Cerita Ngentot Muslihat Sang Kakek Bejat
Cerita Ngentot Muslihat Sang Kakek Bejat
Di jalanan desa di sebuah pegunungan selatan Jawa Timur, tampak seorang laki-laki berusia lanjut sedang berjalan dengan gontai. Dilihat dari perawakan dan keriput di kulitnya, usianya kurang lebih mendekati 60 tahun. Tapi meski begitu, bentuk fisiknya masih terlihat kuat, seperti layaknya lelaki yang berusia 35 tahun.
Maklum, sehari-hari dia bekerja sebagai kuli bangunan. Pekerjaannya yang berat membuat kondisi fisiknya tetap terjaga dengan bugar. Menjadi kuli bangunan tidak dilakukannya di negeri sendiri, tapi di Malaysia. Dia menjadi TKI disana. Kini, setelah 30 tahun berada di Malaysia, dia pulang untuk melihat kampung halamannya.
Terpancar raut wajah lelah di muka lelaki bernama Dewo itu. Sudah dari tadi dia mencari rumah orang tuanya di desa Wonosari, tapi masih belum ketemu juga. Suasana kampungnya memang tidak banyak berubah, hanya jumlah rumahnya saja yang sedikit bertambah. Dulu hanya ada sekitar dua puluh rumah, sekarang mungkin tidak lebih dari 60 rumah. Maklum, desa Wonosari merupakan daerah terpencil di pegunungan. Penerangan listrik pun belum masuk ke desa tersebut.
Sudah hampir tiga jam Dewo mencari rumah orang tuanya. Ketika sudah ketemu dan didatangi, ternyata bukan kedua orang tuanya yang menemui, melainkan seorang berbaju muslim yang sepertinya adalah seorang Kyai. Rumah itu sudah berpindah tangan. “Mungkinkah Kyai itu adalah anak pungut orang tuanya dulu?” Dewo berkata dalam hati.
“Mencari siapa, Pak?” tanya Kholil kepada Dewo.
Dengan tergagap Dewo menjawab, “Apakah benar ini rumah Pak Markum?”
Kholil terkejut ketika Dewo menanyakan Markum, bapak angkatnya. “Bapak siapa?” tanya Kholil balik.
“Saya adalah anaknya yang telah lama pergi merantau.” jawab Dewo terus terang.
Betapa terkejutnya Kholil mendengar jawaban itu. Markum, bapaknya, memang pernah berkata kalau dirinya mempunyai anak. Tapi karena kenakalannya, anak itu diusir pergi. Dan sampai Markum dan istrinya meninggal, anak itu tidak pernah kembali ke rumah.
Kholil segera mempersilahkan Dewo untuk masuk ke dalam, dia kemudian memanggil istrinya. “Nyai, ada tamu. Tolong si Rohmah dan adikmu diajak sekalian.”
Tak lama kemudian, Nyai Siti, istri Kholil, keluar diiringi oleh dua orang gadis muda yang terlihat malu-malu.
“Nyai, ini ada tamu. Pak Dewo ini adalah anak dari bapak angkat kita. Pak Dewo ini sudah sekian lama merantau dan sekarang pulang ke desa ini untuk mencari Pak Markum.”
Mendengar apa yang dikatakan Kyai Kholil, betapa terkejutnya mereka, karena tidak menyangka akan bertemu kembali dengan anak Pak Markum yang asli. Akhirnya keluarga itu dengan hormat menjamu Dewo.
Nyai Siti berumur 35 tahun, wajahnya mirip artis Titi Kamal. Sedangkan anaknya yang bernama Rohmah berusia 16 tahun, wajahnya mirip dengan artis Zaskia Adya Mecca. Adik Nyai Siti yang bernama Wiwik, seperti Ike Nurjanah. Ketiganya cantik, dengan pakaian jubah dan kerudung panjang yang menutup sampai ke dada. Maklum, Kyai Kholil adalah sosok yang disegani di kampung. Sehari-hari ia bertindak sebagai pemuka agama.
Rasa sungkan keluarga Kyai Kholil kepada Dewo makin bertambah besar ketika Dewo memberikan oleh-oleh dari Malaysia berupa baju dan perhiasan yang sedianya akan diberikan kepada orang tuanya. Apalagi ketika Dewo berkata bahwa uang tabungan selama dia bekerja dapat digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga Kyai Kholil.
Dewo cuma meminta satu hal, ia ingin menghabiskan hari tuanya di rumah ini. Begitu besar keinginannya itu hingga dia bahkan tidak keberatan kalau Kyai Kholil menyuruhnya untuk menggarap ladang yang sebenarnya masih milik orang tuanya.
Akhirnya, tanpa banyak halangan berarti, Dewo pun tinggal bersama dengan keluarga Kyai Kholil. Dia menempati kamar belakang yang terpisah dengan rumah induk yang jaraknya sekitar 10 meter. Hampir dua bulan Dewo tinggal di rumah Kyai Kholil, dan warga sekitar sudah tahu keberadaannya. Cuma warga tidak banyak yang tahu tentang masa lalu Dewo yang kelam, yang suka memperkosa wanita dan menggoda istri orang. Bahkan Dewo tidak segan untuk membunuh lelaki yang merebut para wanita incarannya. Warga cuma tahu tahu kalau Dewo adalah anak Pak Markum yang ingin menghabiskan sisa hidupnya di desa ini.
Padahal Dewo yang sekarang masih seperti yang dulu. Di Malaysia, dia suka bermain perempuan, bahkan setiap hari. Dan begitu tinggal di desa Wonosari, sudah hampir dua bulan ini ia tidak bisa menyalurkan hasrat seksualnya. Betapa tersiksanya laki-laki tua itu. Sempat terlintas di pikirannya untuk menyetubuhi istri Kyai Kholil yang cantik. Maka demi memuluskan ambisinya itu, iapun segera mengatur rencana agar bisa mendapatkan tubuh molek Nyai Siti, kalau bisa beserta anak dan adiknya juga.
Sebagai seorang Kyai, terkadang Kyai Kholil dalam satu bulan bisa empat sampai lima kali meninggalkan rumah. Kalau dihitung, praktis hanya seminggu ia berada di rumah. Sama seperti saat itu, ketika Kyai Kholil sedang ada pertemuan antar Kyai di kota lain selama empat hari. Kesempatan ini segera dimanfaatkan oleh Dewo untuk menjalankan rencananya. Sebelum berangkat, Kyai Kholil berpesan kepada Dewo agar menjaga keluarganya, dan Dewo pun menyanggupi, meski dengan senyum iblis tersungging di bibir.
Malam itu hujan turun deras sekali. Jam delapan malam, anak dan adik Nyai Siti sudah lelap tertidur. Tidak ada penerangan listrik membuat mereka malas melek sampai malam. Nyai Siti yang hendak ke belakang bertemu dengan Dewo yang sedang duduk di teras belakang sambil merokok. “Eh, Pak Dewo… belum tidur, Pak?” sapa wanita cantik itu.
“Belum, Bu,” jawab Dewo.
Sekembali dari kamar mandi, Nyai Siti kemudian bertanya kepada Dewo. “Pak, saya buatkan teh panas ya, biar nggak kedinginan,”
“Ah, nggak usah repot, Bu.” jawab Dewo pura-pura.
“Ah, nggak papa, Pak Dewo,” jawab Nyai Siti. Tak berapa lama kemudian, wanita itu sudah kembali dengan dua gelas teh panas berada di tangan. Dewo mulai berpikir, “Aku harus bisa merasakan tubuh Nyai Siti!” tekadnya dalam hati. “Pak Dewo, ayo diminum. Kok malah ngelamun sih?” pertanyaan Nyai Siti membuyarkan pikiran kotornya.
“Ya, Bu, terima kasih.” Selesai meminum teh panas, Dewo bertanya kepada nyai Siti, “Semuanya sudah tidur, Bu?”
“Iya, Pak. Hujan-hujan begini anak sama adikku pada males bangun.” jawab Nyai Siti tanpa curiga.
“Wah, kesempatan nih!” pikir Dewo. “Bu, kalo boleh minta tolong, saya minta minyak kayu putih jika ada,” pintanya.
“Oh, ada, Pak. Sebentar saya ambilkan,” jawab Nyai Siti.
Saat wanita itu masuk ke dalam rumah untuk mengambil minyak kayu putih, Dewo diam-diam memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Nyai Siti.
“Ini, Pak, minyak kayu putihnya. Dibawa aja, nanti saya bisa beli lagi.” Nyai Siti memberikan botol kecil yang ada di tangannya pada Dewo.
“Terima kasih, Bu.” Dewo menerimanya dengan senang hati.
Sambil ngobrol-ngobrol kembali, Nyai Siti tanpa rasa curiga sedikitpun, mulai meminum teh panasnya yang telah diberi obat perangsang oleh Dewo. Tidak butuh waktu lama, obat itupun mulai bekerja. Nyai Siti merasa gairah dalam tubuhnya tiba-tiba menggebu. Ia mulai berkeringat dan bernafas agak berat. Dewo yang mengetahui bahwa Nyai Siti sudah berada dalam pengaruh obatnya, segera menggeser duduknya lebih dekat dengan istri Kyai Kholil itu dan berkata, “Bu, kok hujannya lain ya? Lebih dingin udaranya.” pancingnya.
“Iya, Pak.” jawab Nyai Siti dengan suara parau.
Dengan sengaja Dewo meletakan tangannya di paha wanita cantik itu. Melihat tindakan si Dewo, seharusnya Nyai Siti marah. Tapi ia sudah hilang akal, pengaruh obat perangsang telah meruntuhkan kesadarannya. Yang ada dia malah diam saja, bahkan Nyai Siti seperti menikmati elusan tangan Dewo di atas kulit pahanya yang putih mulus. Melihat itu, Dewo pun jadi semakin berani. Ia segera merangkul tubuh montok Nyai Siti dan mencium bibirnya.
“Ehm, Pak!” desah Nyai Siti saat Dewo mulai melumat bibirnya dengan rakus.
Merasa tidak ada penolakan, tangan Dewo dengan cepat mulai menyingkap jubah Nyai Siti, ia mengangkat kain panjang itu hingga ke pinggang. Paha Nyai Siti yang putih dan mulus segera terlihat dengan jelas, tampak begitu menyilaukan di malam yang gelap dan dingin itu. Tak tahan memandanginya lama-lama, Dewo pun dengan penuh nafsu langsung menunduk dan menciuminya. “Ah… geli, pak Dewo!” pekik Nyai Siti dengan tubuh menggelinjang, tapi sama sekali tidak keberatan.
Merasa mendapat angin segar, Dewo pun semakin berani. Sambil mengusap-usap paha mulus Nyai Siti, ciumannya mulai bergerak ke arah selangkangan wanita cantik itu. Ia ciumi vagina Nyai Siti dari luar celana dalamnya, sambil sesekali ia menekan hidungnya pada vagina yang harum dan empuk itu.
“Aghhh… Pak!” Nyai Siti mendesah hebat, seolah sangat menikmatinya.
Tapi rangsangan yang diberikan Dewo tidak berhenti sampai disitu, sambil terus mengendus selangkangan Nyai Siti, dia menjulurkan tangannya dari bawah jubah dan memasukkannya ke balik BH. Diusap dan dipegangnya puting Nyai Siti yang terasa mulai tegak membesar. Ia pijit dan pilin-pilin ringan benda mungil itu hingga tak berapa lama kemudian, tiba-tiba Nyai Siti menjepit kepalanya dan mendesah hebat, “Shshshsshh… aghgahahh!” tubuh montoknya menggelinjang, dan Dewo merasakan hidung dan mulutnya tiba-tiba basah oleh cairan kewanitaan. Begitu banyaknya hingga menembus sampai luar celana dalam.
