Breaking News

Cerita Sex Terbaru Di Ajak Ngentot Istrinya Abang Yang Binal


Cerita Sex Terbaru Di Ajak Ngentot Istrinya Abang Yang Binal

Cerita Dewasa Adik Ipar-nya Sepupu Istriku – Aku memilih untuk tidak menghubungkan apa yg kulihat tadi dgn hal2 berbau mistik… karena kebetulan aku bukan tipe yg seperti itu. Kukunci pintu dan langsung masuk ke kamar depan, di mana aku dan istriku biasa tidur jika kami sedang berada di sini. Kulihat istriku sudah menungguku di ranjang, sambil menyiapkan piyama yg akan kugunakan untuk tidur. Segera kuraih piyama itu, membawanya ke kamar mandi, dan langsung membersihkan diri untuk membersihkan iblis yg masih menempel di tubuhku sisa persetubuhan hebat yg terjadi antara aku dan Fitri tadi.

Seusai mandi, aku merebahkan diriku di ranjang, dan seperti biasa… istriku sudah memejamkan matanya. Mungkin ia lelah karena sejak datang tadi langsung menghadapi keluarga besarnya di sini. Kubetulkan letak selimut istriku dan mencium keningnya dengan lembut seperti biasa dan memutuskan untuk tiddur.

Entah mengapa, tubuhku terasa sangat panas… hingga kuputuskan keluar kamar untuk mencari minuman dingin di kulkas. Kubuka kulkas dan kuambil Bearbrand dingin favoritku yg selalu distok oleh keluarga istriku setiap kali kami mudik, karena mereka tahu bahwa aku sangat gemar mengkonsumsi brand yg satu ini.

Saat aku menikmati susu kalengan ditemani sebatang rokok di ruang tengah, mendadak aku merasakan jemari lembut membelai rambut dan memijat leherku. Wangi semerbak memenuhi ruang tengah. Aku tahu persis harum ini… ini adalah harum White Musk-nya Body Shop yg pasti membuatku turn-on setiap kali wangi ini tercium dari tubuh seorang wanita.

Sejenak kunikmati setiap pijatan dan belaian yg kuterima, dan kurasakan desahan nafas persis di samping telingaku.

A: Aku
F: Fitri

F: ” (berbisik mesra).. qamuh kok belum bobo sih, sayaaang? Masih kebayang yg tadi yaaa?”

A: “Aku pikir siapa… ternyata kamu, Fit? Udah ah.. jangan dibicarain, ga enak banget kl kedengeran sama yg lain..”

F: “Ngga, sayang.. Aku janji peristiwa tadi cukup kita aja yg tau yah..”

A: “.. Iya, kita bedua aja..”

Tetiba Fitri langsung duduk di pangkuanku dengan manja sambil merangkulku. Kontan penisku yg berdenyut karena mencium harum tubuhnya kembali mengeras!

F: “Sayang, besok malam suamiku dateng, dan dia bilang mau sekalian bawa si Rani, adiknya untuk nginep satu malam di sini sebelum antar barang ke Jekardah.. Kamu jangan cemburu ya, sayang..”

A: “Ya ngga gitu dong, Fit.. dia kan suami kamu, jadi aku ga boleh cemburu. Santai aja, aku ngerti kok mesti gimana..”

F: “Yakiiin? Kalo besok dia ngentotin aku, nanti sayang gimana doong?”

A: “Ya nggak gimana2lah, Fit.. aduh, udah aku bilang jangan bahas beginian lagi.. bahaya kalo ada yg denger, Fitriii..”

F: “hihihi.. iyyaah.. iyyaah.. aku tau qoq. Semua udah pada tidur, tinggal kita bedua aja yg beluum.. makanya Pitri berani gelendotan begini.. hihihi”

A: “Udah ah, aku mau lanjut tidur lagi.. bangun dulu atuh, Fit..”

