Breaking News

Cerita Dewasa Bercinta Sebelum Berangkat Pulang

Cerita Dewasa Bercinta Sebelum Berangkat Pulang

Cerita Dewasa Bercinta Sebelum Berangkat Pulang


Sugino menghirup nafasnya dalam-dalam. Udara kebebasan setelah hampir 3 bulan ini dia dipenjara. Sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, dia hanya berada ditempat dan waktu yang salah saja.


Berawal dari kejadian 3 bulan yang lalu. Gino adalah seorang suami dari seorang wanita bernama Widya dan ayah dari 2 orang anak laki-laki. Gino bekerja sebagai seorang guru olahraga disebuah SMA favorit dikota ini. Dia sudah bekerja disana hampir selama 15 tahun. Selama itu Gino sering mendapati siswi-siswi yang cantik jelita dan berbodi aduhai.

Tapi Gino tak pernah berpikir macam-macam kepada murid-muridnya itu karena memang sedari kecil dia diajarkan untuk menjadi orang yang baik. Apalagi Gino termasuk tipe suami yang setia kepada istri karena sudah memiliki istri yang menurutnya sangat cantik untuk ukuran pria seperti dirinya. Gino merasa beruntung karena bisa memiliki istri secantik Widya dan bisa bekerja di SMA favorit itu.

Tapi rupanya hari itu nasib Gino berubah. Kesialannya berawal dari ketika dia sedang menuju ke toilet khusus guru setelah mengajar olahraga. Tak ada firasat buruk dari Gino pada awalnya, tapi tiba-tiba begitu dia sampai dipintu toilet dan baru saja mau masuk, terdengar teriakan dari toilet sebelah yang merupakan toilet untuk perempuan. Setelah berteriak orang yang ada didalamnya langsung keluar, ternyata itu adalah salah satu siswinya yang tadi dia ajar olahraga. Siswinya yang bernama Ella itu terkejut melihat Gino ada disitu, Ginopun juga terkejut melihat Ella.


“Ella, kok kamu ditoilet guru? Terus kenapa kamu teriak-teriak?”

    
Belum sempat Ella menjawab tiba-tiba berdatangan guru-guru dan siswa-siswa lain yang mendengar teriakan Ella. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi apalagi melihat Ella dan Gino disitu.

“Ada apa ini?” tanya pak Bowo sang kepala sekolah yang juga sudah ada disitu.
“Aa, ada kamera didalam toilet pak” jawab Ella terbata-bata.
“Kamera? Pak satpam, tolong dilihat” perintah pak Bowo kepada satpam yang juga sudah ada disitu.
“Baik pak” satpam itu langsung masuk ke toilet yang ditunjuk Ella, dan tak lama kemudian dia membawa sebuah kamera kecil yang dia ambil didalamnya.
“Ini pak kameranya” si satpam menyerahkan kamera itu kepada pak Bowo.
“Brengsek, siapa yang berani-berani memasang kamera ditoilet cewek gini?” geram sang kepala sekolah.

Dan entah kenapa tiba-tiba semua orang langsung menatap curiga kepada Gino. Gino tentu saja terkejut karena merasa dituduh dengan tatapan itu.

“Kenapa kalian ngeliat ke saya? Kamera itu bukan milik saya” bantah Gino meskipun belum ada yang menanyakannya.
“Terus kenapa pak Gino panik gitu? Ngapain juga pak Gino ada disini?” tanya pak Bowo.
“Ya mau buang air lah pak. Gimana saya nggak panik kalo kalian semua ngeliat saya kayak gitu?”
“Udah, kita bicarain ini diruangan saya. Murid-murid silahkan kembali kekelas. Pak satpam, tolong bawa pak Gino”

Akhirnya Ginopun dibawa oleh satpam keruangan kepala sekolah. Kerumunan yang melihat itupun bubar, tapi mereka langsung bergosip kalo pak Ginolah yang telah memasang kamera itu. Guru-guru perempuan disitu pun langsung menatap pak Gino dengan sinis, mereka takut jangan-jangan Gino sudah lama memasang kamera itu dan menjadi salah satu orang yang terekam sedang melakukan aktivitas didalam toilet. Sampai diruangan kepala sekolah, Gino disuruh duduk. Selain dia, pak Bowo dan satpam, ada beberapa guru disitu.

“Pak Gino maksudnya apa ini masang-masang beginian ditoilet wanita?”
“Udah saya bilang pak, itu bukan punya saya. Saya nggak tau apa-apa. Saya tadi cuma kebetulan mau ketoilet terus denger teriakan itu”
“Udahlah, pak Gino nggak usah nyangkal, pasti pak Gino kesitu karena mau liat hasil rekamannya kan? Mumpung guru-guru yang lain lagi pada ngajar?” bu Farah yang merupakan guru BK ikut-ikutan menginterogasi Gino.
“Sumpah bu saya bener-bener nggak tau apa-apa, barang itu bukan punya saya”
“Pak Gino, kalo bapak mengakuinya, kami nggak akan lapor kepolisi, paling saya cuma merekomendasikan supaya bapak dipindahkan ke sekolah lain dikota lain. Tapi kalo masih tetep nyangkal juga, saya terpaksa lapor polisi pak” ancam pak Bowo.
“Pak, saya harus gimana biar kalian percaya? Saya berani sumpah itu bukan milik saya”


Pak Bowo sudah tak sabar lagi, dia memerintahkan salah seorang guru untuk menelpon kantor polisi. Gino hanya bisa terdiam dicecar pertanyaan dari rekan-rekan gurunya yang lain. Guru lelaki mencibir kelakuannya, sementara yang perempuan lebih kasar lagi mengatainya sebagai guru cabul, penjahat kelamin. Gino emosi, ingin marah tapi dia takut akan memperkeruh suasana.

Tak lama berselang 4 orang polisi datang. Setelah mendengar laporan dari pak Bowo, keempat polisi inipun menggelandang Gino menuju mobil untuk dibawa kekantor polisi. Sepanjang koridor Gino mendapat sorakan dari murid-muridnya, terutama para siswa yang mengatainya dengan kasar. Wajah Gino sampai merah padam menahan amarahnya.

Akhirnya Gino sampai dikantor polisi, dan langsung diinterogasi oleh keempat polisi itu. Tentu saja dia tidak mengakui karena barang itu bukan miliknya. Setelah hampir 1 jam diperiksa akhirnya Gino dijebloskan ke sel. Kabar dipenjaranya Gino menyebar dengan cepat, dan terdengar oleh istrinya, juga tetangga-tetangganya. Widya yang sangat malu mendengar kabar itu tanpa menanyakan dulu kebenarannya ke Gino dia langsung membawa anak-anaknya untuk pulang kerumah orang tuanya.


Disana Widya mendapat saran dari keluarganya agar menceraikan Gino saja karena lelaki itu dianggap tak pantas lagi menjadi suami Widya. Apalagi keluarga Widya adalah keluarga terpandang dan dikenal cukup religius dikota itu. Karena saking malunya, Widyapun menerima saran itu dan langsung melayangkan gugatan cerai. Proses perceraian mereka bisa dibilang singkat. Gino sebenarnya tak rela berpisah dengan istrinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa karena keluarga istrinya sudah bulat menginginkan mereka berpisah.

Hal itu tentu saja membuat Gino semakin frustasi. Dalam kondisi seperti ini dia berharap mendapat dukungan dari keluarganya, tapi justru istrinya menuntut cerai dan membawa anak-anaknya juga. Widya bahkan meminta Gino untuk tidak menemuinya lagi dan anak-anaknya. Hati Gino benar-benar hancur. Perasaan cintanya kepada Widya luntur seketika, berganti menjadi dendam.

Selama berada didalam penjara, beberapa kali Gino mengalami penyiksaan saat diinterogasi karena tidak pernah mau mengaku. Sampai akhirnya beberapa hari lalu seorang pengacara yang ditunjuk untuk menjadi pengacaranya bisa membuktikan kalo Gino benar-benar tidak bersalah. Setelah melalui berbagai proses administrasi yang rumit akhirnya Gino dibebaskan dari penjara.


Karena sekarang namanya sudah terlanjur buruk, Gino meminta kepada pengacaranya agar mendesak pihak kepolisian dan sekolah tempatnya mengajar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Kepolisian menyanggupi dan menyampaikan permintaan maaf itu bahkan sampai dimuat dikoran lokal, tapi pihak sekolah tidak mau melakukannya.

Sekarang Gino hanyalah seorang pengangguran setelah dipecat oleh sekolahnya. Dia juga sudah bercerai dari istrinya. Hidupnya benar-benar merana. Tapi didalam hatinya dia menyimpan dendam kesumat kepada beberapa orang.

Diantara mereka adalah kepala sekolah tempatnya mengajar, guru-guru yang menghinanya dengan kata-kata kasar, polisi-polisi yang menangkap dan menyiksanya selama didalam penjara, dan tentu saja kepada Ella, yang menjadi sumber dari semua masalah ini. Tapi sebenarnya Gino masih penasaran, siapa sebenarnya pemilik kamera yang membuatnya harus menderita seperti ini. Dia berniat untuk mencari tahunya, dan membuat perhitungan dengan orang itu yang telah membuat hidupnya sengsara.


Hampir selama 2 bulan ini kerjaan Gino tidak jelas. Dia sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi karena reputasinya yang sudah terlanjur dianggap buruk, dan umurnya yang hampir kepala 4 itu membuatnya sulit mendapat pekerjaan yang layak. Beruntung dia masih memiliki tabungan yang cukup banyak, selain itu Widya dan keluarganya juga memberikannya yang dalam jumlah besar sebagai syarat agar mau cerai dengan istrinya itu.

Selama 2 bulan ini dia juga masih mencari tahu siapa pemilik kamera yang menyengsarakan hidupnya itu. Hampir setiap malam Gino diam-diam menyelinap kedalam sekolah, siapa tau ada lagi kamera yang terpasang dan pemiliknya ingin mengambilnya, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda itu.

Selain itu, Gino juga sudah mencari tahu tentang para polisi yang sering menyiksanya dulu. Dia sudah tahu nama, latar belakang, sampai keluarga-keluarganya. Satu hal yang membuat Gino tertarik adalah dari keempat polisi itu, 3 orang yang memang masih muda mempunyai istri yang cantik-cantik, sedangkan yang sudah senior memiliki anak gadis cantik yang sekarang masih kuliah.


Dia berencana untuk membalas dendam dengan memanfaatkan anak dan istri polisi-polisi itu, meskipun agak berat karena ada yang berstatus polwan juga. Selain itu Gino juga sudah beberapa kali membuntuti Ella, siswi yang membuatnya menjadi seperti ini. Dia sudah tahu dimana tempat tinggalnya dan juga kebiasaan-kebiasaan Ella. Gino berencana untuk membuat perhitungan kepada Ella terlebih dahulu.

Hari ini Gino terdiam dirumahnya. Dia sedang menulis dibuku catatannya. Dia menulis tahap-tahap rencana yang akan dia lakukan mulai beberapa hari kedepan. Dia tahu harus melakukan itu dengan hati-hati, agar tidak sampai lengah dan malah akan memasukannya lagi kepenjara untuk kedua kalinya. Gino sudah berpikir matang-matang beberapa hari terakhir ini, dia sudah mantap melakukan rencananya.

Dia juga sudah mempersiapkan semuanya, obat tidur, obat perangsang, dan sebuah kamera yang baru dia beli. Dia sudah dituduh merekam rekan-rekannya secara diam-diam, dan sekarang dia akan membalasnya dengan merekam semua yang menjadi targetnya dengan terang-terangan, setelah itu memaksa mereka untuk menjadi budaknya, dan juga sumber pundi-pundi uang untuk dirinya.