“Pak Dewo, belum pernah kurasakan yang seperti ini, bahkan dari suamiku, dia tidak pernah menciumi vaginaku seperti ini.” kata Nyai Siti dengan mata setengah terpejam, keenakan.
Dewo pun langsung tahu arah pembicaraan ini, ia segera menggandeng tangan Nyai Siti dan diajaknya untuk masuk ke dalam kamar yang selama ini ditempatinya. Nyai Siti seperti hilang kesadaran, dengan patuh mengikuti. Sesampainya di dalam, Dewo langsung melucuti bajunya. Terjuntai lah batang kontolnya yang belum ngaceng sepenuhnya, besar seperti pisang Ambon dan panjang seperti tongkat satpam.
Melihat kontol yang luar biasa itu, Nyai Siti melongo. Inilah kontol terbesar dan terpanjang yang pernah ia saksikan seumur hidupnya. Belum sempat hilang rasa herannya, tubuh Nyai Siti sudah didorong oleh Dewo hingga jatuh ke atas ranjang. Dewo yang masih ingin mempermainkan Nyai Siti, kemudian mencium bibir wanita cantik itu. Ia juga mengelus-elus seluruh bagian tubuh Nyai Siti, terutama payudaranya yang bulat membusung. Dewo sangat suka sekali dengan benda itu. Terasa sangat empuk dan kenyal sekali dalam genggaman tangannya.
Sambil terus melumat, dia mulai melepas kancing depan baju Nyai Siti satu demi satu sampai terbuka seluruhnya. Tidak hanya itu, ia juga melepas kait BH Nyai Siti, tapi tidak ia tarik, BH itu tetap dibiarkannya disitu. Kalau ingin memegang payudara Nyai Siti, ia cukup menyingkapkannya ke atas, dan terpampanglah benda putih mulus itu.
Nyai Siti semakin terbelalak menyaksikan kontol Dewo yang semakin membesar dan memanjang. Seperti layaknya penis kuda, sekarang kontol itu sudah hampir 25 centi panjangnya. Diameternya juga sangat luar biasa, telapak tangan Nyai Siti tidak bisa mencakup semuanya saat mencoba menggenggamnya. Tersenyum bangga, Dewo dengan kasar melepas celana dalam Nyai Siti, satu-satunya penutup yang masih tersisa di tubuh montok wanita cantik itu. Jilbab Nyai Siti yang bermotif kembang-kembang tidak ia lepas, Dewo merasa benda itu tidak begitu mengganggu aktivitasnya, bahkan semakin menambah gairahnya.
Nyai Siti memandangnya sayu saat mereka saling bertatapan. Dewo melihat wanita itu sepertinya senang dengan apa yang ia lakukan. Dia jadi lebih berani mengusap-usap dada Nyai Siti yang kenyal menegang dengan puting yang terasa semakin mengeras tajam. Dewo mendekatkan mulutnya untuk mencium puting mungil itu.
Erangan halus keluar dari mulut Nyai Siti saat Dewo mulai mengecup dan menghisapnya secara perlahan, bergantian kiri dan kanan. Ia terus melakukannya hingga puting yang memerah itu semakin mengeras dan menegak. Nyai Siti tampak semakin gelisah, nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambut Dewo yang sedang tenggelam di celah buah dadanya, mulutnya mendesah-desah, “Ssshh… sshh… aghhh… Pak Dewo!”
Dewo menurunkan ciumannya. Lidahnya kini bermain-main di pusar Nyai Siti, menggelitik lembut disana, sambil tangannya mulai mengusap-usap paha Nyai Siti yang putih dan mulus. “Pak Dewo, ughh…” istri Kyai Kholil itu memanggil saat tangan nakal Dewo mulai menyentuh daerah kemaluannya. Dewo mengusap-usap perlahan rambut halus yang tumbuh disana sebelum akhirnya lidahnya terjulur dan mulai menjilatinya.
Bau kemaluan Nyai Siti merangsang sekali, wangi dan harum, sama sekali tidak amis, dengan satu bau khas yang sukar untuk diceritakan. Dewo membuka lebar-lebar paha wanita cantik itu untuk mencari biji klitorisnya. Ia sibak bibir vagina yang telah basah itu. Saat sudah menemukannya, kembali ia julurkan lidah untuk menghisap dan menggigitnya.
“Eghhh… Pak Dewo!” Nyai Siti mendesah kegelian. Liang kemaluannya tampak semakin basah dan memerah. Baunya juga menjadi semakin kuat. Membuat Dewo jadi semakin terangsang. Dilihatnya cairan berwarna putih sudah keluar dari lubang sempit itu. Ini tanda bagi Dewo untuk segera beralih ke tahap selanjutnya.
Diperhatikannya tubuh molek Nyai Siti yang berbaring telentang atas di ranjang. Terutama buah dadanya yang membusung indah, yang seperti minta untuk disentuh dan diemut. Putingnya yang mungil kemerahan terlihat basah karena air liur Dewo. Perut Nyai Siti tampak cukup rata dan langsing, hanya ada sedikit lipatan lemak disana. Kakinya yang terbuka lebar membuat Dewo bisa menyaksikan dengan jelas lubang kemaluannya yang basah dan menganga lebar, siap untuk dimasuki.
Jadi, sambil tersenyum mesum, Dewo pun segera menindih tubuh Nyai Siti. Didekapnya istri Kyai Kholil itu dan dipeluknya dengan gemas sambil melumat mesra bibir ranumnya. Tangan Dewo meraba seluruh tubuh Nyai Siti yang mulus dan halus. Sambil memegang puting susunya, Dewo meremas-remas buah dada Nyai Siti yang padat dan kenyal. Ia memijit dan mengusap-usapnya hingga nafsu Nyai Siti makin terangsang hebat. Nyai Siti membalas dengan menggenggam penis Dewo erat-erat lalu diusap-usapnya penuh rasa sayang.
Dewo membuka lebar-lebar paha Nyai Siti untuk mencari liang vaginanya. Setelah ketemu, tanpa memberitahu sebelumnya, dia langsung melesakkan kontolnya menembus lubang sempit itu. “Aaugh… ahhh…” Nyai Siti menjerit tertahan, tubuhnya menggelinjang seperti kesakitan karena memeknya terasa penuh oleh kontol Dewo yang besar dan panjang.
“Pelan-pelan, Pak Dewo!” Nyai Siti berbicara dengan nafas sesak. Mulutnya meringis seperti orang sedang menahan kencing.
Dewo segera memeluk tubuh molek Nyai Siti dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, ia menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut benda bulat itu. Mulutnya mengecup-ngecup sambil lidahnya memainkan putingnya. Lalu Dewo bertanya dengan suara lembut, “Mau diteruskan?”
Nyai Siti membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang begitu menggairahkan. Dewo pun menekan penisnya ke dalam. Kemudian ditariknya ke belakang perlahan-lahan. Ditekan lagi. Ditarik lagi. Begitu terus selama beberapa saat hingga kemaluan sempit Nyai Siti berubah menjadi sedikit lebih lebar, baru Dewo mempercepat hentakannya. Kini dengan lancar kontolnya keluar masuk di memek sempit Nyai Siti. Terasa hangatnya sungguh sangat menggairahkan.
“Ehss… ahmm… ughh…” Nyai Siti mendesah dan mengerang seiring dengan genjotan pinggul Dewo yang semakin cepat dan kencang. Bahkan punggungnya sampai terangkat-angkat untuk menyambut tusukan laki-laki tua itu.
Tak ingin kalah, sekuat tenaga Dewo terus memaju-mundurkan pinggulnya. Sambil menggoyang, ia juga terus meremas-remas payudara Nyai Siti yang bulat dan membusung indah. Sampai akhirnya ia merasakan badan Nyai Siti mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk tubuh Dewo erat-erat. Satu keluhan berat keluar dari mulutnya. “Arghhh… aku keluar, Pak Dewoooo…!” setengah berteriak, wanita itu orgasme. Vaginanya yang sempit menyemburkan cairan kental yang banyak sekali.
Merasa nikmat, bukannya berhenti, Dewo malah menggoyang pinggulnya semakin kuat. Kasur tempat mereka bersetubuh sampai berdecit-decit dibuatnya. Denyutan di kemaluan Nyai Siti kembali terasa, seakan ingin melumat penis Dewo yang tertanam di dalamnya. Dan tak lama, wanita itu kembali orgasme.
“Pak Dewoo… aku keluar lagi.” erang Nyai Siti, ingin dikasihani.
Tapi bukan Dewo namanya kalau bakal menyerah dalam waktu singkat. Ia terus mempercepat goyangannya, tak peduli meski memek Nyai Siti kembali berdenyut-denyut kencang, tanda kalau cairan cintanya akan muncrat lagi. Denyutan yang semakin keras membuat penis Dewo semakin menegang keras. Nyai Siti mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya, dan…
“Oughhh… Pak Dewo!” ia pun orgasme untuk yang ketiga kalinya.
Goyangan Dewo menjadi semakin kencang. Kemaluan Nyai Siti yang basah terasa semakin keras menjepit batang penisnya. Dirangkulnya tubuh istri Kyai Kholil itu kuat-kuat. Nyai Siti diam saja, malah ia bersandar pada tubuh kurus Dewo. Nyai Siti sudah lunglai tak bertenaga. Tiga kali orgasme membuatnya bagai lemas tak bertulang. Sementara itu, Dewo terus menggoyang hingga tak lama tubuh montok Nyai Siti kembali terguncang-guncang.
Nyai Siti membiarkan saja perlakuan itu. Ia sudah tidak kuat untuk membalas. Orgasme demi orgasme yang kembali ia raih membuatnya makin lemas dan terpuruk. Ia pasrah tubuhnya yang masih terbungkus jilbab dan jubah dikerjai oleh Dewo.
“Pak Dewo kok kuat sekali sih… sudah sembilan kali aku keluar, tapi Pak Dewo tetep aja kuat?” tanya Nyai Siti dengan suara lirih.
Dewo mencabut penisnya dan bertanya, “Nyai bisa bantu saya?”
Merasa tidak enak hati karena sudah diberi kenikmatan bersetubuh yang bertubi-tubi, Nyai Siti tidak sanggup untuk menolak. Ia pun mengangguk dan menyanggupi. “Apa yang bisa kulakukan untukmu, Pak?” tanyanya lirih.
Sambil meremas-remas payudara bulat Nyai Siti, Dewo kemudian berdiri di pinggir ranjang, sedangkan Nyai Siti duduk di depannya. Dia menyorongkan kontolnya kepada wanita cantik itu. “Nyai, tolong sepong kontolku,” pintanya, sedikit memaksa.
Awalnya Nyai Siti tidak mau. Ia merasa jijik melakukan hal seperti itu. “Ini kan kotor, Pak.” tolaknya halus.
Namun Dewo terus memaksa, hingga akhirnya mau tidak mau Nyai Siti terpaksa melakukannya. Pertama memang kaku, ia cuma menjilati ujungnya saja. Tapi itupun sudah cukup membuat Dewo merem melek keenakan. Semakin lama, hisapan Nyai Siti semakin terasa nikmat. Wanita itu kini sudah mulai berani memasukkan penis Dewo ke dalam mulutnya. Namun baru separuh yang masuk, Nyai Siti sudah tersedak. Wanita itu terbatuk-batuk dan segera meludahkan penis Dewo kembali.
“Gede banget burungmu, Pak.” keluh Nyai Siti.
Tidak peduli, sambil memegang kepala Nyai Siti yang masih terbungkus jilbab, Dewo meminta istri Kyai Kholil itu agar kembali melahap penisnya. Tidak sanggup untuk menolak, Nyai Siti pun kembali menjilatinya. Mata Dewo terpejam-pejam ketika lidah basah Nyai Siti mulai melumat kepala penisnya dengan lembut. Kontol itu dikulum Nyai Siti sebisanya, yang penting bisa membuat Dewo mengerang dan merintih penuh nikmat.