F: “Aku mau sekali lagi dong, sayaaanggg.. boleh nnggaaaa? (Tangan kanannya menekan penisku yg tegang di balik piyama yg kukenakan)..”

A: “Ga mungkin atuh, Fitriii… di pincuran aja kamu tadi udah berisik begitu, apalagi kalo di sini..”

F: “.. ih, kamu tega banget sih, sayang..ngebiarin Pitri sange beginiii? Ini kontol kamu juga udah keras qoq! Boleh yah, sayaang..sebentaaar ajjah!”

Aku berusaha keras untuk tidak menghiraukan racauan manja Fitri yg sebenarnya membuat penisku semakin tegang! Namun membayangkan resikonya jika dia “berisik” saat kita “main”, aku lebih memilih untuk mengontrol nafsuku yg sudah di ubun2 ini.

A: ” Fit, simpan aja buat suami kamu besok, yah?! Kasian kan dia susah2 bekerja buat kamu..jadi sudah selayaknya dia mendapat prioritas dari kamu. Aku juga laki2, Fit..dan aku menghormati suami kamu karena dia pria yg bertanggung jawab. Jadi sekarang nggak dulu yah..lagipula kan tadi juga udah abis2an, ya kaaan?”




Aku berusaha menenangkan dan memberi pengertian padanya dengan lembut, untuk menunjukkan bahwa aku lebih pro dan berkelas darinya. Walaupun aku tahu bahwa aku seorang bajingan, tapi aku harus tetap berhati2 dan aku harus menyembunyikannya sebaik mungkin di balik kedok “alim” yg selama ini sukses kugunakan.

F: “…sayang jahat banget sih sama Pitri?! Udah ah…”

Fitri meninggalkanku sendiri di ruang tengah dengan wajah murungnya, sementara aku kembali membakar rokok untuk kesekian kalinya. Kulihat jam di dinding yg masih menunjukkan pukul 01.45 WIB..waktu di mana udara akan menjadi sangat dingin di daerah ini.

Tidak berapa lama, aku mendengar suara mobil parkir di depan rumah. Saat kubuka pintu, kulihat Ega -suami Fitri- sedang berjalan dengan seorang wanita. Ega berasal dari sebuah daerah di Jawa Tengah yg terkenal dgn hasil kerajinan tangan dan infrastruktur usaha kecilnya. Ega menggunakan batik lengan panjang, sementara wanita di sampingnya menggunakan kebaya… dan keduanya berwarna hijau!

Apa benar yg sekilas kulihat beberapa jam yg lalu adalah perempuan yg sedang berjalan bersama suami Fitri inii? Tapi sepertinya bukan! Walau dari kejauhan, betapa terlihat jelas paras cantik dari perempuan berkebaya hijau yg kulihat di pincuran itu.. seperti ada sesuatu yg membuatku dapat menatapnya dengan jelas, bahkan dlm kondisi segelap itu!

Lalu pertanyaanku juga.. jika mereka sudah sampai dari tadi, kenapa mereka tidak langsung masuk ke dalam? Aku juga baru mendengar suara mobil Ega barusan saja.. jadi sepertinya kecil kemungkinan kalau perempuan yg kulihat tadi adalah adiknya Ega! Tapi siapa dia? Kalau dia memang ada di snekitar pincuran, kuyakin dia tau mengenai persetubuhanku dan Fitri tadi!

Lamunanku pecah tatkala Ega menyalamiku dengan hangat.

E: Ega
R: Rani
A: Aku

E: “Apa kabar, om? Lama ndak ketemu!”

A: “Yup, kurang lebih setahun yah, ga..dari terakhir kita main catur bareng persis di depan sini.. hahha!”

E: “Haha..iya, om! Aing teu bakal lupa.. cuma lima langkah maneh kalahkeun aing! Cape deh! Dinyanyikeun pacarku lima langkah sagala sama maneh! Teu bakal lupa sampe akhirat juga!… (dengan logat jawa tengah namun berbahasa Sunda)..”