“Kalian semua udah bikin aku kehilangan semuanya, sekarang aku mau minta ganti ke kalian, dengan caraku, dengan keinginanku, hahaha”


“Setelah menilai hasil ujian pada semua peserta, maka dengan ini pihak sekolah telah memutuskan bahwa yang akan mewakili sekolah kita dalam lomba cerdas cermat tingkat kabupaten adalah, Pamella Damayanti”

Suara riuh tepuk tangan para siswa di aula SMA itu bergemuruh saat pak Bowo mengumumkan siapa yang akan mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat. Pamella, atau sering dipanggil Ella, langsung mendapat ucapan selamat dari teman-temannya.

Meskipun mereka kecewa tidak terpilih, tapi karena yang terpilih adalah Ella mereka maklum saja, karena siswi kelas 2 itu memang dikenal sangat cerdas dan sejak SMP sudah sering mewakili sekolahnya diberbagai lomba bahkan sampai tingkat nasional. Beberapa gurupun juga menyalami Ella memberinya selamat dan juga berpesan untuk tetap fokus dengan belajarnya, karena pada lomba nanti pasti akan banyak pesaing yang hebat-hebat, terutama dari sekolah internasional yang terkenal memiliki siswa-siswi sangat pintar.


Setelah pengumuman itu pak Bowopun mempersilahkan semua peserta dan juga guru-guru untuk meninggalkan aula. Dia memanggil Ella dan beberapa orang guru untuk berkumpul diruangannya. Disana, pak Bowo memberikan tugas kepada guru-guru itu untuk meluangkan waktu lebih banyak agar bisa membimbing Ella, agar dilomba nanti paling tidak bisa meraih 3 besar, syarat untuk mewakili kabupaten ke tingkat propinsi.

Ada 3 orang guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah yaitu pak Boni guru matematika, bu Erny guru Fisika dan bu Farah guru BK. Pak Boni dan bu Erny ditunjuk karena dari semua mata pelajaran, hanya 2 mata pelajaran itu yang nilai Ella dianggap kurang, meskipun sebenarnya sudah lebih tinggi ketimbang teman-teman disekolahnya. Sedangkan bu Farah ditunjuk untuk mendampingi Ella selama masa belajarnya, agar jika ada keluhan yang mengganggu Ella bisa segera dibantu oleh bu Farah. Terlebih lagi bu Farah adalah tantenya Ella sendiri.

Ketiga guru itu menyanggupi tugas dari kepala sekolah karena memang mereka memiliki cukup banyak waktu luang. Ella sendiri cukup senang mendapat pembimbing ketiga guru itu karena sudah cukup mengenal baik mereka, dan Ella merasa cocok dengan metode yang digunakan oleh guru-gurunya itu. Apalagi ketiga guru ini masih muda, belum ada yang berusia lebih dari 30 tahun, jadi kalo ngobrol dengannya masih bisa nyambung.


Akhirnya setelah meninggalkan ruangan kepala sekolah, mereka berempat menuju keruang guru untuk membicarakan jadwal selanjutnya. Maka disepakatilah setiap hari akan ada tambahan belajar bagi Ella selama 1 jam. Hari senin, rabu dan jumat Ella mendapat bimbingan dari pak Boni untuk belajar matematika, hari selasa, kamis dan sabtu bimbingan dari bu Erny. Sedangkan bu Farah setiap hari akan ikut mendampingi Ella sekaligus memantau perkembangan belajar murid kesayangannya itu.

Sudah seminggu ini Ella menjalani rutinitas tambahannya. Dia merasa cukup senang karena guru-gurunya dengan sabar membimbingnya. Pak Boni dan bu Erny memang cukup menyenangkan waktu mengajar Ella. Karena itulah semua yang diajarkan oleh mereka berdua bisa dengan mudah dimengerti oleh Ella. Sementara itu bu Farah yang setiap hari menemani Ellapun ikut senang. Setiap hati dia melaporkan hasil belajar Ella itu kepada pak Bowo, yang cukup puas dengan hasil bimbingan Ella. Dia sangat yakin siswinya itu bisa mengharumkan nama sekolahnya ditingkat kabupaten, dan kalo lolos ditingkat propinsi nantinya.

Hari ini hari sabtu. Sebenarnya di sekolah Ella tidak ada pelajaran dihari sabtu. Mereka hanya mengikuti kegiatan ekstakurikuler saja. Dan hal itu dimanfaatkan Ella untuk meminta bu Erny mengajarnya lebih lama dari biasanya. Kebetulan sekali bu Erny memang tidak acara lagi hari ini jadi bersedia untuk menambah jam bimbingannya kepada Ella. Bu Erny merasa perkembangan Ella sudah sangat baik. Dia sampai mengajarkan apa yang ada diluar materi untuk menambah pengetahuan Ella, dan disambut sangat antusias oleh muridnya itu. Sedangkan bu Farah yang terus mendampingi Ellapun justru senang dengan inisiatif Ella yang meminta tambahan jam.


Tak terasa suasana sekolah hari itu sudah cukup sepi karena murid-murid yang lain sudah pulang. Guru-guru yang menjadi penanggung jawab ekstrakurikuler juga sebagian sudah ada yang pulang. Tapi diruangan BK yang digunakan untuk bimbingan Ella, dia dan kedua gurunya masih berada disitu. Lebih dari satu jam kemudian barulah bimbingan itu berakhir.

“Nah untuk hari ini cukup segini dulu aja ya El? Besok selasa kita lanjut lagi”
“Iya bu. Makasih banget ibu udah mau ngeluangin waktu buat ngebimbing Ella”
“Iya sama-sama, kalo kamu sukses kan nanti ibu juga yang seneng. Yaudah kalo gitu ibu pulang dulu ya. Bu Farah, saya pulang dulu ya”
“Oh iya bu Erny, hati-hati dijalan”

“Tante mau pulang bareng Ella nggak?” tanya Ella setelah bu Erny beranjak dari ruangan itu. Jika tidak ada orang lain, Ella memang selalu memanggil bu Farah dengan sebutan tante.
“Enggak El, tante nanti dulu aja. Ini mau keruangan pak Bowo dulu, ngelaporin hasil belajar kamu”
“Emang lapornya harus tiap hari ya tan?”
“Nggak harus sih, cuma tante males ribet aja kalo dirapel. Lagian cuma bentar kok. Kamu duluan aja kalo buru-buru”
“Yaudah deh tan, Ella pulang duluan ya”
“Iya hati-hati ya. Salam buat papa mama”
“Lha kan papa sama mama lagi ke semarang ke rumah eyang”
“Oh iya ya, haha tante lupa. Yaudah yang penting kamu hati-hati bawa mobilnya”
“Iya tan”


Kemudian Ellapun meninggalkan ruangan itu menuju ke parkiran. Sebenarnya sekolah ini melarang siswanya untuk membawa mobil, tapi karena hari ini orang tua Ella sedang keluar kota, dia meminta ijin kepada pak Bowo untuk membawa mobil dan diijinkan oleh kepala sekolahnya itu, lagipula ini hari sabtu, kalo hari lain mungkin lebih sulit mendapat ijinnya.

Ella hari ini memakai seragam putih abu-abunya. Sebuah kemeja putih yang tidak ketat dan rok abu-abu panjang serta dasi berwarna abu-abu. Sekolahnya memang melarang para siswanya untuk berpakaian terlalu ketat. Mereka punya aturan yang ketat untuk masalah seragam, jika ada yang melanggar maka teguran keras langsung diberikan, dan juga orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Sudah ada beberapa teman Ella yang menjadi korbannya karena mencoba untuk melanggar agar tahu hukuman apa yang diberikan. Setelah itupun akhirnya mereka kapok dan memilih untuk mengikuti aturan itu.

Ella yang tergabung dalam ekstrakurikuler sastra mulai minggu kemarin memang sudah mendapat dispensasi sejak ditunjuk menjadi wakil sekolahnya. Mereka ingin agar Ella lebih fokus ke lomba itu agar dapat mengharumkan nama sekolahnya.

Karena hari ini Ella sedang tidak ada janji sehingga dia tidak buru-buru memacu mobilnya. Beruntung hari ini jalanan tidak begitu macet sehingga perjalanannya pulang yang cukup jauh itu lancar-lancar saja. Sampai saat dia masuk ke sebuah jalanan yang sepi, dimana kiri dan kanannya terbentang sawah yang pucuk padinya mulai menguning. Ella memang lebih senang lewat jalan itu karena jika lewat jalan raya hanya melihat bangunan-bangunan yang membuatnya penat.


Baru sekitar 2 kilometer dia dikejutkan oleh sebuah motor yang menyalipnya. Pengendara motor itu terlihat sembrono hingga menyerempet bagian depan mobil Ella dan langsung jatuh. Ella yang kaget langsung menginjak remnya. Dia melihat pengendara motor itu masih terduduk didekat motornya yang ambruk. Ella sangat ketakutan saat itu, reflek dia keluar dari mobilnya dan menghampiri pengendara motor itu. Pengendara motor itu memakai helm dan masker sehingga dia tidak dapat mengenalinya, tapi terlihat cukup kesakitan.

“Hmm, pak, bapak nggak papa?” tanya Ella panik. Pengendara motor itu hanya mengangguk saja tanpa bicara apa-apa. Ella jadi bingung sendiri. Dilihatnya tak jauh dari situ ada sebuah rumah, dia berniat membawa pengendara motor yang jatuh itu kesana.
“Pak, bapak bisa berdiri nggak? Kita kerumah itu aja dulu ya pak?” tanya Ella sambil menunjuk rumah yang dia maksud, tapi lelaki itu malah menggelengkan kepalanya. Ella jadi semakin bingung, dia mengambil HPnya berniat menghubungi tantenya yang masih disekolah.

“Hmmmppphhhhhh” belum sempat dia menelpon bu Farah tiba-tiba lelaki pengendara motor itu membekap wajah Ella dengan sebuah sapu tangan. Ella yang tidak siap kelabakan sendiri, tapi kemudian dia mencium bau menyengat dari sapu tangan itu, dan tak lama kemudian dia hilang kesadaran.


“Hehehe, apa kabar kamu Ella? Makin cantik aja sepertinya? Sekarang kamu ikut bapak ya, hehe” lelaki itu membuka maskernya setelah Ella pingsan. Ternyata dia adalah Gino. Gino mengangkat tubuh Ella dan memasukannya ke mobil. Setelah itu Gino membawa motornya kerumah yang tadi ditunjuk oleh Ella, yang sebenarnya itu adalah rumah yang baru dia beli dari hasil pemberian mantan istrinya. Setelah itu dia kembali dan mengemudikan mobil Ella menuju rumahnya itu. Dia memarkirkan mobil itu lalu menggendong Ella masuk kedalam rumah.

Rumah yang terletak ditengah-tengah sawah itu benar-benar cuma satu-satunya. Tetangga terdekatnya berjarak hampir 1 kilometer jauhnya, karena itulah Gino merasa aman melakukan aksinya dirumah ini. Apalagi jalan depan rumahnya itu termasuk jarang dilewati. Petani yang menggarap sawah-sawah disekitar rumahya itu juga sudah pulang jam segini, maka semakin amanlah bagi Gino.

Gino membawa tubuh pingsan Ella kekamar yang sudah disiapkan. Setelah itu dia keluar untuk mengunci pintu rumahnya, lalu kembali ke kamar itu. Gino kemudian memastikan kamera yang dia pasang dikamar itu berfungsi baik dan bisa merekam semua yang akan terjadi nanti. Setelah itu dia mengambil 1 lagi kamera untuk merekam Ella dari dekat. Gino mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk semua rencananya itu, hingga tabungan dan uang pemberian mantan istrinya tinggal sedikit lagi. Tapi dia sudah bisa melihat sumber uangnya nanti dan makin tersenyum lebar karena itu.