Tidak tahan diperlakukan seperti itu, dalam keadaan sangat bergairah, akhirnya Dewo sampai ke puncak. Air maninya muncrat ke dalam mulut Nyai Siti, hampir setengah gelas. Tubuh tua Dewo bergetar kencang saat cairan itu menyembur keluar.
“Umph… humphhh!” Nyai Siti berusaha membuangnya, namun karena Dewo menjejalkan penisnya dalam-dalam, terpaksa sebagian sperma Dewo tertelan olehnya. Terengah-engah, ia memandangi Dewo yang tersenyum penuh kemenangan.
“Bagaimana rasanya, Nyai?” tanya Dewo menggoda.
Bukannya marah, Nyai Siti malah ikut tersenyum dan mengangguk. “Lumayan, sperma Pak Dewo enak juga.” Ia merasakan ada yang berubah pada dirinya setelah menelan sperma laki-laki tua itu, sisi liar yang selama ini tersembunyi dalam dirinya seperti terbangkitkan. Selama ini Nyai Siti belum pernah ngeseks dengan suaminya sampai sembilan kali orgasme seperti yang telah dilakukannya dengan Dewo barusan. Dan ternyata, hal itu sangat nikmat sekali. Nyai Siti menyukainya. Ia ketagihan dibuatnya.
Maka itu, begitu Dewo bertanya, “Gimana, Nyai, enak nggak kawin denganku?” Nyai Siti segera membalas. “Enak sekali, Pak Dewo. Ayo kita ulangi lagi.” Gila, seorang istri Kyai bisa berkata seperti ini. Memang, nafsu sanggup membuat seseorang kehilangan akal. Apalagi saat melihat kontol Dewo yang ngaceng lagi, makin senanglah wanita setengah baya itu.
“Sekarang lepas semuanya ya, Nyai… jilbab, BH dan jubahmu,” pinta Dewo.
Tanpa perlu diperintah dua kali, Nyai Siti menuruti keinginan laki-laki tua itu. Dengan cepat pakaiannya luruh ke lantai hingga ia sama-sama bugil seperti Dewo. Kali ini Nyai Siti tidak sungkan lagi melayani Dewo. Tanpa rasa malu, ia memeluk Dewo dan kemudian melumat bibirnya. Sambil terus berpagutan, sesekali lidah Nyai Siti terjulur untuk mencari sisa-sisa ludah Dewo. Setelah itu ciumannya turun ke dada Dewo untuk mempermainkan putingnya. Nyai Siti menghisap dan menjilatinya seperti yang tadi dilakukan Dewo pada putingnya.
“Ehm…” melenguh keenakan, Dewo menikmatinya dengan hati puas. Niatnya untuk menguasai Nyai Siti, kini terlaksana sudah. Bahkan lebih daripada dugaannya. Tanpa sengaja, Dewo telah mengubah istri Kyai Kholil yang alim dan pendiam itu menjadi wanita nakal yang haus akan belaian birahi.
Terbukti dari ulah Nyai Siti yang tanpa diminta, mulai mengulum dan mengocok kontol besar Dewo, padahal tadi di awal-awal dia sangat jijik melakukannya. Sekarang malah kelihatan sangat menikmati. Nyai Siti terus menghisapnya sambil sesekali mencucup kedua telurnya, membuat Dewo merem melem keenakan menerimanya.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Setelah kontol Dewo tegang sepenuhnya, Nyai Siti pun kemudian menaikinya, dan blesh…! Kontol itu dengan telak masuk ke lubang vaginanya. Setelah berdiam diri sejenak, Nyai Siti mulai bergerak naik turun. Ia menggenjot pinggulnya di atas batang kontol Dewo, menjadikan batang coklat panjang itu sebagai tumpuannya. Nyai Siti terus melakukannya sampai ia mendapatkan orgasme secara berulang, sama seperti saat persetubuhan pertama tadi.
Dewo yang belum orgasme kemudian meminta Nyai Siti untuk tidur telentang dengan bersandar pada bantal yang ditumpuk. Dewo menduduki dada Nyai Siti sambil memasukkan kontol besarnya ke mulut wanita cantik itu. Nyai Siti kelabakan mendapatkan sodokan kontol Dewo, tapi dia sama sekali tidak menolak. Dewo yang keenakan, terus menggenjotkan kontolnya dengan penuh nafsu.
Begitu cepatnya gesekan antara mulut Nyai Siti dengan batang penisnya, sampai membuat mulut Nyai Siti terasa nyeri. Rasa sakit itu baru mereda saat tak lama kemudian kontol Dewo ejakulasi menyemburkan semua isinya. Nyai Siti menampungnya dengan lahap dan lekas menelan semuanya. Kali ini, ia tidak ingin ada sperma Dewo yang terbuang percuma. Terlalu sayang kalau hal itu sampai terjadi.
Kelelahan setelah bertarung semalaman membuat keduanya akhirnya tertidur lelap sampai pagi. Saat bangun, badan Nyai Siti terasa pegal semua, bibirnya juga terasa sedikit perih. Namun semua itu terbayar lunas dengan kepuasan birahinya semalam. Sebelum pergi dari kamar Dewo, Nyai Siti masih sempat mempermainkan kontol laki-laki tua itu. Dia menghisap dan menjilati batang serta buah zakarnya. Bau kontol Dewo akibat persetubuhan semalam masih terasa, tapi menjadi harum di hidung Nyai Siti yang gila seks.
Dewo hanya mendesah dan menggeliat senang dengan perlakuan istri Kyai Kholil itu. Ia pun bangkit. Diputarnya tubuh montok Nyai Siti dan kemudian didudukinya buah dada Nyai Siti yang bulat besar. Dewo menggenjot kontolnya di mulut perempuan cantik itu sampai mengeluarkan spermanya, dan langsung ditelan oleh Nyai Siti dengan penuh nafsu. Mulai detik itu, resmilah sudah Nyai Siti menjadi budak seks kakek Dewo.
Hari-hari berikutnya, Nyai Siti yang sudah ketagihan dengan kontol panjang kakek Dewo, dengan tidak malu-malu lagi meminta kepada laki-laki tua itu untuk menyetubuhinya. Disaat sang anak dan adiknya tidak ada di rumah, mereka melakukannya. Bahkan pernah sehabis pulang dari ladang, Dewo yang hanya mengenakan celana kolor kusam, dengan bertelanjang dada, begitu sampai di rumah, langsung dihujani ciuman oleh Nyai Siti. Seperti orang kehausan, Nyai Siti mencari dan menghisap keringat Dewo. Dan mereka pun bersetubuh di sisa hari itu.
Dewo membuka tas yang ia bawa dari Malaysia, dia sedang mencari kaset film porno yang dia beli dari negeri jiran tersebut. Dia berniat akan memperlihatkan permainan seks panas yang ada di kaset tersebut dimana si perempuan dientot di mulut, vagina, dan anusnya, sampai disuruh menelan sperma di mulut yang bercampur dengan kotorannya sendiri. Anehnya si perempuan sangat menikmati permainan tersebut.
Dewo kemudian menemui Nyai Siti dan bertanya, “Apa Nyai pernah melihat film porno?”
“Belum,” jawab Nyai Siti.
Dewo pun segera meminta Nyai Siti untuk memutar kaset yang ada di tangannya. “Nyai nonton dulu ya, saya tinggal beli rokok di warung.” ucapnya. Dewo pergi ke warung yang agak jauh dari rumah Kyai Kholil. Ia sengaja melakukannya agar Nyai Siti puas menonton filmnya. Hampir setengah jam, baru Dewo kembali. Saat itu Nyai Siti sudah sangat bergairah sekali, tapi dia masih sungkan menunjukkannya pada Dewo. Layar di TV menunjukkan adegan seorang cewek yang dientot di anus kemudian menelan sperma si pria.
Dewo yang telah mencampurkan obat perangsang dosis tinggi ke dalam minuman kaleng dibawanya, segera mendekati istri Kyai Kholil itu. “Nggak haus, Nyai. Ini, ada sedikit minuman. Silahkan.” Dewo memberikannya pada Nyai Siti.
Dengan wajah semburat merah akibat menahan gairah, Nyai Siti menerimanya. “Terima kasih, Mas Dewo.” dan segera meminumnya tanpa curiga sama sekali. Dewo tersenyum melihatnya.
Lima menit kemudian, efeknya mulai merasuk. Gairah Nyai Siti jadi makin membara, dan karena saking bernafsunya hingga ia tanpa sungkan lagi membuka celana Dewo yang duduk di sebelahnya. “Mas Dewo, tolong bantu aku.” bisiknya serak.
Melihat tingkah istri Kyai Kholil itu, senyum Dewo semakin terkembang lebar. “Tentu saja, Nyai.” sahutnya sambil mengecup pipi Nyai Siti dan menyuruh wanita cantik itu agar menghisap penisnya.
Sekitar lima belas menit Nyai Siti menyepong kontol si Dewo, dia kemudian meminta Dewo untuk segera mengentotnya begitu ia sudah benar-benar tak tahan. “Mas, ayo masukkan kontol besarmu ke memekku.” pinta Nyai Siti tanpa malu.
Dewo yang merasa di atas angin, menyahut santai. “Aku mau ngentot kamu, Nyai, tapi aku minta dulu untuk memperawani anusmu.”
“Jaangan… sakit…!” Nyai Siti menggeleng.
“Kalo nggak mau, aku nggak akan ngentot kamu lagi.” ancam si Dewo.
Nyai Siti terdiam.
“Gimana, Nyai, mau apa enggak aku memperawani anusmu?”
Nyai Siti tetap diam. Ia tampak bingung, antara pengen dientot dan takut sakit, karena selama pernikahan dengan Kyai Kholil, ia belum pernah ditusuk di anus. Gaya bercinta Kyai Kholil sangat monoton, hanya posisi misionaris dengan Nyai Siti di bawah dan Kyai Kholil di atas. Itupun hanya berlangsung beberapa saat, paling lama lima menit sudah keluar.
Nyai Siti tidak pernah puas dengan persetubuhan mereka, tapi sebagai istri yang baik, ia tabu untuk mengeluhkannya. Dan sekarang, setelah bertemu dengan Dewo, sisi liarnya sebagai seorang wanita muncul keluar. Gaya bercinta Dewo yang cenderung kasar tapi sangat memuaskan sungguh sangat dirindukannya. Nyai Siti tidak sanggup untuk berpisah dengan laki-laki itu. Jadi, sambil menghela nafas berat, iapun berkata…
“Baik, aku mau. Tapi setelah kuberikan keperawanan anusku, nanti entot memekku ya?” pintanya.
“Hahaha…” Dewo tertawa puas. “Iya, nanti akan aku entot memekmu,” jawabnya menyanggupi.
Nyai Siti menunduk malu, merasa kalau harga dirinya sudah tidak ada lagi. Tapi mau bagaimana lagi, memang begitulah adanya. Jadi saat Dewo berkata sambil tertawa, “Sekarang nungging di lantai!” dia tidak menolak sama sekali.
Nyai Siti pun segera membungkukkan badan dan kemudian menungging di lantai. Ia mengangkat baju gamisnya sampai ke pinggang dan memelorotkan celana dalamnya sampai ke lutut. Jilbabnya tetap ia biarkan melingkar menutupi kepala. Dewo yang melihat lubang anus Nyai Siti mengintip malu-malu dari belahan pantatnya, menjadi tidak sabar lagi untuk segera memasukinya. Setelah diludahi sedikit, ia pun segera membenamkan kontolnya dalam-dalam. Tak peduli pada Nyai Siti yang menjerit kesakitan
“Aaaaaaaduhhhh… ssssakittttttt,” rengek Nyai Siti.
