Breaking News

Cerita Hot Terbaru Nikmati Memek Perawan Sahabat Aku Yang Montok


Cerita Hot Terbaru Nikmati Memek Perawan Sahabat Aku Yang Montok

Sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm… dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis
imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan
tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku. Tapi sial,
Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih
parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo
kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku
untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta
padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama
berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di
jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum
bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia ke rumahku sebentar
sebelum kembali ke bandung. Orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih
memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal
dibandung, relatif gak ada macet,dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku
mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat
sebelum kembali ke bandung. Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku
kosong.
“Wah, pada kemana nih ??” kataku ke Lia
“Telepon aja yan !” kata Lia padaku
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku.
“Ma.. Ada dimana ?” tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung.
“Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu” jawab mamaku lewat telpon.
Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain.
“Kalo kamu mau masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin
kedia” suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah
rumahku.
“Ya udah deh, aku ambil ke tante erni”.jawabku.
Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni. Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
“Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar” kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia.
“Oke deh” jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.

Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata
Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga.
Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah
pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu
agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya,kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya
diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat
yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya.
Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya.
Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat
terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.Untuk roknya, dia masih
memakai rok tadi. Aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya
dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar. Aku
selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan

“Lagi nonton apa ?” tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga.
“He..he..he.. gosip !” tawa renyahnya keluar saat menjawabku.

Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang
diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget
mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam
tangan kanannya sewaktu menonton,
seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
“Yan, aku kekamar kecil dulu ya” katanya dan segera bangkit.

Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang
aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku. Sekembalinya dari
kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali
menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali
hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengelus tangannya, dia
cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya
dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku
ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
“Rambut kamu bagus” kataku memecah keheningan.

Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu.
Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh
kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv. Keberanianku makin
banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali
ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya. Lia
menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa
ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak
cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat,
apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir
bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku. Ciuman
kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia
juga membalas dengan memainkan lidahnya.

“Clop..clop..clop…” suara sedotan-sedotan ciuman kami.

Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.Posisi kami
sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi
ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di
payudaranya. Aku remas perlahan.
“Hmmm…” lenguhnya agak marah.

Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa
lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba
tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut
sekali Lia marah, tapi ternyata……. Lia malah menekan tanganku supaya
meremas payudaranya. Atas “izinnya” itu aku mulai meremas-remas
payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku
meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian. Aku memberanikan diri
untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku
meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm… kenyal dan bulat sekali
payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini.Tak puas meremas dari
luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke
payudaranya.

“Akh…Akh..Akh…” lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
“Sebentar yan…” lia bangkit.

Kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku
membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Akumengangkat kaus
Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku
angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara Lia yang bulat itu.
Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.Aku memberanikan diri untuk
mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot
pentil itu sambil meremas-remasnya.
“Akhhh… Akh…Akh…” lenguhan Lia makin keras.

Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia
membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot
payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan. Nafsuku sudah naik
diubu-nubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku
berusaha menahan, Lia masih perawan. Bosan dengan menyedot-nyedot
payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun
tanganku untuk meremas kembali payudaranya. Kali ini aku
menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke
selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar,
gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu.
Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga
gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah
seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian
lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya
langsung. Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan
mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan
penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak
ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vag|na perawan Lia. Dengan
gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium
bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai
goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan.

“Ahh.. Ahh.. Ah…”.

Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana
dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu. Aku nekat, aku menarik pinggir
celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku
“Akhhhhh.. Akh… Akhh..” Lia makin mengelinjang.
Aku coba menusuk pen|s kevaginanya sedikit keras.
“Aduh !!!” teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku “Plak !!”.
Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
“Rian kamu jahat !!!” pekiknya kemudian mulai menangis.
“Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau” kilahku.
“Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini” katanya sambil menangis.
“Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu” jawabku.Lia menutup mukanya sambil menangis.

Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk
mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk
terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi
bra dan pakaiannya, kemudian berkata
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Lia hanya

terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing
kemarahan Lia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Lia.
Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Lia.

Lia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku
tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai
habis, aku lapar sekali.
“Lia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Lia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.

Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan
berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama
kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.

Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai
memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung.
Aku sungguh merasa tidak enak.
“Lia, ada masalah lagi ?” tanyaku.

Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk
menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan
berkata pelan.
“Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.

Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku
ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai
kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah
pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Rian” jawabnya lemah.

Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini.
Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Lia tertahan.

Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami
sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku
menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra,
tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait
branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang
ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya
hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku
memainkan pentil payudaranya. Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia
dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan
telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit
langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.

“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.

Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu
itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu,
aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah
lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku
naik keatas untuk menciumnya lagi,tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.

Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku
kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka
pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.

tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri
diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku
dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Lia pelan.
“Lia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Lia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Lia pelan.

Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vag|na Lia sempit sekali
dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Lia.
“Sakit Yan….”.

Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang
dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah
beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi
dan lenguhannya mulai keluar “Ah…ah…ahhh…”.
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah.
“Akh…akh..” lenguh Lia.

Yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku
mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya
sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan
sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku
kedalam vaginanya. Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba
bangkit.
“aaa… Rian mo kemana ?” kata Lia sambil memelukku erat.
Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela.
“Ganti posisi ya biar enak” kataku.
“Gini aja yan, aku pengen dipeluk…please…” katanya memohon.

Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar
masukkan penisku divaginanya, mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya
tenang. Maklum ini pertama kalinya buat dia.

Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali
“Rian mo kemana ?” katanya lagi dengan nada lebih tinggi.

Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia
memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia
diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku.
“Lia… ikut goyang ya, biar enak” kataku ke Lia.
Lia mulai menggoyang pinggulnya.
“Enak yan….” katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.

He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah
yang dia mau. Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia
tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang
Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya.
Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai
menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri Tak lama Lia ambruk ke
dadaku.
“Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget” katanya ngos-ngosan.

Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku
diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar
sekali.
“Hgh..Hgh..Hgh….” lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat
“AKHHHHH…..”pekiknya.

Lia mencapai orgasme pertamanya.Aku menghentikkan goyanganku, memberikan
Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan
tangannya direntangkan.
“Rian aku udah…” katanya pelan.
Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting…
“Sedikit lagi ya Lia…” pintaku halus.

Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. Kali ini
Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih
Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak
tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
“He..he..he.. lucu..” tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya.
“Wah…. ” kataku.
“Ya udah kita bersihin dulu yuk” ajakku ke kamar madi.

Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di
tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur
diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
“Rian….” panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
“Ya sayang…?” jawabku.
“Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku” katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata “Tentu aja sayang…”
kemudian aku mengecup keningnya. Kemudian kami berpelukan sampai tertidur.



No comments