Setelah memastikan semua beres dia duduk dipinggiran ranjang sambil membelai wajah Ella yang terlihat manis. Gino tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan dia lakukan nanti. Karena sudah penasaran dengan tubuh ranum mantan muridnya yang bulan lalu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 17 itu, Gino langsung membuka satu persatu kancing seragam Ella. Dia kemudian membuka dan melepaskan kemeja itu. Didalamnya tubuh Ella masih memakai sebuah tanktop berwarna putih. Tanktop itupun tak bertahan lama karena Gino langsung menariknya lepas. Terlihatlah buah dada Ella yang tidak begitu besar namun terlihat ranum itu dibalik behanya.

Tak berhenti disitu tangan Gino lalu melucuti rok panjang seragam Ella, sehingga kini Ella hanya tinggal memakai beha dan celana dalamnya saja. Tubuhnya begitu putih mulus dan ramping. Ukuran buah dadanya pas dengan tubuhnya, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Pinggulnya melebar sempurna dibawah pinggangnya yang ramping. Kedua kakinya jenjang, benar-benar indah. Jakun Gino naik turun melihat tubuh nyaris telanjang mantan muridnya itu. Sebelumnya tidak pernah dia membayangkan akan seperti ini, tapi dendamnya telah merubah dirinya.

Gino sempat mengambil beberapa foto Ella dalam kondisi telanjang itu. Setelah puas Gino mendekatkan wajahnya ke wajah Ella, dia kecup-kecup bibir muridnya yang masih terbaring tak sadarkan diri itu. Tak puas hanya bibir Gino mulai menjilati wajah mantan muridnya yang memang selama ini jarang memakai make up itu karena memang sudah cantik alami dengan wajah yang putih merona. Wajah Ella sampai terlihat basah oleh jilatan Gino, tak sejengkalpun dilewatkan oleh lelaki itu.


Setelah puas dengan wajah Ella, bibir Gino mulai turun kearah lehernya. Gino semakin bernafsu melihat kulit leher gadis itu yang putih mulus tanpa cacat. Lidah Gino kemudian kembali menjilati setiap jengkal leher Ella. Beberapa saat kemudian Gino menghentikan seranganna. Dia beralih ke buah dada Ella. Gino membuka beha Ella dan membuangnya ke tumpukan seragam yang tadi sudah dilepaskan oleh Gino.

Mata lelaki itu berbinar-binar melihat buah dada mantan muridnya yang begitu ranum itu. Tangan Gino tak sabar untuk menjamahnya. Terasa padat dan kenyal, sekal sekali. Meskipun ukurannya tidak begitu besar tapi bentuknya membulat sempurna. Permukaannya yang putih sampai-sampai terlihat beberapa urat-urat disekitar buah dadanya. Dihiasi sepasang puting mungil yang berwarna coklat muda, benar-benar indah.

Gino sudah semakin tak tahan. Dia langsung mencaplok kedua payudara Ella yang masih ranum itu. Selama ini hanya pacarnya saja yang pernah menikmati sepasang payudara indah itu, dan kini bekas gurunya yang dikeluarkan karena berawal dari teriakannya, ikut-ikutan menikmati meskipun dalam keadaan dirinya tidak sadar. Gino begitu bernafsu melumat habis buah dada Ella, dia bahkan meninggalkan beberapa bekas cupangan disana. Sejak masuk penjara sampai sekarang, terhitung sudah 5 bulan Gino tak pernah lagi menyalurkan nafsu birahinya, karena itulah melihat seorang gadis cantik telanjang dada seperti Ella membuatnya tak bisa menahan diri.


Kedua payudara Ellapun kini sudah basah oleh kelakuan lidah Gino. Lelaki itu betah sekali bermain dengan sepasang bukit kembar Ella. Dia menghisap-hisap puting mantan muridnya itu penuh nafsu, bahkan kadang sampai menggigit saking gemasnya. Kalo dalam kondisi sadar mungkin Ella sudah menjerit-jerit karena sebelumnya tidak pernah diperlakukan sekasar itu oleh pacarnya.

Setelah beberapa menit bermain dibuah dada Ella, mulut Gino bergerak turun menyusuri perut Ella yang ramping. Sekali lagi lidah Gino dengan penuh nafsu menjelajahi setiap jengkal kulit mulus Ella. Sampai pada akhirnya dia sampai dipinggiran karet celana dalam Ella. Dengan tak sabar dia tarik turun celana dalam itu dan membuangnya begitu saja. Kini terlihatlah kemaluan gadis muda itu yang bersih tanpa ditumbuhi bulu karena baru saja kemarin dicukurnya.

Nafsu Gino makin tak tertahankan. Aroma dari pangkal kemaluan Ella seperti mengundangnya untuk mencicipi. Ginopun langsung menjulurkan lidahnya kesana, dia jilati bibir vagina yang masih sangat sempit itu. Beberapa saat menjilati bibir vagina gadis itu Gino merasa kalo tubuh Ella sedikit menggeliat, mungkin sebentar lagi gadis itu akan tersadar. Karena itulah Gino menghentikan jilatannya. Dia kemudian menelanjangi dirinya sendiri, hingga terlihatlah penis hitamnya yang sudah berdiri tegak mengacung. 


Gino membuka lebar kedua kaki Ella dan menekuknya hingga membentuk huruf M. Setelah itu dia dekatkan kepala penisnya ke bibir vagina Ella yang terlihat masih sempit itu. Ella memang belum pernah melakukan sejauh ini dengan pacarnya, paling jauh adalah petting dengan menggesekan kemaluan mereka dengan Ella masih memakai celana dalamnya. Dia masih belum mau melepas keperawanannya itu untuk sang pacar meskipun mereka sudah cukup lama berpacaran.

Gino mencoba memaksakan masuk kepala penisnya, tapi memang terasa sangat susah. Apalagi vagina itu memang masih kering, hanya basah diluar karena jilatannya tadi. Tapi Gino tak mau menyerah dan terus berusaha, hingga akhirnya bibir sempit itu mulai terkuak. Perlahan Gino semakin memaksakan kepala penisnya untuk masuk. Hal itu rupanya menyakitkan Ella dan membuatnya mendesis. Gino tahu mangsanya itu akan segera sadar, dan dia harus sudah memasukan sebagian penisnya sehingga saat gadis itu benar-benar sadar itu adalah saat dimana dia merobek selaput dara mantan muridnya itu.

“Sssshhhhaaaaaahhhhh” kembali terdengar desisan dari Ella waktu kepala penis Gino akhirnya bisa masuk. Gadis yang masih belum sadar itu sedikit mengernyitkan dahi merasakan sakit dibagian tubuhnya. Dia bahkan reflek mencoba menutupkan kakinya yang terbuka lebar tapi tertahan oleh tubuh Gino.

Akhirnya perlahan-lahan gadis itu membuka matanya dan langsung terkejut mendapati dirinya sedang telanjang, dengan seorang pria yang dia kenal juga sudah telanjang, dan berada diantara kedua kakinya. Ella langsung sadar apa yang sedang terjadi karena sakit dibibir vaginanya.

“Pak Gino jangaaaan, lepasssiiin paak” Ella mencoba berontak tapi tubuhnya langsung ditahan oleh Gino.
“Nah pas banget kamu udah bangun cantik, biar kamu bisa ikut merasakan gimana nikmatnya memek kamu bapak masukin, haha”
“Jangan paak, lepasin sayaa, hiks hiks” Ella mulai terisak.
“Ini hukuman buat kamu sayang, karena udah bikin bapak malu, dipecat dan dipenjara. Sekarang kamu harus terima akibatnya, memek kamu yang harus membayar semua ini”
“Ampun paak, saya mohon maafkan saya. Saya nggak tahu kalo waktu itu bapak ada disitu, ampuni saya paak jangan perkosa saya, hiks hiks”
“Bodo amat, yang penting sekarang kamu harus dihukum, rasain ini, haah”
“Jangaaaann aaaaaaaarrrrgggghhhh sakiiiiiiiiitttt” teriakan Ella begitu keras saat tiba-tiba Gino mendorong penisnya memaksa masuk ke vaginanya. Ella merasakan tubuhnya seperti terbelah, sakit sekali.
“Huaaahh memek perawaaaan, nikmatnyaaaaaa” Gino merasakan kenikmatan yang tiada tara. Ini adalah kedua kalinya dia merasakan perawan setelah dulu memerawani mantan istrinya.


“Sakiiit paaak, lepasiiin, cabuut, cabuuuutt” Ella menggeliatkan badannya karena rasa perih yang dia rasakan. Tangisnya makin meledak. Tapi tubuhnya sudah dikunci oleh Gino sehingga tak bisa banyak bergerak.
“Aakhh jangan dilawan anak manis, biar nggak terlalu sakit” Gino masih mendiamkan penisnya merasakan denyutan dari dinding vagina Ella.

Dia menjatuhkan badannya memeluk erat tubuh Ella lalu menciumi bibir gadis cantik itu, tapi Ella mencoba menghindar. Kepala Ella ditahan oleh Gino dan bibirnya berhasil mencium bibir Ella. Ella yang merasa kesakitan sampai tidak bisa menutup bibirnya sehingga dengan mudah bibirnya dilumat oleh Gino, bahkan lidah mantan gurunya itu sampai masuk kebibirnya.

Gino mulai menggerakan penisnya perlahan. Dia ingin menikmati setiap gesekan antara permukaan penisnya dengan dinding vagina Ella yang baru saja dia perawani itu. Terlihat dari sela-sela bibir vagina Ella mengalir darah keperawanannya. Ella masih terus menangis. Kedua tangannya bahkan sampai mencakar punggung Gino saking merasa sakit divaginanya, tapi Gino tak peduli dengan itu karena masih kalah dengan kenikmatan yang dia rasakan sekarang ini.


Makin lama gerakan Gino memompa penisnya makin cepat. Dia merasa dinding vagina Ella sudah tidak lagi menekannya seperti saat pertama tadi. Gadis itu tampaknya sudah mulai terbiasa dengan ukuran penisnya. Meski begitu Ella masih terus menangis karena rasa sakitnya benar-benar belum hilang, apalagi gerakan Gino sekarang makin cepat. Teriakan dan jeritan kesakitannya harus tertahan oleh lumatan bibir Gino. Tapi memang rasa sakitnya sudah sedikit berkurang berkat cairan yang secara alami keluar dari vaginanya untuk mengurangi rasa perih akibat gesekan dengan penis Gino.

“Aaahh aahhh Ellaa, aahh memek kamu enak banget sayang. Aahh kontolku kayak diremes-remes, kamu bener-bener hebat, nikmat banget, aahh aahh” Gino meracau sendiri sambil terus menyetubuhi mantan muridnya itu. Sedangkan Ella tak menjawabnya dan terus menangis. Dia tak menyangka keperawanannya akan direnggut paksa oleh mantan gurunya itu.

“Aaahhh aahhhh aaahhh nikmat banget kamu Ella, bapak nggak akan bosen sama memek kamu ini” Gino masih terus meracau. Sekarang dia bangkit, kedua tangannya memegang kaki Ella dan membukanya lagi lebar-lebar. Dia pompakan lagi penisnya dengan cepat. Terlihat kedua payudara Ella berlonjak-lonjak naik turun mengikuti sodokan-sodokan Gino.