“Diam kamu, Lonte! Katanya mau dientot, sebentar lagi kamu tidak merasakan sakit lagi.” kata Dewo kejam.
Dengan sedikit agak kesulitan, akhirnya kontol Dewo pun berhasil menjebol anus Nyai Siti yang masih perawan. Dan kemudian, tanpa menunggu lama, mulai memompanya maju-mundur dengan cepat. Dewo melihat kontolnya memerah karena darah yang keluar dari anus Nyai Siti. Ia tersenyum gembira.
Setelah beberapa menit, betul seperti yang dikatakan Dewo, Nyai Siti mulai merasakan kenikmatan yang bercampur dengan rasa sakit pada lubang anusnya. “Ooh… enak, Mas… sakittt… tapi enak, Mas… aduh!” rintihnya.
“Sakit apa enak, Nyai Siti lonteku… perekku… gundikku…” tanya Dewo sambil meremas-remas kuat bokong Nyai Siti yang membulat indah. Ia tidak sungkan untuk mengeluarkan kata-kata kotor karena merasa Nyai Siti sudah tidak berharga lagi. Wanita itu sudah jadi budak seksnya.
“Enak, Mas Dewo. Terusss… lakukan sesukamu…” jawab Nyai Siti suka.
Sambil terus menggenjot penisnya, tak lupa tangan Dewo menyusup masuk ke dalam gamis Nyai Siti dan kemudian meremas serta memilin susu Nyai Siti yang masih tertutup dengan beha.
Tak lama kemudian Nyai Siti berteriak. “Aaaaaaa… aku keluar, Mas Dewo… remas susuku yang kuat!” Nyai Siti mendapatkan orgasmenya yang pertama saat dientot di anus.
Dewo menggeram. “Iya, tahan Lonteku sayang. Aku masih belum.” dia terus menggenjot pinggulnya, tak peduli dengan vagina Nyai Siti yang berkedut kencang saat menyemburkan cairan cintanya ke lantai.
Diremas-remasnya payudara Nyai Siti semakin kuat saat dua puluh menit kemudian Dewo tidak mampu lagi untuk menahan hasrat birahinya. Padahal saat itu Nyai Siti yang sedang ia sodomi, hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. “Nyai, aku mau keluar…!” bisik Dewo dengan penis menusuk semakin dalam.
“Aku juga, Mas Dewo… kamu memang hebat! Aaaaaaah…” selesai berkata, tubuh Nyai Siti kembali bergetar. Ia kembali orgasme. Cairan bening kembali memancar dari liang vaginanya yang sama sekali tidak dipakai oleh Dewo.
Dewo yang juga sudah hampir mencapai klimaks, segera mengeluarkan kontolnya dari anus Nyai Siti, kemudian menggulingkan tubuh wanita cantik itu hingga telentang. Dia kemudian menduduki dada Nyai Siti. Tangan kanannya mengocok kontolnya dengan cepat, sedangkan tangan kirinya mengangkat sedikit kepala Nyai Siti yang terbungkus jilbab. “Ini, Nyai, air mani kesukaanmu… telan! Buka mulutmu!” perintah Dewo.
Tanpa rasa jijik, mengabaikan bau kotoran dari kontol Dewo, Nyai Siti segera membuka mulutnya. “Aaaaahhhhhh…”
“Terima ini, Nyai!” sedikit mendelik, Dewo menyemburkan air maninya ke mulut Nyai Siti. Ia mengarahkannya tepat ke kerongkongan istri Kyai Kholil itu hingga Nyai Siti bisa menelannya dengan mudah. Seperti orang kehausan, Nyai Siti menenggak semuanya. Tak lupa juga ia membersihkan kontol Dewo yang penuh dengan sperma dan darahnya sendiri dengan menjilatinya penuh nafsu. Kelelahan tapi puas, Dewo kemudian rebah di samping tubuh Nyai Siti.
Nyai Siti yang sudah gila dengan kontol Dewo, ikut menggeser tubuhnya. Ia seperti tidak rela kehilangan kontol laki-laki tua itu. Dengan lembut ia memandangi kontol Dewo sambil mulutnya mulai menjilat lagi, sesekali ia juga menciumi ujung kontol Dewo yang tumpul. Akibatnya kontol Dewo jadi mengeras kembali akibat perbuatannya itu.
Dewo hanya tersenyum kecil menerimanya dan berkata, “Teruskan, Lonteku yang binal, sepong kontolku sesukamu. Apa kamu menyukainya?” tanya dewo dengan tangan meremas-remas payudara Nyai Siti yang membulat indah.
Cerita Ngentot Muslihat Sang Kakek Bejat
Nyai Siti memandang sebentar wajah Dewo, dan sambil tersenyum malu-malu ia mengangguk.
“Nyai, apakah aku boleh meminta sesuatu darimu?” tanya Dewo, dipilinnya kedua puting Nyai Siti yang berada dalam genggaman tangannya kuat-kuat.
“Ehmm,” merintih sebentar, Nyai Siti kemudian menjawab. “Mintalah, pasti akan aku penuhi, Mas Dewo. Bahkan jiwa dan ragaku hanya untukmu, untuk kontolmu.” yakinnya.
Dewo mengangguk puas. “Kalau begitu, aku minta perawan anak dan adikmu… gimana, Nyai?” tanyanya. “Aku kasihan dengan tempekmu yang tidak mampu lagi menahan genjotan kontolku, dan aku janji akan memberikan kepuasan kepadamu, setiap hari.” tambah Dewo.
Tanpa berpikir panjang, Nyai Siti mengangguk. “Baik, Pangeran Kontol,” hanya itu jawaban singkat darinya.
Dewo tertawa penuh kemenangan. Dengan kasar ia menjambak jilbab Nyai Siti dan berkata, “Terima kasih, Lonte budak nafsuku. Nah sekarang, aku pengen ngentot mulutmu, dan akan kuberikan mani kesukaanmu.”
Dewo kemudian menggenjot kontolnya di mulut Nyai Siti, sampai muka istri Kyai Kholil itu memerah, bahkan tersedak. Tapi Dewo tidak menghiraukannya, malah ia memasukkan kontolnya semakin dalam, sampai mentok di tenggorokan Nyai Siti. Tidak bisa menolak, dengan pasrah Nyai Siti menerimanya. Meski nafasnya sedikit sesak, ia nikmati hujaman kontol panjang Dewo di mulutnya sampai laki-laki itu klimaks. Dewo menekan kontolnya dalam-dalam ke tenggorokan Nyai Siti saat spermanya menyembur keluar.
“Aahhhhh… aku keluar, Nyai.” rintih laki-laki tua itu. “Ini lonteku, terima maniku!” racau Dewo tidak karuan.
Nyai Siti segera meneguk dan menelan semuanya sebelum terkapar lemas di lantai. Ia kelelahan, sangat kelelahan. Dewo menyeringai kejam dan mengecup bibir manis Nyai Siti. “Mandi yuk?” ajaknya. Dibopongnya tubuh Nyai Siti dan diantarnya menuju kamar mandi.
Di dalam, Dewo segera menelanjangi tubuh wanita cantik itu. Nyai Siti hanya pasrah saja menerimanya. Ia sudah terlalu lemas untuk memprotes. Lagian, ia juga suka dengan acara mandi bareng Dewo. Biasanya acara mandi mereka akan diakhiri dengan persetubuhan pamungkas yang hangat dan panas. Bokep Jepang
Tapi baru saja Dewo membuka kran bak mandi, terdengar suara ketukan di pintu depan. “Assalamu’alaikum…” itu suara Kyai Kholil. Dewo dan Nyai Siti yang sedang berpelukan langsung terdiam, tubuh mereka membeku. Dewo mengumpat dalam hati karena kesenangannya terganggu, begitu juga dengan Nyai Siti. Tapi sebelum Kyai Kholil memergoki mereka, Nyai Siti sudah cepat menyusun rencana. Dengan hanya berbalut handuk, ia keluar menemui sang suami.
“Tumben Abi pulang cepat?” sapanya ramah.
Kyai Kholil sedikit mendelik melihat dandangan sang istri. “Kok cuma pake handuk?” tanyanya pada Nyai Siti.
Nyai Siti segera menjawab, “Habis nguras kamar mandi.” didekatinya laki-laki itu dan ia salami tangannya.
“Aku mau ke kamar mandi, cuci muka.” kata Kyai Kholil mengagetkan.
“Jangan!” Nyai Siti berseru cepat, sedikit mencurigakan. “Em, maksudku… aku belum selesai, kamar mandi masih kosong.” kata Nyai Siti berbohong. Bahaya kalau sampai Kyai Kholil memergoki Dewo yang sedang ngumpet di kamar mandi dengan tubuh telanjang.
“Oh, begitu.” Kyai Kholil mengangguk. “Ya sudah, selesaikan dulu. Aku tunggu di kamar. Tubuhku capek.”
Nyai Siti tersenyum, “Tidak lama kok. Nanti habis ini Abi aku pijat.”
Kyai Kholil berbalik dan segera melangkah ke kamar. Begitu sang suami menutup pintu, Nyai Siti cepat melesat ke kamar mandi. Memeknya terasa sudah gatel banget akibat penundaan barusan. Ia sudah tak sabar untuk disetubuhi oleh Dewo yang sudah menunggu dengan penis mengacung tegak di kamar mandi.
“Dimana suamimu?” tanya Dewo saat Nyai Siti kembali masuk, segera dipeluknya tubuh sintal perempuan cantik itu.
Nyai Siti menggelayut manja di pundak Dewo dan berbisik. “Sudah kusingkirkan ke kamar. Ayo mandi barenga.” ajaknya pada Dewo.
Berikutnya, mereka mandi bersama dengan saling membantu menyabuni dan menyirami tubuh masing-masing. Nyai Siti mendesah memperhatikan bentuk tubuh Dewo yang masih tegap dan gempal di usia tuanya, termasuk juga ukuran kontol laki-laki itu yang cukup besar, hampir dua kali lipat kontol Kyai Kholil. Bagi Nyai Siti, semakin besar ukurannya semakin nikmat, ia sudah membuktikannya sendiri. Jadi dengan sayang ia menggenggam dan mempermainkan batang kontol Dewo hingga benda itu mekar mengembang lebih besar lagi.
“Kok dari tadi masih keras aja, Mas Dewo, padahal sudah dua kali keluar?” kata Nyai Siti dengan nada khas ibu-ibu yang doyan kontol, sudah tidak terlihat lagi kesan lugu dan alim dalam suaranya.
Dewo hanya tersenyum geli, “Iya, itu tandanya sudah pengen ngentot Nyai lagi.”
Nyai Siti menggenggam dan mengocoknya lembut. “Tapi di memek ya, kan belum dari tadi. Mas Dewo sudah janji lho,” tagihnya.
“Iya, aku juga pengen ngerasain memekmu, Lonteku sayang!” kata Dewo. Tangannya terulur untuk meremas-remas payudara Nyai Siti yang terasa licin dalam genggamannya.
Nyai Siti yang sudah begitu bergairah hanya bisa meringis-ringis kegelian menerima pijitan Dewo pada bulatan payudaranya, sementara ia sendiri menjulurkan tangan untuk meremas-remas kontol Dewo yang sudah mengeras tajam, “Cepat masukin, Mas Dewo. Aku sudah tak tahan.” pinta Nyai Siti memelas.
Tersenyum, Dewo segera menyuruh Nyai Siti berbaring di lantai dengan kedua kaki dibuka lebar-lebar. Tampak memek basah Nyai Siti terkuak dengan begitu jelasnya. Ia menciuminya sebentar sebelum akhirnya mulai menembus menggunakan batang penisnya.