A: “Hahaha..ya ngga gitulah! Kalau ada waktu nanti main lagi, yah.. Eh, ngomong2 iniii…???”

R: “Saya Rani… adiknya Ega, Om. Beberapa hari yg lalu dapet kabar dari kantor yg interview terakhir, bilang kalo saya diterima untuk bekerja di kantor pusat mereka di Jekardaahh. Eh, si Mas bilang dia ga begitu ngerti daerah Sudirman, jadi mau ga mau ngeraba dehhh..”

Mendengar kata “ngeraba” yg diucapkan oleh perempuan dengan bentuk tubuh seperti Rani membuat desiran darahku mengalir deras menuju pangkal penisku! Segera kubuang jauh2 pikiran itu dan langsung kutanggapi statement yg baru saja ia kemukakan.

A: “Daerah Sudirman aku lumayan tau kok..wong itu cuma jalan lurus aja..tapi memang harus extra hati2 kalo baru pertama ke sana, karena kl salah ambil lajur, urusannya bakal sama pelisi deh.. haha. Nanti sih teleponan aja kalu udah berangkat ke sanaa..”

R: ‘Iya, saya juga udah bookmark di GPS hp, om..biar ndak nyasar..hihihi”

Senyum adiknya Ega ini seolah membiusku!

Ukuran payudaranya tidak kalah dengan kakak iparnya. Bentuk tubuhnya yg padat berisi pasti akan memudahkanku untuk “bermanuver” sementara rambut panjangnya..ouh, betapa hasratku pasti akan terpuaskan jika bisa menjambaknya!

Hmm..dan aku penasaran dengan sesuatu di balik setelan kain panjang yg dikenakannya.. OMG! Lagi2 libidoku mulai mengambil alih kesadaranku! Dengan cepat langsung kujawab guyonan GPSnya itu!

A: “Ahaha…betul itu! Haha..yasud, hayuk pada masuk dulu..dingin ngobrol di luar..’

E: “Makasih om..”

A: “Ega langsung ke kamar Fitri aja di kamar tamu sini yah, soalnya semuanya udah pada tidur. Lagian juga Fitri tadi bilang ke aku kalo kalian akan datang besok.. Kok ya tau2 datengnya dini hari ginii..”

E: ” Ya kan ga enak kalo baru dateng langsung pamitan, om..makanya saya percepat aja satu hari biar enak pamitannya.. hehhe”

A: “Haha, bener juga ya?”

E: “Saya ke kamar dulu ya, om.. Ran, kamu mandi aja dulu di kamar mandi depan.. biar Mas mandi di kamar mandi belakang. Nanti kalo udah selesai, langsung ke kamar tamu satunya aja..sini mas tunjukin..”

Rumah ini memang memiliki dua kamar tamu yg saling berhadapan di lantai bawah. Jika mudik begini, aku biasa menempati kamar istriku di atas, berseberangan dengan kamar orangtuanya. Mudik kali ini, kamar tamu yg satu diisi oleh Fitri dan ega, sementara kamar tamu yg satu lagi pasti diisi oleh Rani..sendirian!

-Ohoho…tentu tidak, broo! Not tonight! Inget…tadi lu baru main gila sama sepupu istri lu sendiri! Kasih jarak.. main cantiklaah!- ujarku menenangkan diriku sendiri.

Dan akupun kembali melanjutkan merokok di ruang tengah saat kakak beradik itu masuk kamar masing2 untuk beristirahat. Aku kembali melamun membayangkan betapa dahsyatnya permainanku dan Fitri tadi.. kembali membayangkan kalimat2 kotor yg keluar dari mulutnya.. membayangkan kuluman bibir mungilnya yg disertai jilatan2 kecil di sekitar lubang kepala penisku.. ouh, betapa nikmat anugerah dosa yg Engkau berikan padaku malam ini, duhai Tuhanku..