Genjotan Gino tampaknya mulai semakin kasar, tapi dia belum akan keluar. Gino memang memiliki stamina yang bagus dalam bercinta, itulah dulu yang membuat istrinya selalu kewalahan menghadapinya. Dan sekarang gadis yang masih lugu dan baru saja dia perawani itu harus merasakan betapa perkasanya Gino, mantan guru olahraganya itu. Pemandangan terlihat kontras dimana seorang gadis muda berkulit putih bersih bak pualam, terlentang dengan tubuh telanjang bulat dan kaki diangkat terbuka lebar membentuk huruf V, sedang digenjot habis-habisan oleh lelaki yang umurnya 2 kali lipat darinya yang berbadan kekar dan sedikit gelap itu.

Penis besar Gino terlihat keluar masuk diliang vagina Ella yang sempit. Sementara kedua tangan gadis itu hanya bisa meremas sprei putih yang ditengah-tengahnya kini ada bercak merah darah keperawannya. Ekspresi yang bertolak belakang juga terlihat disitu. Ella yang terus meringis merasakan sakit divaginanya, sedangkan Gino yang wajahnya menunjukan kenikmatan tiada tara setelah memerawani mantan muridnya itu.

Sudah hampir 15 menit Gino menyetubuhi Ella dalam posisi seperti itu. Rasa sakit Ella belum hilang sepenuhnya, tapi rintihan kesakitannya tak terdengar sesering tadi. Sementara Gino merasa vagina Ella yang semakin basah membuat penetrasi penisnya semakin lancar keluar masuk. Gino ingin mencoba posisi lain. Dengan penis yang masih menancap divagina Ella, dia memutar tubuh Ella membalikannya hingga tengkurap lalu mengangkat pinggulnya. Terlihat kini pinggul gadis muda itu yang membuat sempurna.

Punggung putih mulus Ella tampak sudah agak basah oleh keringatnya. Kamar yang cukup panas karena tidak berAC itu menambah panasnya suasana. Gino kembali memompakan penisnya divagina Ella, mulai dari perlahan hingga semakin cepat. Ella hanya bisa pasrah saja diperkosa oleh lelaki itu. Gino kemudian menarik rambut panjang Ella, membuat gadis itu mau tak mau bertumpu pada kedua tangannya. Dengan posisi merangkak ini terlihat sepasang buah dada Ella yang menggantung bergerak maju mundur seirama dengan genjotan Gino.


Dalam posisi ini membuat Ella merasakan penetrasi penis Gino semakin dalam divaginanya, sehingga membuatnya kembali mengernyit menahan sakit. Tangisnya belum mereda, air matanya terus turun mengalir dipipinya yang semakin merona. Selama sekitar 10 menit Gino terus menyetubuhi Ella dengan posisi itu. Ella sebenarnya mulai merasakan ada hal lain yang dia rasakan, seperti ada kenikmatan diantara rasa sakitnya, karena itulah vagina Ella sudah semakin basah.

Gino kemudian membalik lagi tubuh Ella hingga terlentang tanpa melepaskan penisnya. Ella sempat menatap tajam wajah mantan gurunya itu, menyiratkan kemarahan yang teramat sangat. Tapi kemudian dia kembali memejamkan mata saat Gino mulai menggenjotnya lagi. Ella langsung mengatupkan bibirnya saat bibir Gino menyerbunya. Lelaki itu menyetubuhi Ella lagi sambil tangannya kini meremas gemas kedua buah dada Ella yang ranum.




Gerakan tubuh Gino semakin cepat, penisnya juga mulai berkedut-kedut. Ella meskipun belum pernah berhubungan badan sebelumnya tapi dia tahu lelaki yang sedang memperkosanya itu sebentar lagi akan orgasme. Dia panik, tidak ingin mantan gurunya itu melepaskan benihnya didalam vaginanya.

Meskipun ini bukan masa subur Ella, tapi gadis itu tak mau mengambil resiko. Dia kemudian berontak, tapi sekali lagi tak bisa bergerak banyak karena tubuhnya yang ramping ditindih oleh tubuh kekar Gino. Hingga akhirnya dengan sebuah sentakan keras Gino melepaskan bermili-mili benihnya didalam vagina Ella, yang kembali membuat tangisan gadis itu meledak lagi.

Gino menggeram penuh kenikmatan sedangkan Ella menangis penuh penyesalan. Ella pasrah saat lidah Gino memaksa masuk kemulutnya. Dia membuka mulutnya begitu saja dan membiarkan lidak itu menari-nari didalam mulutnya. Gino masih mendiamkan penisnya hingga mulai melemas, baru kemudian mencabutnya. Gino melihat dari bibir vagina Ella mengalir cairan putih kental bercampur dengan darah keperawanan Ella. Dia puas sekali telah berhasil menuntaskan dendamnya dengan memerawani mantan muridnya, yang telah membuatnya kehilangan banyak hal itu.


Sementara itu Ella masih menangis sesenggukan tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya. Toh Gino sudah melihat semua, bahkan mengambil keperawanannya dan melepaskan benih didalam vaginanya. Ella benar-benar berharap hitungannya kali tepat, bahwa dia sedang tidak dalam masa subur. Akan menjadi aib yang sangat memalukan bagi seorang siswi teladan seperti dirinya jika sampai hamil hasil dari perkosaan ini.

Gino beranjak dari ranjang untuk membersihkan penisnya, membiarkan gadis yang baru dia perawani itu menangis meratapi nasibnya. Ella bahkan diam saja waktu Gino mengambil beberapa fotonya dari berbagai sudut. Ella tahu, menolakpun tak ada gunanya. Dia tahu foto-foto itu pasti nantinya akan digunakan untuk mengancamnya dan memperkosanya lagi dikemudian hari. Ella semakin menangis meratai nasibnya yang telah dihancurkan oleh orang yang sudah dia hancurkan karir dan keluarganya, meskipun itu sama sekali tidak dia sengaja.


Gino kemudian keluar dari kamar itu, sementara Ella masih belum bergerak dari posisinya. Tak lama kemudian Gino kembali membawa 2 buah botol minuman. Satu dia minum sendiri dan 1 lagi dia taruh dimeja kecil dekat ranjang, untuk Ella. Dia kemudian duduk disamping tubuh telanjang gadis itu, dengan lembut membelai kepala Ella. Setelah beberapa saat Ella bergerak bangkit duduk dan bersandar di bahu ranjang. Dia kembali menangis saat melihat bercak darah disprei putih itu. Setelah beberapa saat dia menjadi tenang, Gino menyodorkan botol minuman yang tadi dia bawa kepada Ella. Dengan enggan Ella menerima dan meminumnya.


“Ella, itu akibatnya karena kamu udah bikin bapak kehilangan pekerjaan dan keluarga bapak. kamu tau, dipenjara bapak juga disiksa sama polisi-polisi itu disuruh ngaku. Bapak nggak pernah ngelakuin itu, kamera itu bukan punya bapak. Tapi gara-gara kamu bapak jadi begini. Dan kamu tau, bapak sudah memasang kamera dikamar ini, jadi semua yang kita lakukan tadi sudah terekam semua.


Kalo kamu nggak mau rekaman itu sampai kesebar, kamu mulai sekarang harus nurut sama kata-kata bapak. sekali saja kamu melanggar, bapak pastikan wajah kamu akan semakin terkenal diinternet, tentu saja wajah bapak akan disamarkan, jadi cuma kamu yang kelihatan disitu, kamu ngerti kan sayang?”

Ella mengangguk lemah. Dia sudah pasrah, dia tahu tak bisa lari lagi dari cengkraman lelaki itu. Pikirannya saat ini sedang kosong, tidak bisa memikirkan hal-hal yang lainnya lagi. Terlihat sekali bahwa lelaki yang baru saja memperkosanya itu telah merencanakan semuanya dengan penuh perhitungan dan memastikan mangsanya benar-benar takluk olehnya.


“Saya udah boleh pulang pak?” tanya Ella yang akhirnya membuka suaranya.
“Pulang? Ngapain? Udah kamu disini aja sampai besok”
“Tapi pak, mama papa saya nunggu dirumah”
“Kamu nggak usah bohong sama sama El, orang tua kamu lagi ke semarang kan, dan baru pulang besok sore. Udahlah hari ini kamu nginep sini, saya belum puas sama kamu”


Ella mendesah lirih. Ternyata lelaki itu sampai tahu kalo kedua orang tuanya sedang pergi dan baru pulang keesokan harinya. Ella tak tahu lagi apa yang dimaui oleh Gino setelah tadi mengambil keperawananya. Tapi yang dia tahu pasti, dia harus melayani nafsu mantan gurunya itu. Terbesit sebuah penyesalan dalam hatinya. Waktu ulang tahunnya yang ke 17 bulan lalu sebenarnya dia sempat ingin memberikan keperawanannya kepada pacarnya yang sudah 3 tahun ini bersamanya. Tapi waktu itu dia masih ragu. Tapi kini justru keperawanannya direbut paksa oleh pria yang umurnya jauh diatasnya.

Gino sendiri belum mau membiarkan mangsanya ini pulang. Dia memang sudah berhasil memperkosa Ella dan membuat gadis itu menuruti kemauannya. Tapi dia tahu Ella sedari tadi masih belum merasakan orgasme karena masih merasa kesakitan oleh penisnya. Gino ingin membuat gadis itu benar-benar bertekuk lutut kepadanya, mengubahnya menjadi gadis yang binal yang dikuasai oleh birahinya sendiri.

Gino ingin mengajarkan kepada Ella agar gadis itu menjadi wanita yang tahu bagaimana caranya memuaskan lelaki. Lagipula, masih ada 2 lubang lagi dari gadis itu yang belum merasakan keperkasaan penisnya. Dia berniat untuk membuat Ella pulang dengan langkah tertatih-tatih karena merasakan sakit dikedua lubang diselangkangannya. Diapun mendekati Ella, dan bersiap untuk ronde selanjutnya.

Sementara itu diwaktu yang sama, disebuah ruangan terlihat sepasang manusia berbeda jenis sedang beradu kelamin dengan panasnya. Tubuh keduanya sudah telanjang bulat. AC diruangan itu tak cukup mampu mendinginkan hawa panas dari pergumulan kedua orang itu. Sang wanita yang sekarang sedang berada diatas tubuh sang pria sedang menaikturunkan tubuhnya dengan begitu semangat. Kedua buah dadanya yang sekal bergerak indah mengikuti gerakan tubuhnya.

Sementara itu sang pria yang berada dibawah tangannya tampak sedang memegang sebuah kamera, mengabadikan ekspresi wanitanya yang kian binal. Sambil sesekali salah satu tangannya menggerayangi payudara wanita itu bergantian. Entah sudah berapa lama mereka bergumul tapi terlihat sang wanita sudah mulai kepayahan. Penis besar pria itu masih tegang berada didalam vagina wanita yang sudah beberapa kali orgasme itu.

“Aahh aahh kontolmu enak banget pak, aahh aahh gila kuat banget sih”
“Hahaha memekmu makin lama juga makin enak. Ayo goyangin terus, bentar lagi aku keluar”

Mendengar itu sang wanita kembali bersemangat. Dia ingin membuat pejantannya itu terpuaskan sepuas-puasnya. Dia ingin disemprot oleh cairan hangat dan kental milik lelaki itu. Gerakannya menjadi begitu liar. Dia juga menggerakan otot-otot didinding vaginanya untuk meremas penis pria itu yang sudah mulai berkedut-kedut. Dia tahu lelaki itu suka diperlakukan seperti itu, dan biasanya kalo sudah begini tak lama lagi pria itu akan orgasme.


Dan benar saja, pria itu mulai bergerak setelah dari tadi hanya diam saja. Penisnya yang panjang itu terasa menumbuk bibir rahim sang wanita, membuat beberapa kali wanita itu memekik keenakan. Gerakannya yang semakin liar membuat wanita itu harus beberapa kali membenarkan letak kacamatanya yang hampir jatuh. Dia tahu lelaki yang sedang dia tunggangi itu lebih suka melihatnya seperti ini, terlihat lebih pintar dan dewasa katanya.

