengintip ke arah suara desahan itu. Feri terkesiap melihat pemandangan disebelahnya.

Dimana Mbak Heny yang tidur terlentang, dengan gaun tidur yang tersingkap ke atas, memperlihatkan pahanya yang putih mulus, sedang menyusupkan tangannya ke balik celana dalamnya dan meraba-raba vaginanya sendiri.

Sesaat kemudian Mbak Heny melepaskan celana dalamnya, membuat Feri semakin terkesima melihat bentuk vagina Mbak Heny yang indah, dihiasi bulu-bulu tipis. Feri merasakan nafsu birahi mulai bangkit, batang kemaluannya mengeras. Feri memiringkan tidurnya agar dapat melihat dengan jelas apa yang akan dilakukan Mbak Heny selanjutnya.

Detik-detik selanjutnya, Mbak Heny kembali melanjutkan aktivitasnya. Tangannya meraba-raba bibir vaginanya yang merah merekah, sambil mulutnya tak berhenti mendesah. Pemandangan selanjutnya semakin membuat perasaan Feri tak karuan. Dimana, Mbak Heny mencucuk-cucuk vaginanya sendiri dengan irama yang semakin lama semakin cepat.

“Akkhh.. oohh.. oughhtt.. ouhh.. akhh..” desahan dan rintihan yang keluar dari mulut Mbak Heny semakin keras, sampai suatu saat Feri melihat tubuh Mbak Heny terhentak-hentak, pantatnya terangkat dan tubuhnya mengejang beberapa saat untuk kemudian terkulai lemas dan tertidur kembali. Rupanya Mbak Heny sudah mencapai orgasme, pikir Feri dalam hati.

Feri yang sedari tadi mengintip tak dapat membendung nafsu birahinya. Sesaat kemudian dia bangkit dari tidurnya lalu pergi ke kamar mandi yang ada disebelah kiri kamar. di kamar mandi Feri menurunkan celananya dan mengocok-ngocok batang kemaluannya sendiri.

Saat Feri tengah asyik mempermainkan kemaluannya sendiri, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Feri terkejut bukan main melihat Mbak Heny yang hanya mengenakan handuk yang dililitkan ditubuhnya, sudah berdiri dipintu kamar mandi yang terbuka. Saking terkejutnya Feri tak sempat berbuat apa-apa. Tangannya masih menggenggam batang kemaluannya yang telah berdiri tegak. Apalagi Mbak Heny memandang ke arah selangkangannya dengan mata melotot.

“Ma.. maaf.. Mbak.. sa.. ssa.. yaa” suara Feri terbata-bata saking terkejutnya, mukanya bersemu merah menahan malu karena dipergoki Mbak Heny sedang beronani.

“Nggak.. apa-apa.. aku yang salah,” sahut Mbak Heny pelan, membuat Feri merasa sedikit tenang.
“Lanjutin aja Van,” imbuh Mbak Heny sambil tersenyum.

Dalam hatinya, Feri menduga Mbak Heny akan segera keluar dari kamar mandi. Tapi dugaannya meleset seratus persen. Mbak Heny bukannya keluar dari kamar mandi. Sambil menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam, Mbak Heny melepaskan handuk yang melilit ditubuhnya, kemudian berjalan ke arah Feri yang masih bengong tak percaya. Dengan tubuh yang telah telanjang bulat Mbak Heny berdiri tepat dihadapan Feri.

Tanpa memperdulikan Feri yang masih terbengong-bengong, Mbak Heny langsung memeluk tubuh pemuda itu.
“Ohh.. Feri.. Mbak.. kesepian.. tolong puasin Mbak Fer,” pinta Mbak Heny sambil membuka mulutnya dan dengan rakusnya dia menyambar bibir Feri dan langsung melumatnya, sambil tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus batang kemaluan Feri yang besar panjang dan berwarna hitam mengkilap.

Feri yang tengah dirasuki nafsu birahi membalas lumatan mulut Mbak Heny dengan pagutan yang tak kalah hebatnya.
Perlahan Mbak Heny menurunkan jilatannya keleher Feri. Jilatan yang membuat Feri merinding, dan mendongkrak saraf-saraf birahinya. Selanjutnya kecupan dan jilatan Mbak Heny merambat turun kedada Feri.

“Oohh.. Mbak.. eenaakk.. akhh.. sstt..” erang Feri saat Mbak Heny mengecupi buah dadanya dan menjilati puting susunya. Mulut Mbak Heny membuka dan mengatup mengecupi dada Feri yang bidang.

Setelah puas mengecupi dada Feri, Mbak Heny kemudian berlutut dilantai kamar mandi. Wajahnya menghadap keselangkangan Feri. Mbak Heny mendekatkan wajahnya keperut Feri. Beberapa saat lidah Mbak Heny menari-nari diatas kulit
perut Feri, kemudian turun kebatang kemaluan Feri.

Batang kemaluan Feri yang telah berdiri tegak mulai dijilatinya. Mbak Heny menusuk-nusuk lubang kencing Feri dengan lidahnya. Membuat lubang kencing Feri memerah. Feri mendesah saat lidah Mbak heny menyentuh saraf-saraf peka pada lubang kencingnya. Desahan yang membuat Mbak Heny semakin bersemangat meningkatkan serangan birahinya.




Dengan buasnya Mbak Heny menjilati, menyedot dan mengulum batang kemaluan Feri yang mengkilap dengan urat-urat kasar disekelilingnya. Buah pelir Feri tak luput dari jilatannya.

“Oohh.. Mbakk.. nikk.. matt.. terus.. isseepp.. truuss.. Mbak,” desah Feri.
Gelombang nikmat yang datangnya bertubi-tubi, membuat Feri merintih berusaha menahannya. Perlakuan Mbak Heny pada batang kemaluannya membuatnya serasa melayang kesorga kenikmatan. Dengan penuh nafsu, Feri mengamati mulut Mbak Heny yang sedang menjilati dan mengulum kemaluannya, sambil mengelus-elus rambut istri Mas Indra itu.

Mbak Heny semakin ganas menjilati dan sesekali menggigit batang kemaluan Feri ketika dia merasakan batang kemaluan itu semakin mengeras dan berkedut-kedut.

“Oohh.. akhh.. Mbaakk.. truuss.. nikk.. matt.. enak..” racau Feri tak karuan.

Dan saat merasakan orgasmenya akan segera tiba, Feri menjambak rambut Mbak Heny dan membenamkan kepala wanita itu diselangkangannya, sambil mendorong pantatnya maju mundur melawan gerakkan kepala Mbak Heny.

“Akhh.. Mbak.. ak.. uu.. mauu.. ke.. luarr.. oohh,” erang Feri keras.

Sedetik kemudian sperma Feri menyemprot dan tumpah didalam mulut Mbak Heny.
Setiap semprotan spermanya ditandai dengan anggukan-anggukan batang kemaluannya.

Tanpa rasa jijik sedikitpun Mbak Heny menelan seluruh sperma yang keluar dari kemaluan Feri. Dan sambil tersenyum ke arah Feri, Mbak Heny menjilati sisa-sisa sperma yang masih blepotan dibatang kemaluan Feri. END



No comments