“Hoghh,” rintih Nyai Siti saat kontol panjang Dewo mulai menusuk lubang memeknya. Terasa sedikit ketat dan perih karena begitu besarnya benda itu. Tapi Nyai Siti menyukainya karena memang inilah yang ia cari. Sedikit mengetatkan rangkulannya ke tubuh Dewo, ia meminta laki-laki itu agar meneruskan aksinya. “Tusuk terus, Mas Dewo. Terus. Ya… begitu!” rintih Nyai Siti.
Dengan keras Dewo menghunjamkan kontolnya, dan begitu sudah masuk, langsung menggoyangnya cepat. Nyai Siti yang sudah hafal dengan gaya permainan Dewo, melolong-lolong penuh kenikmatan. “Ughh… terus, Mas Dewo… ahh, nikmat sekali. Terus!”
Begitu nikmatnya permainan Dewo hingga tak butuh waktu lama, Nyai Siti sudah mengerang membuka kembali orgasmenya. Dan berikutnya saling susul menyusul hingga total empat kali ia mencapai puncak. Sementara Dewo tampak masih enjoy saja.
Ia tersenyum menikmati jepitan hanhat memek Nyai Siti. Tangannya melingkar di payudara perempuan cantik itu dan terus meremas-remas lembut disana sepanjang permainan. Di orgasme Nyai Siti yang kelima, barulah Dewo memuntahkan spermanya. Dengan cepat ia menarik keluar batang kontolnya dan mengarahkannya ke mulut Nyai Siti.
Nyai Siti yang sudah hafal dengan hobi Dewo, segera membuka mulutnya dan menerima semprotan pejuh Dewo dengan senang hati. “Terima ini, Lonteku cantik!” geram Dewo saat air maninya menyembur keluar. Dibungkamnya mulut Nyai Siti dengan batang penisnya hingga istri Kyai Kholil itu menelan semua spermanya. Setelah bersih, barulah ia melepaskan.
“Hh… hh…” Nyai Siti bernafas tersengal-sengal, tapi dia sangat puas.
“Gimana, enak kan kontolku?” tanya Dewo menguji apa yang barusan dialami oleh Nyai Siti.
“Bukan puas lagi, Mas. Tapi sangat puas. Aku mabok sama kontolmu.” jawab Nyai Siti mengakui apa yang didapatnya.
“Masih mau lagi?”
Nyai Siti mengangguk.
“Penuhi saja janjimu, dengan begitu aku bakal memuaskan Nyai tiap hari.” kata Dewo.
“Keperawanan anak dan adikku?” tebak Nyai Siti.
Dewo mengangguk dan tertawa pelan.
Nyai Siti terdiam. Sanggupkah dia menukar anak dan adiknya dengan kontol Dewo?
Rohmah dan Wiwik baru saja pulang dari jalan-jalan di sekitar desanya. Keduanya nampak anggun dengan memakai jubah dan jilbab lebarnya. Kecantikan dan kemolekan tubuh mereka membuat keduanya menjadi incaran pemuda kampung. Tetapi tidak ada yang benar-benar berani mendekat karena takut dengan Kyai Kholil.
Dewo merencanakan akan memperawani anak Nyai Siti dulu, dia meminta Nyai Siti untuk memasukkan obat perangsang dosis tinggi ke dalam minuman Rohmah. Dan kemudian meminta Nyai Siti untuk mengajak keluar Wiwik selama beberapa jam. Nyai Siti dengan tanpa membantah mematuhinya.
Sesampainya di rumah, Nyai Siti menyambut mereka dan kemudian menyodorkan minuman. Rohmah tanpa curiga langsung menghabiskan minumannya dan kemudian pergi ke kamarnya. Nyai Siti dengan perasaan bersalah namun tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian meminta Wiwik untuk mengantarkannya ke rumah sanak keluarga di desa sebelah dengan terlebih dulu memberitahu anaknya, si Rohmah.
“Mah, Umi mau pergi ke rumah budhe-mu dulu sama Wiwik, kamu hati-hati ya di rumah.” katanya.
“Iya, Mi.” sahut Rohmah dari dalam kamar.
Maka berangkatlah Nyai Siti dan Wiwik dengan mengendarai sepeda, meninggalkan Rohmah berdua dengan Dewo.
Minuman yang diberikan Nyai Siti atas perintah Dewo ternyata bukan hanya obat perangsang saja, tetapi juga telah diberi mantra pelet. Setelah lima belas menit, Rohmah mulai kelihatan gelisah, birahinya perlahan memuncak. Tanpa sadar tangannya mulai meremas-remas payudaranya sendiri. “Kenapa aku jadi begini?” batin Rohmah dalam hati, ia menyadari ada sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya, tapi sama sekali tidak tahu penyebabnya dan sekaligus tidak bisa melawan.
Malah seperti dituntun oleh kekuatan gelap, Rohmah keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu dengan masih melanjutkan remasan pada buah dadanya. Dewo yang mengintai dari balik pintu ruang tengah perlahan berjalan mendekat dan bertanya, “Neng Rohmah, kenapa susunya diremas-remas, gatal ya?” tanya Dewo dengan seringai mesum.
Rohmah tidak menjawab, tapi masih terus melanjutkan remasan tangannya. Ia tidak bisa menghentikannya, padahal tahu kalau perbuatan itu salah. Bahkan kini ada paman Dewo di depannya yang menonton dengan liur meleleh di bibir.
Merasa kalau obat perangsang dan mantra peletnya sudah bekerja sempurna, Dewo makin berani bertindak. “Mau saya bantu?” tanyanya kemudian.
Dan Rohmah seperti orang linglung, hanya mengangguk mengiyakan.
Melihat kesempatan itu, Dewo langsung meremas susu mulus Rohmah. Bisa dirasakannya payudara Rohmah yang baru tumbuh begitu empuk dan kenyal di genggaman tangannya. Beda sekali dengan punya Nyai Siti yang besar dan bulat, tapi sudah agak kendor. Payudara Rohmah masih terasa ‘utuh’, nyata kalau benda itu tidak pernah terjamah oleh tangan-tangan yang tidak berhak. Tapi sekarang Dewo berhasil menguasainya.
Dengan tidak sabar, Dewo menelusupkan tangannya masuk ke dalam BH mungil Rohmah. Sekarang bisa dipegangnya payudara gadis itu secara langsung. Ukurannya pas dengan cakupan tangannya, dengan puting mungil yang masih terasa sedikit rata. Dewo meremasnya, bergantian kiri dan kanan, merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal, juga begitu hangat dan lembutnya benda itu. Tak lupa juga putingnya yang mungil ia pijit dan pilin-pilin sedemikian rupa hingga perlahan membuatnya makin menegak dan menegang keras.
Mendapat perlakuan seperti itu, Rohmah yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki, jadi kelojotan sendiri. Tubuh mudanya perlahan mengejang dan menggelinjang, rintihan dan desisan silih berganti keluar dari bibir mungilnya. Apalagi ditambah obat perangsang Dewo yang makin kuat mencengkram iman tipisnya, dalam waktu sekejap, ia langsung orgasme. Cairan kewanitaan menyembur deras dari relung liang memeknya yang bahkan belum diapa-apakan oleh Dewo.
Melihat Rohmah sudah terkulai kelelahan dalam pelukannya, Dewo tersenyum semakin lebar. Nyai Siti saja yang sudah sering memberikan pengajian kepada ibu-ibu, takluk kepada dirinya, apalagi anak bau kencur seperti Rohmah, dengan mudah Dewo menjalankan rencananya. Tanpa perlu sungkan-sungkan lagi, ia pun bertanya. “Neng Rohmah, mau nggak melihat kontol Paman?”
Rohmah hanya tersipu malu menanggapi, tapi matanya tetap melirik ke arah tonjolan besar yang ada di selangkangan Dewo. Ia pasrah saja saat Dewo menarik tangannya dan meminta agar gadis itu mengelus-elus pelan batang penisnya. Dari luar celana saja benda itu sudah terasa begitu keras dan panjang, saat mencoba menggenggamnya, tangan mungil Rohmah tidak bisa mencakup semuanya. Rohmah sedikit terhenyak menghadapinya. “Gede banget, Paman!” lirihnya antara takut dan suka.
Dewo kemudian memelorotkan celananya, juga celana dalamnya, hingga kontol hitamnya yang sebesar pisang ambon tegak mengacung di depan Rohmah. Dengan sabar terus dibimbingnya tangan anak Kyai Kholil itu agar tetap menggenggam dan mengelus-elusnya pelan. “Ayo, Rohmah, emut dan sepong kontolku, pakai bibirmu!” kata Dewo saat mulai tak tahan. Ia memang paling suka kalau kontolnya diemut oleh perempuan. Bahkan dengan Nyai Siti, Dewo lebih banyak ejakulasi di mulut perempuan cantik itu daripada di memek Nyai Siti yang sempit.
Tidak membantah, meski agak sedikit kesulitan pada awalnya, Rohmah mencoba mengoral kontol Dewo. Ia mencoba menelannya bulat-bulat, tapi hanya muat kepalanya saja. Akhirnya Rohmah hanya menghisap ujung kontol Dewo sambil sesekali lidahnya terjulur untuk menjilati batangnya yang berurat tebal, tanpa pernah bisa melahapnya sama sekali. Dewo yang merasa tanggung dengan sepongan Rohmah, segera memberi tahu cara yang benar.
“Tahan nafasmu, Neng Rohmah. Anggap saja Neng lagi makan eskrim, nanti lama-lama juga bakal terbiasa sendiri.” kata Dewo memberi saran.
Rohmah segera mengikutinya. Dengan saran Dewo, ia mulai bisa menyepong kontol walaupun tetap terlihat agak sedikit kaku. Tapi sudah lumayan dibanding yang tadi. Sekarang sudah hampir setengah kontol Dewo yang masuk ke dalam mulutnya. Dewo juga mulai merasakan nikmat, bahkan lama-lama ia menjadi tak tahan hingga tanpa sadar mulai memegang kepala Rohmah yang masih terbungkus jilbab dan menggerakkannya maju-mundur dengan cepat. Ia memompa kontolnya ke mulut mungil gadis muda itu, sampai akhirnya…
Crooot! Crooot! Crooot! Spermanya muncrat memenuhi mulut basah Rohmah. “Aghmph… uhuk, uhuk!” Rohmah sedikit kaget dan terbatuk-batuk saat menerimanya, tapi sama sekali tidak bisa menolak.
“Ayo, Neng telan maniku! Aarrghhh… aku keluar!!” erang Dewo sambil menembakkan seluruh isi kontolnya ke mulut Rohmah.
Tidak ingin tersedak, dan juga penasaran ingin merasakan rasa air mani, Rohmah segera menelan seluruh sperma Dewo. Ia jilati seluruh cairan putih kental yang keluar dari kontol Dewo hingga tidak tersisa sedikitpun, bahkan yang masih menempel di batang penis Dewo juga ia hisap hingga bersih. Rasanya ternyata tidak sejijik yang ia bayangkan. Rasa mani Dewo ternyata cukup enak juga. Rohmah menyukainya. Gadis itu sama sekali tidak sadar kalau itu akibat dari obat perangsang yang ditaruh Dewo dalam minumannya. Rohmah yang tadinya lugu dan pendiam jadi nakal dan liar seperti sekarang. Bokep Korea
Melihat Rohmah berani menelan maninya, Dewo merasa yakin bahwa gadis itu kini sudah benar-benar berada dalam genggamannya. Ia tidak perlu merapal lagi mantra peletnya untuk membuat Rohmah semakin bertekuk lutut dalam dekapannya. Maka, sambil tersenyum puas, Dewo pun kemudian meminta Rohmah untuk berjanji, “Apakah kamu mau menjadi lonte, gundik dan budak seks-ku, Cah Manis?”