“Aahh aahh terusiin, gerakin yang cepet, aku mau keluaar”
“Aahh aahh aahh iyaa paakhh aahh, aku juga mau keluar lagiiihh”
“Aaahhh anjiiing, pereek goyanganmu enak banget, aku keluaaaarr”
“Aaaahh paaak aku jugaaaaaa”

Kedua tubuh telanjang itu kelojotan menyambut orgasme mereka bebarengan. Orgasme pertama bagi pria itu, dan entah yang keberapa untuk si wanita. Tubuh mereka menegang sejenak lalu melemas lagi. Wanita itu bergerak naik hingga penis hitam panjang dan berurat itu keluar dari vaginanya. Telihat cairan putih kental menetes dari bibir vaginanya yang menganga.

Wanita itu langsung duduk disamping si pria yang juga sudah terduduk. Tubuhnya sangat lemas menghadapi keperkasaan pria itu. Sudah beberapa kali dia berhubungan dengan pria itu. Meskipun pada awalnya diancam dan diperkosa, tapi kemudian dia semakin menikmati bahkan ketagihan kontol pria itu. Sejak itu dia tak pernah merasakan kepuasan ketika bercinta dengan suaminya, padahal belum ada setahun ini dia menikah.



“Hmm, Far, kameranya udah dipasang lagi?”
“Udah pak, kemarin udah saya pasang lagi pas guru-guru lain pada ngajar”
“Huft, gara-gara keponakanmu tuh hampir aja aku ketahuan”
“Yaa jangan salahin Ella dong pak”
“Jangan salahin gimana? Lagian kenapa juga dia pake toilet buat guru”
“Ya namanya juga kebelet pak. Lagian toilet buat siswa kan penuh karena mereka abis olah raga. Udahlah jangan salahin dia lagi, untung waktu itu ada si Gino disitu, jadi bisa nyari kambing hitam kan”
“Haha Farah Farah, bener kamu. Untung ada si ****** Gino itu. Tapi sayang dia dapet pengacara yang handal kemarin, makanya sekarang udah bebas. Sayang juga dia udah dicerai sama istrinya, padahal aku pengen deketin istrinya juga”
“Haduh pak Bowo ini masih kurang puas sama saya emangnya?”
“Bukan gitu, aku puas sama kamu, tapi aku kan juga pengen nyobain memek lain, haha”
“Karena itu kan pak Bowo masang kamera ditoilet cewek? Biar bisa maksa cewek-cewek yang direkam ngentot sama bapak? kayak ngancem saya dulu?”


“Halah kamu. Dulu diancem sekarang minta dikontolin, dasar perek. Perek kok jadi guru BK, hahaha”
“Ish bapak juga sih , udah tau saya guru BK masih aja diembat. Dasar kepala sekolah cabul”
“Hahaha, tapi kamu keenakan kan sama kontolku? Sampe nggak puas lagi sama suaminya sendiri”
“Hehehe iya sih pak”
“Eh tapi Far, sayang ya kamera itu disita sama polisi, padahal kan udah dapet rekamannya ponakanmu itu”
“Heh pak, jangan bawa-bawa Ella, masih perawan tu anak. Saya nggak mau dia kenapa-kenapa, bisa repot nanti. Dia kan siswa andalah disekolah ini”



“Hehehe iya iya, aku juga ngerti kok. Dia salah satu asetku buat cari nama, makin dia sukses makin bagus namaku. Aku nggak bakal macem-macem sama dia selama kamu bisa muasin aku. Atau, kamu bisa, hmm…”
“Bisa apa pak?”
“Bisa nyariin aku gantinya si Ella, buat aku entotin, haha”
“Lha kan saya udah pasang kameranya yang baru. Tinggal nunggu aja hasil rekamannya pak, entar guru-guru yang bapak mau tinggal dipaksa kayak saya dulu kan?”
“Iya makanya itu. Tapi lebih baik kalo kamu bisa nyariin aku siswi yang bisa aku entot”
“Hadeeh dasar emang tua bangka mesum. Iya nanti saya cariin, tapi saya nggak janji ya”

Ya, kedua orang itu tak lain adalah pak Bowo sang kepala sekolah dan bu Farah guru BK di sekolah Ella, sekaligus tante dari Ella. Sebenarnya pak Bowo adalah pemilik kamera tersembunyi yang dipasang ditoilet wanita khusus guru. Sayangnya hari itu tanpa sengaja Ella melihatnya sehingga rencananya sedikit berantakan. Untuk saja ada Gino yang dijadikan kambing hitam. Setelah Gino ditangkap polisi pak Bowo langsung melapor ke dinas dan meminta agar Gino secepatnya dipecat.

Pak Bowo harus menunggu selama ini karena setelah kejadian itu dia sendiri yang menyuruh guru-guru dan satpam untuk memeriksa disemua tempat siapa tahu ada kamera tersembunyi lagi yang dipasang selain kamera cctv milik sekolah. Dia ingin mengambil hati para guru dan siswa sehingga dianggap sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab, tapi sebenarnya dia punya rencana lain.



Menurut laporan dari bu Farah yang selama ini sudah berhasil dia jadikan sebagai budak nafsunya, para guru wanita disekolah ini mulai bersikap waspada sejak peristiwa penangkapan Gino itu, dan setelah 5 bulan bu Farah bisa melihat rekan-rekannya mulai melupakan peristiwa itu dan mulai berkurang kewaspadaannya, sehingga pak Bowo memerintahkan kepadanya untuk memasang kamera baru lagi ditempat yang sama. Bu Farah menurut saja, dan berhati-hati sekali memilih tempat untuk memasang kamera baru itu.

Setelah terpasang kemarin, tentunya sudah ada beberapa guru wanita yang terekam sedang beraktivitas di toilet itu. Ada beberapa guru muda disini yang menjadi incaran pak Bowo, baik itu yang sudah menikah maupun yang belum. Tidak semua diincar karena hanya beberapa saja yang masuk seleranya.

Berbekal kamera tersembunyi itu dia berencana untuk membuat guru-guru wanita incarannya menjadi seperti bu Farah sekarang, yang selalu siap kapan saja jika dipanggil untuk memenuhi nafsu syahwatnya yang besar. Hanya tinggal menunggu saja sampai hal itu bisa dia lakukan.

“Far, lanjut lagi kita?”
“Ayok, siapa takut”


Sudah seminggu sejak Ella diperkosa oleh Gino, dia masih terus mengikuti jadwal bimbingan tambahan yang diberikan oleh guru-gurunya. Gino sebenarnya masih ingin Ella menginap ditempatnya dan menikmati gadis itu, tapi ternyata Ella berhasil meyakinkan Gino kalo dirinya benar-benar tidak bisa, dan berjanji akan menemuinya setiap weekend.

Karena berpikir masih punya target lain yang harus dia kejar maka Gino menyetujui permintaan Ella. Selama beberapa hari juga Ella terlihat beda dari biasanya, tapi teman-temannya tak sampai sadar. Hanya saja bu Farah yang guru BK itu sebenarnya bisa melihat perubahan dari Ella, tapi ketika ditanya kenapa jawabnya hanya kurang enak badan. Bu Farah saat itu percaya saja dan tidak bertanya lebih jauh karena dia sedang punya tugas lain dari pak Bowo.

Pak Bowo diruangannya tampak sedang senyum-senyum melihat rekaman yang tadi diberikan oleh bu Farah. Dia melihat beberapa orang guru perempuan yang sedang beraktivitas ditoilet yang sudah dia pasangi kamera tersembunyi. Beberapa guru yang tak masuk seleranya langsung dia skip, lalu tibalah pada seorang guru yang masih muda dan belum menikah. 



Guru itu belum lama masuk sekolah ini, karena dia juga baru menamatkan pendidikannya. Namanya bu Dhea, masih 24 tahun, dia mengajar kimia. Wajahnya cantik dan manis, rambutnya hitam lurus sepunggung, badannya ramping. Pak Bowo bisa melihat bu Dhea sedang buang air kecil, lalu membilas daerah kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Pak Bowo penasaran apakah gurunya ini masih perawan atau tidak karena dari rekaman itu terlihat bibirnya masih rapat.

Setelah itu pak Bowo melihat ada seorang guru perempuan lagi yang terekam disitu. Dia adalah bu Niken, guru bahasa inggris. Bu Niken ini baru setahun menikah dan belum punya anak. Dia dan suaminya tinggal berjauhan karena suaminya bekerja dikota yang sering disebut kota pelajar, yang jaraknya sekitar 1-2 jam dari kota ini. Seminggu sekali suaminya pulang.

Wanita 28 tahun ini sehari-hari terlihat cantik dan anggun dengan jilbab yang selalu menutupi kepalanya. Hari ini pak Bowo beruntung sekali melihat bu Niken direkaman itu mengangkat rok panjangnya tinggi-tinggi memperilhatkan kakinya yang jenjang, putih dan mulus. Dia lalu menurunkan celana dalamnya memperlihatkan kewanitaannya yang ditumbuhi rambut yang cukup tebal tapi tertata rapi.


Selanjutnya setelah bu Niken ada seorang guru lagi yang masuk ditoilet itu. Dia tak lain adalah bu Erny yang diberi tugas oleh pak Bowo untuk memberi bimbingan tambahan kepada Ella. Sama seperti bu Niken, bu Erny kesehariannya juga berjilbab, terlihat begitu kalem dan anggun. Wanita 25 tahun ini juga belum menikah tapi kabarnya dia sudah bertunangan dan tahun depan akan menikah.

Pak Bowo lagi-lagi beruntung melihat daerah pinggang kebawah milik bu Erny yang terekam oleh kamera. Pak Bowo menimbang-nimbang siapa kira-kira yang akan jadi target selanjutnya, setelah dia berhasil membuat bu Farah takluk kepadanya, juga dengan bekal video rekaman seperti itu.

Dulu tak sulit menaklukan bu Farah karena wanita itu termasuk tinggi birahinya, baru dirangsang sedikit saja dia sudah bertekuk lutut. Apalagi bu Farah dan tunangannya juga tidak tinggal sekota sehingga jarang disambangi, karena itulah sekarang dengan mudah bu Farah menjadi mainan pak Bowo. Setelah memikirkan matang-matang, pak Bowo lalu mengirim pesan kepada bu Farah, memintanya untuk memanggil wanita pertama dari ketiga wanita targetnya divideo itu, untuk menghadap diruangannya sepulang sekolah nanti, karena ada yang ingin dibicarakan. Bu Farah yang mengerti keinginan pak Bowo langsung mengiyakan saja.


Sore harinya, setelah hampir semua pulang meninggalkan sekolah ini, kecuali pak Bowo, bu Farah dan pak Boni yang membimbing Ella, dan juga satpam-satpam yang berjaga dipos depan, seorang wanita tampak berjalan menuju keruangan pak Bowo karena mendapat pesan dari bu Farah. Wanita itu bertanya-tanya apa yang membuatnya dipanggil oleh pak Bowo, meskipun sudah bisa sedikit menebak maksud kepala sekolahnya itu. Pasti tak lain adalah kelas dimana dia menjadi wali kelasnya, justru rata-rata nilai mata pelajaran yang dia ajarkan berada dibawah kelas-kelas lain.