Lamunanku sontak berhenti saat terdengar suara desahan yg sangat kukenal.. desahan yg keluar dari bibir mungil perempuan dengan nafsu iblis yg baru saja kusetubuhi dengan liar di alam terbuka beberapa jam yg lalu! Ya… itu desahan Fitri, dan dia pasti sedang bersetubuh dengan suaminya! Dia tahu kalau aku belum tidur dan sengaja mengencangkan desahannya untuk melampiaskan kekesalannya karena aku tidak mengabulkan apa yg dia inginkan di ruang tengah tadi sebelum suaminya datang!

F: “…aah..uuhh..awww..pelan2 dong Mas Ega sayaaang.. aahh..aahh…”

Jujur aku jadi tertawa sendiri di dalam hati, karena erangan tersebut seolah dibuat2 dan tidak seekspresif saat kusetubuhi Fitri beberapa jam yg lalu. Erangan palsu yg disengaja…dan yg sudah pasti: TANPA RASA! Haha..aku yakin bahwa servis yg kuberikan ke Fitri jauh lebih baik dibanding apa yg ia rasakan sekarang dengan suaminya!

Beberapa menit kulalui dengan menikmati kepulan asap dari rokokku. Namun begitu, muncul rasa penasaran dalam benakku, karena aku sudah tidak mendengar desahan tersebut dari kamar Fitri. Saat aku mendekat ke pintu kamarnya, terdengar suara -yg aku yakini- bahwa mereka berdua sedang berselisih faham.

F: “Kamu tuh pahamin aku dong! Minum obat kuat kek..pake tissue seks kek..atau apalah..coba nafkahi aku dgn benar! Udah nafkah lahir payah..nafkah batin juga ga bisa! Terus fungsi kamu tuh apa sebagai suami?”

E: “Ya ini aku apa adanya! Sekarang mamah maunya apa? Masak gara2 ginian aja jadi panjang, sih?”

F: “..panjang..panjang..! Eta kontol maneh panjangin biar bisa tahan lama! Liat tuh si Teteh aja sering cerita kalo suaminya itu bagus banget ngewein si teteh! Kontolnya gede, ngewenya canggih, ga pelit…dan yg paling penting, bisa memenuhi kebutuhan istri lahir batin! Kamu mana??? Bisanya cuma ngerepotin akuuu aja.. aku baru mulai, kamu udah selesai… Capede!”

Di satu sisi aku ingin tertawa mendengar penjelasan si Fitri! Kok ya jadi seolah istriku yg bercerita ke dia mengenai figur aku… padahal itu semua dia alami sendiri saat kami bersetubuh tadi! Namun di sisi lain, aku miris juga dgn kondisi suaminya Fitri. Mungkin satu saat aku harus tatar si Ega, agar dia dapat berfungsi penuh untuk memberi nafkah batin bagi istrinya yg sebenarnya adalah “syurga” bagi penis dan fantasi liar para lelaki.

R: “Mereka berantem lagi ya, om? Ya ampun ga malu apa…”

Hampir lepas jantungku mendengar bisikan Rani, yg entah sejak kapan, telah berada di sampingku. Ia menggunakan atasan kuning dipadu dengan training ketat warna hitam sebagai pakaian tidurnya. Lagi2 perhatianku tertuju pada dua bukit ranum berwarna cerah yg sekarang persis berada di sampingku.

A: “Namanya juga rumah tangga..biasalah..”

R: “Emang gitu yah, om? Jujur saya juga maksa untuk tetap bekerja karena saya lihat rumah tangga Mas saya seperti itu, om..malu, ga enak banget diliatnya! Kalau saya bekerja, saya nanti bisa bantu suami saya untuk menghindari kondisi rumah tangga yg seperti itu..”

A: “… Hebat kamu..pikiranmu sudah lebih dewasa dari usiamu..”