Tanpa membantah dan berpikir lagi, Rohmah segera mengangguk mengiyakan. “Iya, Paman!”
“Apakah kamu menyerahkan segenap jiwa ragamu untuk kontolku?” tanya Dewo sambil menatap lekat mata gadis muda itu.
Rohmah dengan takzim menjawab, “Aku akan selalu menjadi milik Paman, apapun yang Paman mau dan perintahkan akan saya laksanakan. Kontol Paman Dewo adalah segalanya bagiku, seluruh tubuhku hanya untuk kontol Paman. Mulutku, memekku dan anusku milik Paman semua. Paman boleh memasuki kapan dan dimanapun Paman ingin!”
Dewo tertawa terbahak-bahak. Tambah satu lagi koleksi budak seksnya, dan kali ini adalah anak bau kencur putri Kyai Kholil. Setelah mendapatkan ibunya, kini ia mendapatkan anaknya juga. Sungguh beruntung dirinya. Tinggal Wiwik, adik Nyai Siti, yang belum. Tapi itupun juga tidak akan lama karena Dewo sudah merencanakan sesuatu pada gadis itu. Setelah semuanya bertekuk lutut, baru Dewo akan tenang menjalani sisa hidupnya.
Melihat Dewo cuma tertawa-tawa sambil memandangi dirinya, Rohmah buru-buru menambahkan. “Bahkan Paman juga boleh mengencingi saya jika Paman mau, akan kubersihkan dengan mulut saya setelah Paman buang air. Apapun hanya untukmu, Paman Dewo.” kata gadis muda itu.
Mendengar janji Rohmah yang begitu muluk, Dewo tertawa semakin keras. Ia bagai malaikat saja di hadapan anak Kyai Kholil ini, pas sekali dengan namanya; Dewo! benar-benar seperti Dewa, begitu kuat dan perkasa, juga begitu berkuasa. Tidak ingin menyia-nyiakan keberadaan Rohmah yang sudah pasrah sepenuhnya, Dewo berniat untuk memperawani mulut, memek dan anus gadis cantik itu dengan kontolnya, sekarang, saat ini juga!
“Neng Rohmah, sekarang kamu lepas jubah dan celana dalammu. Setelah itu sepong kontolku sekali lagi, manisku!” kata Dewo dengan tersenyum buas.
Tanpa diminta dua kali, Rohmah pun melakukannya. Bahkan dia tampak melakukannya dengan terburu-buru karena sudah tak sabar untuk memegang dan mengemut kontol Dewo sekali lagi. “Sudah ngaceng lagi ya, Paman… gede banget, Rohmah suka!” desahnya lirih ketika kontol Dewo mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluan itu sebelum mulai menjilati ujungnya. Tampak matanya yang lentik menatap gemas ke arah kontol panjang Dewo.
“Arghh… terus, Budak cilikku! Hisap pakai mulutmu!” erang Dewo ketika Rohmah mulai mengulum kepala penisnya.
Rohmah terus menjilati lubang kencing Dewo, sebelum akhirnya mulai melahap dan mengulumnya setelah ujung kontol itu mulai melelehkan cairan beningnya. Sambil mengemut sebisa mungkin, tangan mungil Rohmah mengocok lembut batang kontol Dewo, sesekali juga diremasnya perlahan buah zakar laki-laki tua itu.
Mendapat perlakuan seperti itu, rasa nikmat yang tiada tara langsung menghinggapi tubuh kurus Dewo, meski Rohmah hanya menghisap sebagian batangnya, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya mengerang dan mendesis keenakan.
“Ya, terus begitu, Neng! Masukkan semuanya, jangan sampai ada yang tersisa!” Dewo memperhatikan kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab bergerak maju mundur secara teratur menghisap batang penisnya. Gadis itu sama sekali tidak mengeluh meski kontol Dewo membuat mulutnya ngilu karena saking besarnya. Justru Dewo yang merintih kecapekan karena kelamaan berdiri. Ia pun segera pindah ke kursi dan meminta Rohmah untuk jongkok di hadapannya, ia menyuruh gadis itu untuk kembali mengemut dan menjilati kontolnya.
“Isep lagi ya, Neng. Paman masih belum puas.” kata Dewo lirih.
Kembali mulut Rohmah hinggap di penisnya, menghisap lembut disana sambil sesekali menggigiti ujungnya yang sudah memerah tajam. Cairan bening yang terus keluar dari lubang kencingnya ditelan semua oleh Rohmah tanpa rasa ragu. Gadis belia itu sudah benar-benar berubah liar sekarang, sama seperti ibunya. Dewo tertawa senang melihatnya. Sambil mengelus-elus kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab, diperhatikannya bagaimana kontolnya yang besar menyesaki mulut Rohmah yang mungil. Rasanya benar-benar begitu nikmat.
Puas menikmati mulutnya, Dewo lalu meminta Rohmah untuk bangkit berdiri. Ia cium bibir gadis itu sambil meremas-remas tonjolan bukit payudaranya yang baru tumbuh dengan gemas. Tangan Dewo juga menyusup ke celah selangkangan Rohmah dan mulai mengusap-usap memeknya yang sudah terasa basah.
Ia buka paha gadis itu sedikit lebih lebar untuk mengelus-elus lubang serta itilnya. Tubuh mulus Rohmah kontan menggelinjang mendapat serangan beruntun seperti itu, ia memekik dan merintih-rintih di dalam dekapan Dewo, tapi sama sekali tidak menolak. Seperti janjinya tadi, ia rela menerima apapun perbuatan Dewo pada tubuhnya!
Dewo yang sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini, dengan kontol berdiri tegak, segera melepaskan pelukannya dan tidur telentang di lantai. Rohmah yang sudah telanjang bulat duduk bersimpuh di sebelahnya dengan muka menunduk merah, tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Maklum, ini adalah untuk pertama kalinya ia bersetubuh, dan selama ini ia belum pernah mendapatkan pendidikan apapun tentang seks dari kedua oarng tuanya. Bagi Kyai Kholil, adalah tabu membicarakan hal seperti itu dalam keluarganya. Maka jadilah Rohmah seperti kerbau yang dicocok hidungnya menghadapi Dewo yang sudah berpengalaman, tanpa membantah ia menuruti apapun perkataan laki-laki tua itu.
Tanpa memberi tahu Rohmah apa yang akan ia lakukan, Dewo membimbing gadis muda itu agar ikut telentang di sebelahnya. Rohmah menurut. Ia juga tidak membantah saat Dewo mengangkat kedua kakinya hingga ke pundak, membuat memeknya yang tadi tersembul malu-malu kini jadi terekspos dengan jelas.
Lubangnya yang mungil tampak membelah tipis, dengan lorong berwarna kemerahan yang sangat kecil, rambut-rambut halus tampak mulai tumbuh di sekitarnya, tapi masih belum begitu panjang. Dilihat dari segi manapun, sepertinya mustahil bagi kontol Dewo untuk menembus memek sekecil itu. Rohmah benar-benar masih perawan! Dewo tersenyum saat melihatnya. Ia benar-benar beruntung hari ini.
Pelan, Dewo memposisikan dirinya hingga ujung kontolnya tepat berada di depan lubang memek Rohmah. Bisa dirasakannya kalau memek itu seperti menolak kehadirannya. Begitu sempitnya hingga kontol Dewo seperti membentur dinding saat mencoba menerobosnya.
“A-aduh… sakit, Paman!!” rengek Rohmah saat Dewo terus merusaha menekan kontolnya.
“Diam kamu, Lonte! Tahan… katanya kamu mau kuperawani!!” ancam Dewo dengan pinggul terus terdorong ke depan. Pelan tapi pasti, setelah usaha berkali-kali yang cukup menguras keringat, akhirnya batang kontolnya perlahan menggelosor masuk. Meski terasa kesat dan sangat sempit, Dewo terus memaksakannya, tak peduli dengan Rohmah yang merintih-rintih dan menjerit pilu di bawah tubuhnya.
“Diam kamu! Atau mau kupukul?!” hardiknya.
Rohmah langsung terdiam. Untuk menahan rasa sakitnya, dia kemudian menggigit bibirnya agar tidak dimaki lagi oleh Dewo.
Begitu kontolnya sudah menancap semua, tanpa memberi kesempatan memek Rohmah untuk menyesuaikan diri, Dewo mulai menggenjot tubuhnya dengan kasar. Rohmah yang menerimanya cuma bisa menangis dan merintih sepelan mungkin, ia tidak ingin membuat Dewo jadi tersinggung. Rohmah ingin Pamannya itu benar-benar menikmati saat-saat mengambil keperawanannya, tak peduli meski dirinya merasa sakit dan terhina. Apapun akan sekuat tenaga ia tahan, yang penting Dewo merasa nikmat.
Darah perawan Rohmah yang mulai merembes keluar membuat kontol Dewo menjadi hitam kemerahan. Sambil terus menggoyang, tak henti-henti ia memijiti tonjolan buah dada Rohmah yang tersaji indah di depannya. Putingnya berulang kali ia pilin dan cubit keras-keras hingga membuat Rohmah menggelinjang kesakitan, namun tetap tidak mau berteriak.
Gadis itu benar-benar pasrah pada Dewo. Untunglah setelah beberapa saat, Rohmah yang tadinya kesakitan kini merasa keenakan. Memeknya sudah mulai melar dan menerima kehadiran kontol besar Dewo. Benda itu bahkan mulai mengucurkan cairan pelumas lebih banyak lagi untuk membantu Rohmah menahan gempuran si kakek tua.
“Terus entot aku, Paman!” pinta Rohmah semakin memanjakan Dewo. Tubuh mungilnya bergerak seirama dengan goyangan badan Dewo yang menindihnya dari atas. Terkadang erangannya berhenti saat Dewo menyodorkan jemarinya untuk dihisap.
Sambil terus menggenjot, Dewo sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga dapat menghisap bulatan payudara Rohmah. Enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini sambil memompa kontolnya naik turun dengan liar. Gemas Dewo melahapnya sambil sesekali menjilati puting merah mudanya yang tegak menantang. Perbuatannya itu membuat erangan Rohmah semakin keras terdengar, Dewo jadi semakin bergairah dibuatnya.
“Oughhh… Paman, aku mau keluar! Ooughhh…!!” tanpa bisa ditahan, gadis itupun klimaks. Cairan cintanya yang keluar bersamaan dengan darah perawannya membuat lantai keramik putih yang menjadi alas persetubuhan mereka berubah warna menjadi merah, terutama disekitar pantat Rohmah.
Tapi bukannya jijik, Dewo malah jadi sangat bernafsu dibuatnya. Goyangannya menjadi semakin liar dan brutal, begitu juga pilinan jari-jarinya di bukit payudara Rohmah, hingga membuat putri Kyai Kholil itu menjerit dan merintih semakin keras. “Ahh, Paman… ehssh! Arghh!” tubuhnya menggelinjang dan makin terkulai pasrah dalam dekapan Dewo. Dia telah dua kali mengalami orgasme, tetapi tampaknya kontol si Dewo masih belum terpuaskan. Benda itu terus menusuk dan mengobok-obok memek sempitnya yang kini sudah tidak perawan lagi, dan terus bergerak liar disana sampai Dewo mencabutnya tak lama kemudian.
Rohmah sedikit bernafas lega saat sumbat di memek sempitnya terlepas. Dia kira permainan ini akan segera berakhir, namun ternyata dia salah. Bukannya berhenti, Dewo malah meminta Rohmah agar membersihkan darah perawannya yang berceceran di lantai dengan menjilatinya. Tak bisa menolak, Rohmah pun melakukannya. Dengan sedikit menungging, ia menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat.