Tok tok tok..
“Silahkan masuk”
“Permisi pak selamat siang”
“Oh iya siang bu, silahkan duduk dulu di sofa, tunggu bentar ya masih ada sedikit pekerjaan”
“Baik pak”

Guru wanita itu kemudian duduk dikursi yang biasa dipake pak Bowo menerima tamu. Pak Bowo masih terlihat sibuk memeriksa beberapa dokumen dengan teliti lalu menandatanganinya. Guru wanita itu masih menunggu hingga hampir 10 menit tanpa suara, karena tak enak mengganggu kepala sekolahnya itu. Akhirnya beberapa saat kemudian pak Bowo menyelesaikan pekerjaannya lalu beranjak mendekati guru wanita itu, dan duduk dikursi sampingnya.


“Hmm, maaf pak, tadi kata bu Farah bapak manggil saya? Ada apa ya pak?”
“Iya bener bu. Ini terkait sama nilai mata pelajaran yang ibu ajarkan. Dikelas ibu kok malah nilai rata-ratanya malah terendah daripada kelas-kelas lain ya?”
“Iya pak, saya juga tau. Saya juga sedang berusaha untuk memperbaiki nilai anak-anak dikelas saya itu. Rencananya saya mau kasih mereka les khusus pak”
“Ya ya, boleh saja, tapi kalo bisa jangan lama-lama ya, soalnya bentar lagi ujian semester lho, saya mau nilai bahasa inggris di kelas bu Niken bisa naik melebihi kelas-kelas lainnya, masa wali kelasnya guru bahasa inggris tapi nilai anak-anaknya yang paling jelek”

“Iya pak, saya akan usahakan. Mohon petunjuk dari bapak juga apa yang harus saya lakukan pak biar nilai mereka bisa naik”
“Saya mau liat dulu perkembangannya dalam 2 minggu ini bu. Saya tau memang terlalu singkat, tapi ujian semester tinggal kurang dari 2 bulan lagi, jadi saya harap waktu 2 minggu bisa bu Niken manfaatkan dengan baik”

“Baik pak akan saya usahakan. Ada yang lain pak?”
“Kenapa bu? Buru-buru mau pulang ya? Suaminya ada dirumah?”
“Nggak sih pak, suami saya besok sabtu baru pulang. Saya mau ngoreksi kerjaan ulangan anak-anak tadi, karena hari ini ada 3 kelas yang saya kasih ulangan”
“Oh, kalo cuma ngoreksi kan gampang, sejam juga kelar”


Bu Niken sebenarnya merasa tidak nyaman berduaan dengan pak Bowo diruangan ini. Memang bukan pertama kali dia dipanggil seperti ini, tapi entah kenapa hari ini dia merasa tatapan pak Bowo terasa lain. Matanya tidak fokus ke wajahnya tapi terlihat turun kearah lainnya, sambil senyum-senyum sendiri. Dan itu membuat perasaannya menjadi semakin tidak enak.

“Sebenarnya ada 1 hal lagi sih yang mau saya sampaikan ke bu Niken, makanya saya minta ibu kemari setelah jam pulang sekolah”
“Emang ada hal apa pak?”
“Sebentar ya” pak Bowo berdiri dari kursinya dan menuju mejanya, terlihat mengambil sesuatu yang tak lain adalah HPnya sendiri. Dia kembali duduk dikursi tadi, lalu terlihat sibuk dengan HPnya.

“Sini bu, saya mau bu Niken lihat ini” pak Bowo meminta bu Niken untuk berpindah duduk kesebelahnya. Karena penasaran bu Niken mau saja pindah dan duduk disebelah pak Bowo, yang langsung memepetnya. Bu Niken sebenarnya semakin risih tapi dia juga semakin panasaran.


Akhirnya HP yang dipegang tangan kiri pak Bowo memutar sebuah vidoe. Video itu adalah toilet yang cukup dikenal oleh bu Niken. Dia mendadak semakin tak enak perasaannya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian terlihat dirinya sendiri sedang masuk ke toilet itu, dan dengan cueknya mengangkat rok panjang, lalu menurunkan celana dalamnya. Setelah buang buang air kecil dia membasuh bibir kemaluannya dan itu tampak cukup jelas divideo. Bu Niken terkejut bukan kepalang langsung menutup mulutnya.

“Pak, apa maksudnya semua ini pak? Darimana bapak dapat video itu?” tanya bu Niken panik.
“Darimana? Ya dari kamera saya sendiri lah, hehe”
“Maksudnya? Jadi, kamera yang dulu itu juga, punya pak Bowo?” pak Bowo hanya mengangguk dengan senyum yang menurut bu Niken menjijikan itu.

Dia benar-benar menyesal karena selama ini mengira kamera yang membuat heboh 5 bulan yang lalu itu adalah milik pak Gino. Ternyata dia salah. Bukan cuma dia, tapi semua orang salah, pak Gino benar-benar tidak bersalah. Biang keladinya justru sang kepala sekolah ini. Padahal dia dulu termasuk salah satu orang yang mengumpat dan mengatai pak Gino dengan kata-kata kasar saking jijiknya dengan perilaku itu.



“Maaf pak saya harus pergi, eehhhh” bu Niken baru akan beranjak tapi tubuhnya tertahan. Dia baru sadar kalo tangan kanan pak Bowo ternyata sudah memeluk pinggangnya sedari tadi dia menonton video itu. Pak Bowo bahkan menarik tubuh bu Niken untuk mendekat.
“Bu Niken mau video ini tersebar? Pasti banyak lho yang penasaran seperti apa sih isi dari balik baju bu Niken yang selalu tertutup itu” ucap pak Bowo dengan tenang dan datar.
“Jangan pak, jangan disebar” tentu saja bu Niken tak mau rekaman itu sampai tersebar. Apa jadinya nanti kalo organ paling pribadinya dilihat banyak orang, betapa malunya dia.

“Baa,, bapak mau apa?” tanya bu Niken terbata-bata karena sudah bisa membaca maksud dan tujuan dari kepala sekolahnya itu.
“Saya rasa bu Niken tau apa yang saya mau, kita udah sama-sama dewasa ini kan?”
“Saya mohon pak, jangan yang itu, hiks, saya mohon” bu Niken mulai menangis.
“Lho emang saya minta apa kok udah dibilang jangan?”
“Hiks, tolong pak hapus video itu, tapi saya mohon, jangan yang itu, hiks hiks”

“Hmmpphhh” tiba-tiba pak Bowo menarik kepala bu Niken dan langsung menyerbu ke bibir wanita itu. Dengan rakus pak Bowo menciumi bibir bu Nikeh, tapi guru wanita itu masih mengatupkan bibirnya.

Dia berusaha melepaskan diri dari pak Bowo tapi kepalanya ditahan oleh tangan kiri pak Bowo, dan tubuhnya dipegang dengan erat oleh tangan kanan pak Bowo. Bahkan pak Bowo menekan tubuh bu Niken sehingga wanita itu merebah dan tersandar disandaran sofa. Dengan begitu pak Bowo makin leluasa menciumi bu Niken.


Tangan kiri pak Bowo tak lagi menahan kepala bu Niken, tapi mulai merayap kebawah, lalu mengerayangi dan meremas dada bu Niken yang cukup sekal itu. Bu Niken terkejut mencoba menepis tangan pak Bowo, tapi semakin ditepis membuat remasan pak Bowo semakin kencang, membuat bu Niken sedikit kesakitan dan hendak memekik. Tapi begitu bibirnya terbuka sedikit saja langsung dilumat habis oleh pak Bowo. Lidahnya langsung menyeruak masuk mencari-cari lidah bu Niken. 

Mendapat serangan didua tempat seperti itu membuat bu Niken terus kelabakan. Dia masih berusaha meronta tapi remasan pak Bowo dibuah dadanya, terutama yang kiri membuatnya melemah. Buah dada kiri bu Niken adalah salah satu titik paling sensitif ditubuhnya sehingga ketika diremas seperti itu membuat syaraf-syaraf birahinya bekerja. Apalagi sudah seminggu lebih bu Niken tak dijamah oleh suaminya. Meskipun weekend kemarin suaminya pulang tadi dia sedang kedatangan tam bulanan sehingga tak bisa memberi jatah kepada suaminya itu. Dan kini birahinya yang sempat tertahan justru dibangkitkan oleh lelaki yang bukan suaminya.

Nafas bu Niken mulai tak beraturan. Pak Bowo mengetahui kalo guru wanitanya itu sudah mulai digerogoti oleh nafsunya sendiri, tapi tangannya masih mencoba menepis untuk mempertahankan harga dirinya sebagai seorang istri baik-baik. Tapi pak Bowo terus meremas buah dada sebelah kiri milik bu Niken karena dia merasa berbeda reaksi wanita itu ketika payudaranya yang kanan diremas, lebih sering mendesah ketika diremas yang kiri. Dan benar saja, semakin lama nafas bu Niken semakin tak beraturan. Pak Bowo tersenyum dalam hatinya, sebentar lagi akan menaklukan satu lagi mangsa.


Tapi rupanya tidak ingin buru-buru, dia ingin membuat sebuah permainan yang akan membuat bu Niken semakin jatuh kedalam genggamannya. Diapun melepaskan ciuman dibibir bu Niken tapi masih terus meremas payudara sebelah kirinya.

“Sshh paaakhh udaahh hentikaann” tolak bu Niken dengan suara sedikit mendesah.
“Kalo bu Niken pengen saya hapus video itu, bu Niken harus mau ngelayanin saya. Bu Niken harus mau ngentot sama saya, gimana?”
“Sshh aahh nggakkh mauuhh paak, aaahh jangan itu, yang laaiinn”

Tiba-tiba pak Bowo menghentikan remasannya tapi tangannya masih tetap berada dibuah dada bu Niken yang masih tertutup seragamnya itu.

“Yang lain?”
“Iya pak, yang lain, asal jangan yang itu”
“Hmm baiklah, tapi sebagai gantinya, kamu harus nyepong kontolku sampai muncrat. Kalo dalam waktu kurang dari 10 menit kamu bisa bikin aku muncrat dimulutmu, aku bakal lepasin kamu. Video itu bakal aku hapus sekarang juga, dan aku juga nggak akan nyentuk kamu lagi, gimana?”
“Nggak, jangan pak, saya nggak mau, aaahhhh” tiba-tiba pak Bowo kembali meremas buah dada bu Niken yang membuatnya tanpa sadar mendesah keras.

“Kamu tinggal pilih Ken, mau aku entotin apa nyepong kontolku?” tangan pak Bowo semakin keras meremas payudara sebelah kiri bu Niken sehingga membuat guru wanita itu semakin tak karuan.
“Ii, iiyaa baik baik” jawabnya terbata-bata lalu pak Bowo menghentikan remasannya.
“Baik apa? Ngentot? Apa nyepong?”
“Saa,,sayaa,, biar saya kulum penis bapak” bu Niken tampak ragu-ragu mengucapkannya.
“Ngulum penis? Aku nggak nyuruh kamu gitu, pilihannya aku entot apa kamu nyepong kontolku?”
“Sa,, saya,, saya nye,, nyepong kon,,, tol” bu Niken benar-benar risih mengucapakannya. Dia bukannya tak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu, tapi selama ini dia berkata kotor hanya saat bercinta dengan suaminya, tapi sekarang dia mengucapkan itu didepan orang lain, yang adalah kepala sekolahnya sendiri.
“Hahaha yaudah, sana bukain celanaku, keluarin kontolku dan buruan sepong”

Bu Niken yang tak punya pilihan lain lagi langsung berpindah duduk bersimpuh didepan pak Bowo yang membuka kakinya. Perlahan dengan tangan yang gemetaran dia buka ikat pinggang, kancing celana lalu menuruntkan resleting celana pak Bowo.