Pujianku nampaknya tidak terlalu berlebihan. Untuk seorang remaja berusia 25 tahun, pemikiran Rani memang lebih dewasa dari yg lainnya. Jika remaja lain lebih memilih kongkow sambil kuliah, Rani memilih untuk bekerja untuk membantu perekonomian orang tuanya…walaupun kuyakin, orang tuanya yg juragan tanah itu juga tidak membutuhkan bantuannya.

Dan satu hal lagi, nampaknya kedewasaan pemikirannya itu juga berimbas pada bentuk tubuhnya yg padat berisi. Bongkahan payudara yg tertutup atasan berwarna kuning itu benar2 memanjakan mataku… sementara training hitamnya yg ketat membuatku semakin penasaran dengan bentuk asli bagian tubuh yg dibungkusnya!

DEPPP!

Tetiba lampu mati!

A: “…wah mati lampu kayaknya, Ran! Kamu di sini aja kalo ga keliatan.. itu di rak buffet di atas TV ada banyak lililn kok.. nyalain aja buat ke kamar yah, biar om cek mcb listrik dulu di luar..”

R: “Iya, om..”

Ketika aku keluar, kulihat lampu beberapa rumah di sekitar juga mati..dan saat kucek mcb listrik juga mati. Dear God..apa ini awal balasan dosaku karena menyetubuhi sepupu istriku sendiri??? Dengan gontai, aku melangkah ke ruang tengah dan mulai menyulut rokokku kembali dengan posisi pintu terbuka, agar cahaya bintang di langit dapat menerangi. Tidak berapa lama, tak kuduga Rani datang membawa lilin dan meletakkannya di meja ruang tengah.

A: “Thanks, Ran..”

R: “You’re welcome, Dear..(sambil tersenyum)

Eh.. Apa aku salah dengar barusan? Dia memanggilku Dear??? Walaupun in English penggunaan kata Dear memiliki fungsi sebagai kata pengganti yg bersifat umum, namun karena pengaruh libidoku yg telah terkontaminasi oleh dada dan pinggul Rani yg kuyakin menjanjikan kenikmatan syurgawi, maka kata tersebut menjadi sangat istimewa di telingaku!

Rani meletakkan lilin di ruang tengah, dan dia mengambil korekku untuk menyalakan lilin dengan berlutut… Wow! Whatta good view in here! Sebuah pemandangan indah tersaji untukku di saat2 Rani menyalakan korek untuk menyulut sumbu lilin.

Setiap ia menyalakan korek, maka aku yg sedang duduk di kursi ruang tengah dapat melihat payudara Rani yg padat; yg menempel di tubuh Rani dengan sempurna. Selain itu, jarak kami yg sangat dekat membuatku bisa mencium aroma rambut Rani yg harum semerbak.

SHIT! Penisku mulai bereaksi dengan stimulan yg kudapat..dan yg lebih parahnya lagi -karena sudah menggunakan piyama- … AKU TIDAK PAKAI CD!

Kepanikan mulai melanda di saat sesuatu mulai terlihat berdiri tegak dari selangkanganku. Walau hanya dengan penerangan cahaya lilin, aku yakin Rani yg sedang berlutut itu pasti menyadari jika ada ” sesuatu” menyembul dari selangkanganku!

R: “Om, tolong bantuin nyalain lilin di kamar Rani dong.. tangan Rani soalnya penuh nih pegang lilin sama tatakan beginiii..”




A: ” Oke, Ran..!”

Aku langsung menyambar korekku yg berada di tangannya beserta sebuah lilin yg belum dinyalakan, dan membawanya ke kamar Rani secepatnya…. jangan berikan kesempatan pada Rani untuk menyadari bahwa aku ereksi karena melihat tubuhnya yg kurasa nikmat untuk disetubuhi dengan kasar!

Saat masuk kamar, kunyalakan lilin… dan apa yg kulihat???

Di tempat tidur tergeletak celana training ketat yg digunakan oleh Rani, dan di sebelahnya terdapat g-string berwarna kuning cerah. Dan yg membuatku semakin shock, saat kuarahkan lilin ke ujung tempat tidur…



No comments