Selama dia bekerja, Dewo tak henti-henti meremas pantat mulusnya sambil sesekali salah satu jarinya menusuk masuk lubang anus Rohmah yang masih tertutup rapat. Rohmah sedikit berjengit saat menerimanya, namun tidak bisa menolak. Ia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Dewo selanjutnya.
Setelah lantai kembali bersih, Dewo kemudian memberinya perintah lain. “Isep lagi kontolku, pelacur cilik!” bisiknya dengan muka merah padam akibat menahan gairah.
Tanpa banyak bertanya, Rohmah kembali mematuhi. Dengan bibir merah karena belepotan oleh darah, ia menjilati kontol besar Dewo yang tersaji mantab di depan mulutnya. Setelah bersih, dia kemudian berkata pada Dewo. “Sudah, Paman. Sekarang apalagi yang bisa kulakukan untuk Paman?” tanyanya menantang.
Merasa disepelekan, Dewo segera meminta Rohmah untuk menungging. “Sebenarnya aku ingin melakukan ini di permainan kita yang kedua nanti, sama seperti yang kulakukan pada ibumu. Tapi karena kamu yang meminta, terpaksa akan aku lakukan sekarang.” jelasnya sambil mengelus-elus pantat mulus Rohmah yang tersaji indah di depannya. Dewo kelihatan sudah tak tahan ingin cepat-cepat mencicipi benda bulat itu.
“Lakukan, Paman. Apapun yang Paman inginkan, jangan sungkan-sungkan untuk memintanya. Tubuhku milik Paman sepenuhnya!” kata Rohmah.
Melihat kepasrahan gadis muda itu, Dewo pun segera menyiapkan kontolnya. Berpegangan pada bokong Rohmah yang bulat sekal, dia mulai menusukkannya ke depan, menerobos memek sempit Rohmah dari belakang. “Tahan, gundikku. Akan aku berikan kepuasan pada lubang anusmu sekarang!” kata Dewo menyeringai.
“Silahkan, Paman. Perawani bokongku sesuka Paman.” balas Rohmah tanpa rasa takut sedikitpun. Setelah kehilangan keperawanannya, ia benar-benar bisa lepas menyalurkan hasrat seksnya. Apalah bedanya kehilangan ‘lubang’ satu lagi, kalau tidak sekarang, toh Dewo bakal memintanya juga suatu saat nanti.
Rohmah menahan nafas saat merasakan air liur Dewo yang membasahi lubang anusnya. Dewo meludahinya berkali kali sambil terus berusaha menguak dengan jari-jarinya hingga lubang anus Rohmah perlahan mekar dan terbuka, semakin lama menjadi semakin lebar. Setelah dirasa cukup, barulah Dewo menempatkan batang kontolnya persis di tengah lubang dan mulai mendorong. Belssh! Dengan agak seret kontolnya menerobos masuk. Rohmah hanya bisa diam menahan sakit. Terasa kontol panjang Dewo mentok hingga ke usus besarnya.
“Oohhh… Sempit sekali bo’olmu, Neng.” desis Dewo penuh kepuasan. Jepitan anus Rohmah tak kalah dengan cekikan dinding memeknya. Dewo menyukainya. Perlahan ia mulai menggenjot pinggulnya untuk menyodomi anus Rohmah dari belakang. Sambil melakukannya, sesekali Dewo juga menampar dan memukul pantat gadis muda itu serta meremasi buah dadanya yang menggantung indah.
“Ooughhh… enak, Paman… nikmat… terus… terus entot tubuhku, Paman… lebih keras… lebih cepat…” rengek Rohmah untuk menyenangkan hati Dewo. Sama seperti pada memeknya tadi, awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan berubah menjadi enak, bahkan cenderung menjadi nikmat. Sangat nikmat malah hingga Rohmah mencapai klimaksnya tak lama kemudian. Cairan cintanya kembali membanjir keluar membasahi lantai keramik.
Dewo yang melihatnya menjadi begitu bergairah. Dipeluknya tubuh mungil Rohmah yang masih berkedut-kedut pelan sambil terus menggerakkan batang kontolnya semakin cepat di liang vagina gadis itu. Jepitan anus Rohmah yang semakin terasa kencang membuat Dewo tak mampu lagi menahan gejolak birahinya. Tak perlu waktu lama, iapun menyusul Rohmah.
Seperti biasa, beberapa detik sebelum pejuhnya meledak keluar, Dewo cepat-cepat menghentikan genjotannya dan menarik keluar batang penisnya. Memutar tubuh, ia berikan daging panjang itu kepada Rohmah. “Emut, nduk!” perintahnya dengan tubuh gemetar dan badan mengkilat oleh keringat.
Rohmah segera membuka mulutnya dan melahap kontol Dewo semampu mungkin. Dikocoknya benda itu dalam mulutnya hingga Dewo menggeram pelan, “Arghhh… terima ini, Lonteku! Arghhh… arghhh…” sambil memegangi kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab, Dewo mengeluarkan cairan maninya. Berkali-kali benda putih lengket itu menyembur keluar hingga memenuhi tenggorokan Rohmah. Sama seperti kejadian pertama, Putri Kyai Kholil itu dengan sigap langsung menelannya. Tampaknya ia sudah ketagihan dengan gurihnya sperma Dewo. Rohmah terus menjilati kontol Dewo sampai akhirnya benda itu melemas dan mengecil tak lama kemudian.
“Aghh… sudah, Neng Rohmah!” Dewo menarik keluar kontolnya dan terduduk lemas di kursi ruang tengah dengan badan gemetaran karena lelah.
“Iya, Paman. Rohmah ucapkan terimakasih karena Paman telah sudi ngewe sama aku.” kata Rohmah sambil tersenyum dan berkedip penuh arti. Bokep Asia
Tepat setelah mereka selesai membersihkan tubuh, Wiwik dan Nyai Siti pulang ke rumah. Dewo dan Rohmah bersikap senormal mungkin, pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Hanya Nyai Siti yang tahu, tapi berusaha tidak menunjukkannya. Sedangkan Wiwik sama sekali tidak curiga karena Rohmah sudah membersihkan lantai ruang tengah yang penuh dengan noda darah perawannya hingga mengkilat. Rohmah juga berusaha menahan rasa sakit di memek dan lubang anusnya dengan sebisa mungkin berjalan seperti biasa.
Nyai Siti tersenyum saat melihatnya. Dia kemudian menuju ke belakang, pergi ke kamar Dewo secara diam-diam. Sedangkan Wiwik yang sudah lelah langsung masuk ke dalam kamarnya. Rohmah juga sudah terlelap dalam tidurnya setelah kelelahan dientot oleh Dewo. Dengan perlahan-lahan Nyai Siti membuka pintu kamar Dewo, terlihat Dewo tengah duduk membelakanginya sambil menghisap rokok.
“Gimana, Mas, apakah kamu puas menikmati tubuh anakku?” tanya Nyai Siti.
Dewo menoleh dan tersenyum. “Kamu memang benar-benar lonteku yang baik, Nyai.” jawab Dewo. “Bersimpuhlah di depanku, akan kuberikan hadiah kontol kesukaanmu.”
“Ohhh… terima kasih, Mas Dewo.” Nyai Siti segera bersimpuh di depan Dewo yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan sarung. Bau badan Dewo yang tidak mandi setelah menikmati keperawanan anaknya, malah membuat Nyai Siti semakin bernafsu. Dia masukkan kepalanya ke dalam sarung Dewo, dan mulai mengoral kontol Dewo sambil sesekali menjilati pelirnya.
Dewo langsung mendesah mendapat perlakuan itu, setelah mematikan rokoknya, dia kemudian memegang kepala Nyai Siti yang berada di dalam sarungnya. “Agrhh, lonteku… terus… rasakan kontolku di tenggorokanmu!!” raung Dewo sambil menekan kepala Nyai Siti kuat-kuat, ia berusaha memasukkan lebih dalam lagi kontolnya ke mulut manis Nyai Siti.
Nyai Siti hampir tidak dapat bernafas karenanya. Ia berkali-kali tersedak, tapi tetap mengulum mesra karena ia menyukainya.
“Sebentar, Nyai.” kata Dewo sambil melepaskan kontonya dari mulut Nyai Siti.
“Ada apa, Mas?” tanya Nyai Siti heran, tidak biasanya Dewo menolak hisapannya.
“Aku mau mau kencing dulu, Nyai.” jawab Dewo.
Sambil tersenyum nakal, Nyai Siti berkata, “Ah, Mas Dewo, kenapa harus repot kencing ke luar… nih, mulutku kan bisa buat nampung kencingmu.” Nyai siti kemudian membuka mulutnya sambil mengarahkan kontol Dewo ke dalamnya.
“Benarkah, Nyai?” tanya Dewo tak percaya.
“Pelan-pelan ya, Mas, kencingnya… biar bisa aku minum semuanya.” sahut Nyai Siti kalem.
Mengangguk kegirangan, Dewo dengan pelan segera mengencingi mulut Nyai Siti. Air seninya yang berwarna putih kekuningan mengalir turun memenuhi mulut perempuan cantik itu. Dan seperti orang yang kehausan, Nyai Siti segera menelan dan menenggak semuanya, ia habiskan semua air kencing berbau pesing yang keluar dari kontol panjang Dewo.
“Nyai, cepat nungging di lantai, aku jadi tidak sabar pengen memasukkan kontolku ke dalam anusmu.” kata Dewo begitu kandung kemihnya sudah kosong, kebinalan Nyai Siti membuatnya jadi tak tahan.
Nyai Siti pun segera menungging, dan tanpa menunggu lama… jleebss! Dewo menusukkan kontolnya, dan… arghhh! Ia mulai memompa anus istri Kyai Kholil itu.
“Arghhh… terus, Mas… enak… ougghhhhh!!” genjotan Dewo yang sangat keras namun nikmat membuat Nyai Siti cepat orgasme tak lama kemudian. Cairan cintanya mengucur deras dari lubang memeknya, berjatuhan di lantai dan tikar tipis yang mereka gunakan sebagai alas. Dewo meraupnya dan segera meratakannya ke seluruh tubuh Nyai Siti. Diremas-remasnya payudara Nyai Siti yang bulat besar sambil terus menggenjot tubuhnya semakin keras. Kontol Dewo masih tetap perkasa, padahal Nyai Siti sudah dua kali mengalami orgasme. Laki-laki itu benar-benar luar biasa.
Dengan kasar Dewo kemudian membalik tubuh Nyai Siti hingga wanita itu sekarang telentang di lantai. Dewo bergeser ke atas, sambil kembali memainkan payudara Nyai Siti yang menjulang indah, ia masukkan kontolnya ke dalam mulut Nyai Siti yang sudah siap menerimanya. Meski sudah berancang-ancang sebelumnya, tapi karena begitu gedenya kontol Dewo, tak urung Nyai Siti tetap tersedak juga.
“Ayo, Nyai lonteku… aku entot mulutmu…” Dewo menusukkan kontolnya kuat-kuat, begitu kuatnya hingga hampir masuk ke dalam tenggorokan Nyai Siti.
Nyai Siti semakin terdesak dan tersiksa, namun sama sekali tidak bisa menolak. Untunglah tak lama kemudian Dewo sudah memuntahkan air maninya, Nyai Siti segera menelan semuanya karena Dewo tengah menacapkan kontolnya dalam-dalam, membuat spermanya masuk ke dalam kerongkongan Nyai Siti tanpa meluber sedikit pun.
Kini Dewo sudah sepenuhnya menguasai tubuh Nyai Siti, wanita itu rela melakukan apapun asalkan dibayar dengan kontol si Dewo. Impian Dewo untuk menguasai wanita di rumah itu tinggal selangkah lagi, giliran Wiwik, adik kandung Nyai Siti yang akan menjadi budak nafsu selanjutnya.