Terlihat celana dalam pak Bowo yang berwarna hitam itu mengembung. Bu Niken cukup terkejut karena dari balik celana dalam saja terlihat penis pak Bowo cukup besar. Dengan tangan yang semakin gemetaran dia turunkan celana dalam pak Bowo dan langsung terkejut saat melihat batang penis yang panjang dan besar milik pak Bowo yang sudah keras dan terlihat berurat.


“Kok kaget gitu? Nggak pernah liat kontol gede kamu ya? Haha”

Bu Niken diam saja karena memang kata-kata pak Bowo benar. Selama ini dia belum pernah melihat langsung penis sebesar itu. Penis milik suami dan mantan pacarnya dulu lebih kecil dari ini.

“Ayo cepet sepong Ken, aku mulai waktunya ya” pak Bowo memperlihatkan layar HPnya kepada bu Niken dan terlihat timer sudah berjalan. Bu Niken panik karena dia tahu cuma punya waktu 10 menit untuk membuat penis itu memuntahkan laharnya. Segera saja tangan bu Niken memegang dan mulai mengocok penis itu dengan gerakan yang kaku. Selama ini belum pernah dia mengocok penis lain selain milik suami dan mantan pacarnya dulu.

Sekitar satu menit lebih bu Niken mengocok penis itu tapi masih ragu untuk memasukan kemulutnya. Dia jarang melakukan itu kepada suaminya, sehingga merasa risih harus melakukannya kepada orang lain.


“Kalo cuma kamu kocok gitu, sejam juga nggak bakalan keluar Ken, apa kamu sebenernya pengen dientot aja?” kata-kata pak Bowo menyadarkan bu Niken. Akhirnya dengan perasaan yang sangat enggan dia membuka mulutnya lebar-lebar, lalu memasukan penis itu kedalam mulutnya. Dia menjilati kepala penis itu sambil tangannya tetap mengocok penis pak Bowo.

Pak Bowo tersenyum puas melihat wanita muda yang masih memakai jilbab itu mulai menyepong kontolnya. Meskipun dirasakan oleh pak Bowo tekniknya sangat payah, kalah jauh ketimbang bu Farah dan bahkan istrinya sendiri. Tapi melihat keterpaksaan bu Niken melakukannya memberi kepuasan tersendiri kepada pak Bowo. Sudah hampir 5 menit waktu berjalan tapi penis pak Bowo belum apa-apa. Bu Niken masih terus berusaha mengeluarkan teknik yang dia bisa, meskipun bagi pak Bowo itu masih payah. Tangan pak Bowo mengelus kepala bu Niken yang masih tertutup jilbab itu, yang kini bergerak naik turun mengulum penisnya.

“Ken, buka baju kamu, aku pengen liat toketmu, biar makin nafsu dan cepet keluar” perintah pak Bowo. Bu Niken yang sempat melihat timer diHP pak bowo sudah lewat 5 menit semakin panik. Dia berpikir mungkin ada benarnya juga, memberi sedikit bonus kepada kepala sekolahnya itu agar bisa cepat tuntas tugasnya. Akhirnya dengan mulut yang masih mengulum penis pak Bowo, tangan bu Niken melepaskan beberapa kancing atasnya hingga terlihat belahan dadanya yang indah.


Tapi pak Bowo tak puas hanya melihat itu dan menyuruh bu Niken membuka semua kancing bajunya. Bu Nikenpun menurut, akhirnya semua kancing baju seragamnya terlepas. Dia sempat terkejut saat merasakan tangan pak Bowo meremas kedua payudaranya, tapi kemudian membiarkannya saja, dia berpikir biarlah bagian tubuhnya disentuh asal lelaki ini cepat mengeluarkan spermanya. Tapi bu Niken belum tahu ketahanan pak Bowo, yang memang sengaja mempermainkannya.




Tangan pak Bowo semakin kurang ajar dengan menyingkap beha bu Niken keatas hingga terlihatlah sepasang gundukan indah miliknya. Kembali tangan pak Bowo meremas kedua payudara itu. Bu Niken semakin blingsatan saat jari pak Bowo memainkan putingnya terutama yang sebelah kiri. Bu Niken bisa merasakan kalo celana dalamnya kini sudah mulai basah dirangsang oleh pak Bowo.

“8 menit Ken” bu Niken semakin panik dan semakin berusaha menghisap, menjilat dan mengocok penis pak Bowo. Tapi lelaki itu ternyata punya daya tahan yang prima, sehingga sampai sekarang penisnya belum apa-apa.

Saking paniknya bu Niken hanya membiarkan saja waktu pak Bowo melolosi baju seragam dan juga behanya. Kini bagian atas tubuh wanita muda itu sudah telanjang. Kembali tangan pak Bowo menggerayangi tubuh mulus dan kencang bu Niken. Bu Niken mengingat waktunya yang semakin sempit semakin meningkatkan aksinya, tapi sampai 10 menit berlalu penis pak Bowo belum juga mengeluarkan laharnya.


“Waktunya habis Ken, kamu gagal”
“Paak kasih saya waktu lagi pak, saya sepongin kontol bapak lagi. Plis pak kasih saya waktu” bu Niken yang tak ingin memberikan tubuhnya kepada pak Bowo mencoba menawar.
“Baiklah, aku kasih 5 menit lagi, tapi kamu sepong kontolku sambil telanjang. Ayo buka rok dan sempakmu” perintah pak Bowo.
“10 menit lagi pak” kembali bu Niken mencoba menawar dan dijawab dengan anggukan oleh pak Bowo, kemudian menyuruh guru muda itu untuk membuka pakaiannya yang tersisa.

Bu Niken yang sudah kalut akhirnya menuruti perintah pak Bowo. Dia langsung melepaskan rok panjang seragamnya sekaligus celana dalamnya. awalnya dia ragu untuk melepaskan celana dalam tapi karena tatapan tajam pak Bowo akhirnya dia melepaskannya juga.

Bu Niken sudah akan melepas jilbabnya tapi pak Bowo melarang. Bu Niken akhirnya kembali bersimpuh dan menyepong kontol kepala sekolahnya lagi. Pada saat itu pak Bowo mulai melepaskan bajunya, dan bu Niken tak mempedulikan itu, saat ini yang dia pikirkan hanyalah bagaimana pak Bowo bisa orgasme dengan mulutnya, tanpa menyadari dia sudah semakin jauh masuk keperangkap kepala sekolahnya itu.


Pak Bowo cukup kagum dengan tubuh bu Niken. Tidak selangsing bu Farah tapi tubuh itu terlihat kencang. Maklum saja karena bu Niken rutin ikut senam dan yoga sehingga tubuhnya begitu sintal menggairahkan, apalagi gundukan payudaranya yang menantang. Pak Bowopun mulai menggerayangi tubuh bu Niken yang masih terjangkau oleh tangannya. Tanpa sadar perlakuan pak Bowo itu membuat birahi bu Niken kian naik, tapi dia masih terlalu fokus pada tugasnya sendiri.

Sampai-sampai tubuh wanita muda itu tersentak saat merasakan bongkahan pantatnya yang semok diremas oleh pak Bowo, sementara tangan satunya mencoba untuk meraih daerah kemaluannya tapi agak kesulitan karena perut pak Bowo yang agak tambun tertahan kepala bu Niken. Waktu terus berjalan dan penis pak Bowo belum menunjukan tanda-tanda akan keluar, dan itu semakin membuat panik bu Niken.

Sebenarnya waktu sudah lewat tapi keduanya tak sadar. Pak Bowo baru sadar waktu melihat timer diHPnya sudah menunjukan menit ke 23. Serta merta pak Bowo menarik kepala bu Niken dan meraih tubuh wanita itu, menghempaskannya ke sofa panjang disamping mereka.


“Udah lewat Ken, waktu buat mulutmu udah abis, sekarang waktu buat memekmu ngerasain kontolku” pak Bowo langsung mengambil posisi diantara kedua kaki bu Niken.
“Jangan pak jangan, kasih saya waktu lagi, jangaan aaaaaahhhhh” terlambat. Pak Bowo sudah memasukan penis besarnya kevaginanya yang masih terasa sempit itu. Dia langsung menangis.

“Oouhhh memek kamu masih sempit Ken, lebih enak ketimbang punya Farah” bu Niken yang sedang menangis terkejut mendengar nama bu Farah. Dia tak menyangka lelaki bejat itu juga sudah meniduri guru BK cantik itu. Tapi dia tak sempat berpikir lagi ketika pak Bowo mulai memompakan penisnya divaginanya.

“Aahh pelaan paak, sakiiiiitt” jerit bu Niken karena pak Bowo menyetubuhinya dengan kasar. Pak Bowo tak mempedulikannya. Bahkan tangannya mulai meremas dengna kasar payudara bu Niken. Bu Niken yang masih terus menjerit dan menangis langsung dibungkam oleh lumatan ganasnya.

Wanita muda guru bahasa inggris itu tak bisa berbuat banyak ketika tubuhnya dipompa dengan kasar oleh pak Bowo. Dia hanya bisa mencakar punggung pak Bowo tapi tak dirasakan oleh lelaki itu.


Plok plok lok plok plok. Suara tumbukan kedua kelamin itu terdengar jelas diantara isak tangis bu Niken yang tertahan oleh lumatan bibir pak Bowo. Wanita yang sudah telanjang bulat dan hanya menyisakan jilbabnya saja itu akhirnya pasrah saja. Lama kelamaan rasa sakit yang dirasakan bu Niken perlahan menghilang, berubah menjadi kenikmatan yang belum pernah dia rasakan. Penis besar dan panjang pak Bowo terasa sekali memenuhi rongga vaginanya. Urat-urat dipermukaan penis pak Bowo yang bergesekan dengan dinding vaginanya juga memberinya rangsangan yang lebih, hingga kini vaginanya semakin basah.

Tangisan bu Niken sudah berhenti, jeritannya sudah tak terdengar lagi. Kini sudah mulai terdengar desahan dan erangan kenikmatan dari guru muda itu. Selama lebih dari 5 menit berada dalam posisi itu, pak Bowo kemudian merubah posisinya. Dia mengangkat tubuh bu Niken mendudukinya sedangkan dia duduk bersandar di sandaran sofa. Bu Niken tahu apa yang harus dia kerjakan, secara alami dia menaikturunkan tubuhnya. Kedua tangan bu Niken bertumbu dipundak pak Bowo. Kini terlihat kalo bu Niken sedang tidak lagi diperkosa, tapi melakukan persetubuhan dengan kemauannya sendiri.

Pak Bowo diam saja membiarkan bu Niken mengambil peran. Dia hanya menatap tersenyum guru muda yang baru saja dai taklukan itu. Kedua payudaranya yang besar dan padat itu terlihat bergerak naik turun dengan indahnya. Bu Niken sendiri hanya memejamkan matanya, meresapi kenikmatan yang diberikan oleh penis kepala sekolahnya itu. Belum pernah selama ini dia bersetubuh senikmat itu dengan suaminya. Gerakan bu Niken semakin cepat saat dia sedang mengejar orgasmenya, dan pak Bowo membiarkannya saja.


“Aaahhhh paaaaaakkkhhhh” bu Niken mendesah panjang saat gelombang orgasme menerjangnya. Dia kelojotan diatas tubuh pak Bowo, kemudian ambruk menimpa lelaki itu.
“Gimana rasanya kontolku? Enak kan? Tadi aja nolak-nolak, sekarang muncrat, dasar guru lonte” hinaan pak Bowo jelas membuat bu Niken sakit hati, tapi dia sendiri tak bisa menyangkal kalo penis kepala sekolahnya itu benar-benar memberinya kenikmatan yang amat sangat.

“Ayo goyang lagi, masa baru segitu aja udah loyo” tantang pak Bowo. Bu Niken yang sudah pasrah kembali menggerakan badannya naik turun dan kedua tangannya bertumpu dipundak pak Bowo lagi. Gerakan bu Niken kali ini terasa lebih liar dari sebelumnya karena dia merasa sudah kepalang tanggung, berpura-purapun tak ada gunanya, lebih baik menikmati permainan ini karena benar-benar nikmat dia rasakan.

Hampir 5 menit lamanya tubuh bu Niken memompa penis pak Bowo hingga dia tak bisa lagi bertahan dan akhirnya dengan sebuah desahan panjang dia melepaskan orgasmenya lagi. Bu Niken terlihat sudah lemas, karena itu pak Bowo kembali mengambil kendali. Dia memposisikan tubuh bu Niken menungging disandaran sofa, sedangkan dia berdiri dibelakang bu Niken. Dari belakan terlihat pantatnya yang besar membulat dan terlihat kencang. Saking gemasnya beberapa kali pak Bowo menampar-nampar pantat itu membuat bu Niken menjerit-jerit kecil.


“Aaaahh paaaakk” kembali bu Niken mendesah saat penis besar pak Bowo kembali menyodok-nyodok vaginanya yang semakin becek karena sudah 2 kali orgasme. Kedua payudara bu Niken kembali terlihat bergerak maju mundur mengikuti gerakan pompaan pak Bowo.

“Gimana Ken kontolku? Enak kan?”
“Aahh iyyaahh paakkhh, aahh aahh kontol paakhh aahhh kontol pak Bowo enaakkkhh”
“Sama kontol suamimu enak mana?”
“Aahh enakk aahh kontol bapaakhh aahh aahh, punya suamiku kecil paakk aahh aahh”

Bu Niken sudah semakin lepas kendali. Birahi yang dia tahan untuk nanti bercinta dengan suaminya diakhir pekan dia lepaskan semuanya saat ini. Dia sudah lupa statusnya sebagai seorang istri yang tak pernah menyeleweng dari suaminya. Dia sudah lupa bahwa dirinya adalah seorang guru alim yang dihormati sesama guru dan para muridnya. Saat ini yang ada dikepalanya hanyalah mengejar kenikmatan yang diberikan oleh pak Bowo. Beberapa menit kemudian kembali bu Niken tidak bisa menahan laju orgasmenya. Dia mendesah panjang melepaskan kenikmatan yang baru didapatkan.


Pak Bowo mendiamkan sejenak penisnya, membiarkan mangsa barunya itu untuk menikmati orgasmenya. Setelah tubuh bu Niken sudah dirasa rileks lagi, kembali pak Bowo memaikan penisnya. Kali ini dengan genjotan yang sedikit lebih cepat. Lagi-lagi bu Niken tak bisa bertahan lama hingga akhirnya mendapatkan orgasmenya yang keempat.

Dia benar-benar lemas. Belum pernah selama ini dia orgasme sampai sebanyak itu bercinta dengan suaminya. Tiba-tiba dia merasa penis pak Bowo dicabut, sehingga meninggalkan kekosongan dalam vaginanya. Dia baru saja mau bertanya saat dirasakan kepala penis pak Bowo digesek-gesekan ke lubang pantatnya. Bu Niken yang mengerti keinginan pak Bowo langsung panik lagi, belum pernah dia melakukan itu sebelumnya.

“Jangan pak, jangan disitu. Pake memek saya aja pak, jangan disitu, saya belum pernah” bu Niken mencoba bergerak tapi badannya kemudian ditahan oleh pak Bowo.
“Udah kamu diem aja. Mulai sekarang tubuh kamu itu milikku, terserah mau aku apakan”
“Jangan paakk aaaaahhhhh udaaahhh sakiiiiiiiittt” tiba-tiba kepala penis pak Bowo yang sudah basah oleh cairan kewanitaan bu Niken dipaksakan masuk kelubang pantatnya. Rasanya sakit sekali, lebih sakit daripada saat dulu dia diperawani suaminya.


“Rileks aja, jangan dilawan, nanti tambah sakit. Dulu Farah juga gitu, tapi sekarang malah keenakan” ujar pak Bowo. Kembali bu Niken terkejut mendengar nama bu Farah disebut-sebut pak Bowo. Benarkan mereka sudah melakukan sampai sejauh ini? 

“Iya bu Niken, rileks aja, entar juga enak” bu Niken terkejut saat mendengar suara seorang wanita. Dia memutar kepala mencari sumber suara itu, dan betapa terkejutnya dia melihat bu Farah ada diruangan itu sambil memegang kamera dan mengarahkan kedirinya yang sedang disodomi oleh kepala sekolahnya.

“Buu,, bu Farah? Aaaaaaahhhhhh” belum selesai bu Niken berkata-kata pak Bowo sudah melesakan lagi penisnya semakin dalam dilubang anus bu Niken. Bu Niken yang semakin kesakitan sudah tak bisa berpikir lagi entah sejak kapan bu Farah ada disitu dan mereka mereka. Tapi dia kemudian mengikuti kata-kata bu Farah untuk merilekskan otot dilubang pantatnya sehingga penis pak Bowo semakin dalam masuk dan kini tertanam semua dilubang yang masih perawan itu.

Tanpa menunggu lama pak Bowo kembali memompa penisnya. Bu Niken merasakan ngilu dan perih, juga mual diperutnya. Tapi lama-kelamaan genjotan pak Bowo dipantatnya memberikan suatu sensasi yang sulit untuk dia jelaskan. Diantara rasa sakit itu muncul sedikit kenikmatan, yang semakin lama semakin terasa. Bu Niken tak lagi menjerit seperti tadi, bahkan dia mulai mendesah saat pak Bowo menyodominya.




Hampir 10 menit menyodomi bu Niken sepertinya pak Bowo sudah mulai merasa pertahanannya akan bobol. Dia kemudian mencabut penisnya lalu membalikan tubuh bu Niken hingga terlentang disofa. Kemudian dengan cepat pak Bowo kembali melesakan penis besarnya itu kedalam kemaluan bu Niken yang sudah sangat becek. Bu Niken sempat menatap kearah bu Farah dan menggelengkan kepala, meminta rekan gurunya itu untuk tidak merekamnya, tapi bu Farah hanya tersenyum saja.

Gerakan pak Bowo makin tak beraturan dan itu membuat sedikit rasa sakit muncul diantara kenikmatan yang dirasakan oleh bu Niken. Wanita itu kembali dibawa keawang-awang oleh pak Bowo dan mendapatkan lagi orgasmenya, tapi kali ini pak Bowo tak berhenti dan terus memompa tubuh telanjang bu Niken. Wanita yang sudah bersuami itu hanya bisa pasrah tanpa melakukan apapun. Dia membuarkan saja pak Bowo dengan rakus menciumi bibirnya dengan irama pompaan yang semakin cepat.

Bu Niken sudah tak ingat lagi siapa yang menyetubuhinya, kepalanya sudah dipenuhi oleh kenikmatan. Apalagi gelombang orgasmenya yang kesekian kali tak lama lagi akan datang. Pak Bowopun menggerakan pinggulnya semakin liar sampai akhirnya sebuah sodokan keras dan dalam pak Bowo mengeluarkan lahar panasnya. Bu Niken tiba-tiba tersadar tapi sudah terlambat, benih lelaki itu telah masuk kerahimnya, dan bisa saja menghamilinya karena dia tidak menggunakan KB sama sekali.


Bu Niken kembali menangis mengingat kemungkinan dia akan hamil oleh lelaki yang bukan suaminya. Apalagi saat pak Bowo melepaskan spermanya, dia juga mandapatkan orgasme yang luar biasa, yang lebih nikmat dari sebelum-sebelumnya, dan itu adalah orgasme paling nikmat yang pernah dia rasakan seumur hidup.

Setelah membiarkan beberapa saat penisnya didalam vagina bu Niken hingga melemas, pak Bowo menarik penisnya keluar. Dia memanggil bu Farah untuk mendekat dan membersihkan penisnya itu. Dengan patuh bu Farah duduk bersimpuh dan menjilati penis pak Bowo. Dia bahkan mengarahkan kamera itu kedirinya sendiri, merekam dirinya sedang membersihkan penis lelaki yang bukan suaminya. Bu Niken yang melihat itu sungguh tak percaya. Guru BK yang cantik dan berkacamata idola para siswa itu sedang mengulum penis pak Bowo, bahkan terlihat doyan sekali.

Setelah itu pak Bowo beristirahat tanpak memakai pakaiannya lagi. Bu Niken masih terbaring dengan kedua kaki terbuka dan lelehan sperma keluar dari bibir vaginanya. Dia masih menangis sesenggukan. Dia tahu setelah ini pak Bowo pasti tidak akan berhenti, dan suatu saat menginginkannya lagi. Dia tahu tak bisa lepas lagi dari cengkraman kepala sekolahnya itu.


“Ken, mulai sekarang kamu sama seperti Farah ya. Kalian berdua adalah budakku, dan harus menuruti semua apa yang aku katakan. Kapanpun aku panggil kalian harus datang, tak peduli suamimu ada disini atau tidak. Kalo kamu nggak mau nurut, maka video itu, dan juga rekaman persetubuhan tadi akan aku sebarkan, kamu mengerti kan?”

Bu Niken hanya bisa mengangguk pasrah. Dia sudah tak punya pilihan lain lagi. Lagipula, dia juga merasakan kenikmatan dari penis pak Bowo yang seharusnya tidak boleh dia rasakan.

“Mulai besok, kalo kamu berangkat kesekolah, kamu nggak boleh pake beha dan celana dalam. Jadi kapanpun aku butuh, tinggal tancap saja”
“Taa,, taapi pak?”
“Nggak ada tapi tapian. Farah juga gitu kok, coba kamu tunjukin Far”

Bu Farah kemudian tersenyum dan berdiri. Dia lalu melepaskan kemeja dan rok seragamnya, dan memang didalamnya sudah tidak memakai apa-apa lagi. Beruntung bentuk payudara Farah masih kencang sehingga tidak terlihat kalo dia tidak memakai beha. Bu Niken juga bersyukur bentuk payudaranya juga masih kencang, jadi kalo tidak memakai beha mungkin tidak ada orang yang mengetahuinya. Apalagi dia memakai jilbab, sehingga bisa menutupi bagian dadanya kalo saja baju yang dia pakai terlalu tipis, sehingga tidak perlu takut putingnya terlihat oleh orang lain.


Akhirnya sore itu mereka kembali mengulangi permainan itu, kali ini bertiga dengan bu Farah. Bu Niken cukup kagum dengan stamina yang dimiliki oleh pak Bowo yang bisa membuat dia dan bu Farah kewalahan. Permainan baru berakhir menjelang magrib saat mereka sudah kelelahan. Badan bu Niken dan bu Farah sudah basah oleh keringat mereka sendiri dan sperma pak Bowo.

Bahkan dijilbab bu Niken sampai ada bercak-bercaknya. Bu Niken pulang dengan perasaan was-was karena dia takut satpam penjaga sekolahnya akan menyadari hal itu. Tapi untungnya waktu dia lewat satpam-satpam itu sedang berada didalam pos dan bahkan tidak melihatnya.

Sesampainya dirumah kembali bu Niken menangis sejadi-jadinya. Dia merasa sangat bersalah kepada suaminya karena meskipun awalnya dipaksa, sekarang dia justru ikut menikmati permainan pak Bowo. Dia bahkan sudah merindukan penis besar pak Bowo kembali mengaduk-aduk vaginanya meski tadi sudah dibuat tak berdaya oleh keperkasaan pria itu. Dia tak tahu lagi apa yang akan terjadi besok dan seterusnya, tapi yang dia tahu, dia sudah tidak bisa lagi menghindar dari semua ini.




No comments