Nyai Siti terbangun di pagi hari setelah mendengar anaknya memanggil-manggil nama si Dewo, dia dengan berbisik segera membangunkan laki-laki tua yang sedang memeluk tubuhnya itu, Mas Dewo, bangun…
A-ada apa, Nyai? tanya Dewo. Ia menggeliat hingga kontolnya yang besar kembali bergesekan dengan kulit paha Nyai Siti.
Anakku memanggilmu di luar
gimana ini?! tampak raut muka Nyai Siti memucat, takut ketahuan.
Dewo dengan tenang menjawab, Ahh, gitu aja mesti bingung… ibunya aja jadi lonteku, masa anaknya nggak mau jadi gundikku.
Jawaban spontan dari Dewo tidak membuat Nyai Siti marah, justru sebaliknya, ia segera tersenyum dan mengangguk mengerti. Dewo telah merencanakan sesuatu.
Kamu diam disini, Nyai! Biar aku keluar sebentar menemui anakmu. kata Dewo sambil bangkit berdiri, dipandanginya tubuh molek Nyai Siti yang masih tergolek lemah di atas ranjang bututnya.
Sebelum keluar menemui Rohmah, Dewo membasahi tangannya dengan minyak yang ada di dalam lemari bajunya. Itu adalah minyak pelet, untuk jaga-jaga kalau Rohmah tiba-tiba sadar.
Ada apa, Non Rohmah? tanya Dewo saat sudah menjumpai gadis muda itu di ruang tengah.
Paman lihat ibuku tidak? Aku cari dari tadi tidak ada, mungkin paman tahu, jawab Rohmah tanpa curiga, sepertinya sisa pelet Dewo tadi malam masih berbekas pada gadis itu.
Tapi untuk berjaga-jaga, Dewo segera memegang tangan Rohmah, dioleskannya minyak pelet yang baru ke ujung jari gadis itu. Ayo masuk dulu ke kamar, nanti aku kasih tahu dimana ibumu. kata Dewo sambil merapal mantra pelet dalam hati.
Diserang dengan dosis dobel seperti itu kontan membuat Rohmah takluk, tanpa banyak bertanya ia mengikuti Dewo masuk ke dalam kamarnya. Sambil menuntun gadis itu, Dewo memberitahu kalau Nyai Siti sedang tidur di kamarnya. Awalnya Rohmah tak percaya, tapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri, ia akhirnya percaya, bahkan terkesima. Ibunya tampak tergolek lemas di atas ranjang Dewo, dengan tubuh nyaris bugil dan lelehan sperma di ujung bibir buah dadanya. Nyai Siti tersenyum malu melihat kedatangan anaknya.
Maafkan aku, Rohmah, kata Nyai Siti. tetapi memang harus kuakui, bahwa aku sangat mendambakan pria perkasa seperti Mas Dewo, dengan kontolnya yang panjang dan keras itu. jelasnya.
Rohmah hanya diam saja, bahkan saat Dewo mulai merangkul dan meremas-remas bongkahan payudaranya, ia juga tetap diam. Melihat kepasrahan gadis muda itu, Dewo jadi makin berani dengan melumat bibir tipis Rohmah penuh nafsu. Rohmah membalasnya dengan tak kalah bernafsu. Nyai Siti yang melihatnya hanya diam saja, dibiarkannya Dewo menikmati tubuh mulus anaknya sampai puas.
Dia bahkan mulai meremas dan mengusap-usap memeknya sendiri sambil melihat Rohmah yang kini mulai menyepong kontol panjang Dewo penuh nafsu. Hisapan dan jilatan Rohmah membuat benda itu menegang dengan cepat. Saat sudah mencapai ukuran maksimal, dengan kasar Dewo kemudian mendorong Rohmah hingga telentang di atas tempat tidur, lalu disingkapnya jubah gadis muda itu sambil mulai memasukkan kontolnya dengan paksa.
Aduh! Sakit!! rintih Rohmah pilu saat memek sempitnya kembali didesak oleh kontol Dewo yang besar dan panjang. Dia masih merasa nyeri akibat persetubuhan kemarin, dan sekarang harus kembali mengalaminya, ah akan jadi apa lubang kencingnya nanti?! Rohmah tidak sempat berpikir lebih lanjut karena Dewo sekarang sudah menggoyang dan menggenjot tubuhnya begitu keras, tampak tidak perduli dengan segala rintihan dan desahannya.
Namun Rohmah bersyukur karena lambat laun kesakitannya berubah menjadi rasa nikmat, bahkan begitu nikmatnya hingga ia mencapai orgasme pertamanya tak lama kemudian. Dewo yang masih belum apa-apa terus menggenjot tubuhnya kuat-kuat, membuat Rohmah jadi kembali nikmat dan meraih orgasme untuk yang kedua kalinya beberapa menit kemudian.
Dewo yang keenakan terus mencecar tubuh gadis muda itu, sambil menggoyang ia memenceti payudara Rohmah yang baru tumbuh secara bergantian. Dewo baru berhenti setelah Rohmah orgasme untuk yang ketiga kalinya. Sebenarnya Dewo masih ingin terus, tapi dilarang oleh Nyai Siti.
Kasihan dia, ayo ganti sama aku, Mas. ajak Nyai Siti sambil menunggingkan pinggulnya. Dewo yang masih tetap perkasa segera mengalihkan sasarannya, dengan cepat ia mencoblos anus perempuan cantik itu. Dewo menyetubuhi Nyai Siti sampai istri Kyai Kholil itu orgasme.
Dewo yang juga akan mencapai klimaks, kemudian berganti ke Rohmah, ia suruh gadis itu untuk tidur telentang. Dewo segera menaiki dadanya dan memasukkan batang kontolnya ke dalam mulut Rohmah, Dewo puas jika dia bisa orgasme di tenggorokan lawan jenisnya. Terus digenjotnya mulut mungil Rohmah sampai akhirnya
Arghhh
aku keluar, lonteku! Minum pejuhku! Ini gua entot mulutmu! erang Dewo saat orgasme. Bertetes-tetes air mani masuk ke dalam tenggorokan Rohmah sampai gadis itu tersedak dan terbatuk-batuk dibuatnya, tapi Rohmah tetap berusaha untuk menelan semuanya meski masih ada beberapa yang meleleh keluar.
Nyai Siti yang melihatnya segera mendekat untuk menjilati mulut anaknya, ia mencari sisa-sisa air mani Dewo yang dapat ia telan. Nyai Siti rupanya juga menyukainya. Kini kedua ibu dan anak itu sudah jatuh ke dalam pelukan si Dewo.
Dewo sudah akan merangkul dan mencium keduanya saat dengan tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ia pun terkesiap, dikiranya Kyai Kholil yang datang. Di ujung ruangan, tegak sesosok tubuh perempuan menatap mereka dengan matanya yang bulat. Ternyata Wiwik. Dia menatap tanpa berkedip. Tangan kanannya tertangkup di dada, sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun panjangnya yang kini terangkat di atas lutut. Mukanya sudah memerah dengan nafas yang sudah ngos-ngosan parah.
Tidak ada kemarahan di wajahnya, adik Nyai Siti itu malah tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Sejenak dia hanya diam. Dewo sudah akan mendekatinya saat tiba-tiba Wiwik melangkah dan menyerbu ke arahnya. Gadis itu melingkarkan tangan ke leher Dewo dan menciumi si lelaki tua dengan penuh nafsu. Aneh, Wiwik sama sekali tidak marah meski sudah melihat kakak dan sepupunya digarap oleh Dewo. Yang ada gadis itu malah seperti bergelora nafsunya, seakan meminta ingin dipuaskan juga.
Dewo tersenyum gembira, tanpa perlu susah payah memelet Wiwik, ia sudah bisa mendapatkan tubuh gadis muda itu. Dewo akan memperawaniya, disini, sekarang, di hadapan Rohmah dan Nyai Siti. Benar-benar situasi yang di luar dugaannya.
Rupanya sudah sejak tadi Wiwik mengintip dari luar pintu, mulai sejak Rohmah masuk ke kamar ini. Wiwik curiga saat tanpa sengaja melihat Dewo menggiring Rohmah masuk ke dalam kamar, apalagi sudah sejak pagi ia tidak melihat Nyai Siti yang biasanya selalu rajin bangun pagi. Rupanya kakaknya itu juga berada di kamar si Dewo. Mengintip dari lubang kunci, Wiwik tercekat begitu melihat apa yang terjadi. Awalnya dia sama sekali tak percaya dengan apa yang ia lihat. Disana, di atas ranjang, dilihatnya Dewo dengan leluasa menggarap Rohmah dan Nyai Siti.
Wiwik begitu marah, ingin ia langsung menyerbu masuk dan memarahi mereka bertiga. Tapi segera diurungkannya begitu melihat ekspresi Rohmah dan Nyai Siti yang sepertinya begitu menikmati persetubuhan itu. Tanpa sadar, Wiwik jadi penasaran. Dia terus mengintip, dan lama-lama, rasa penasarannya itu berubah menjadi rasa gairah yang meletup-letup, yang membuat vagina sempitnya jadi gatal dan membanjir. Dan tanpa menunggu lama, saat Dewo sudah selesai menuntaskan hajatnya kepada Rohmah dan Nyai Siti, iapun membuka pintu dan meminta jatahnya.
Jadi disinilah dia sekarang, berpelukan mesra dengan si Dewo sambil menciumi bibir laki-laki tua itu dengan garang. Dewo yang sama sekali tak siap, jadi sedikit gelagapan dibuatnya. Tapi dia cepat menguasai keadaan. Segera dibalasnya ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidah Wiwik. Beberapa saat lamanya lidah mereka saling membelit seperti tak mau lepas. Wiwik dengan rakus menghirup air liur Dewo, sementara Dewo tanpa banyak kata menurunkan gaun panjang gadis itu ke bawah, menampakkan dua gumpal buah dada yang sedikit lebih besar dari milik Rohmah. Putingnya yang kemerahan terlihat meruncing dan tegang.
Aku juga pengen, Paman. kata Wiwik terengah sambil memberikan kedua bulatan buah dadanya kepada Dewo, yang tentu saja disambut oleh laki-laki itu dengan senang hati.
Dewo segera meremas-remasnya sambil tak lupa mulutnya mengulum dan menjilati putingnya yang mungil menggemaskan. Benda mungil itu ia kunyah sepuas hati. Wiwik langsung mendesah keenakan dibuatnya. Jemarinya mencengkeram erat kepala Dewo. Dibiarkannya laki-laki itu melepas celana dalamnya hingga kini ia telanjang bulat. Hanya tersisa jilbab model blusukan yang menghiasi kepalanya.
Pelan Dewo mengusap gundukan vagina yang tidak berambut milik Wiwik, terasa cairan bening mulai meluap keluar dari celahnya yang sempit. Wiwik terus merintih, apalagi saat jemari Dewo makin menyelusup ke liang senggamanya dan mulai menyentuh klentitnya yang menyembul indah dengan ujung jari. Akhh… Wiwik langsung melolong tertahan dibuatnya. Geli, Paman! desahnya tersentak sembari memeluk erat leher Dewo.
Tak banyak cingcong, Dewo langsung merengkuh tubuh hangat Wiwik ke dalam pelukannya. Ia memeriksa kemaluan gadis itu, masih belum cukup basah untuk diperawani, masih perlu dicumbu sedikit lagi supaya gairah Wiwik lebih menggelora. Dewo kembali mencium bibirnya sambil tangannya menyusup untuk meremas-remas buah dada Wiwik yang terasa hangat dan kenyal. Benda itu berukuran sedang saja, tapi entah kenapa Dewo menyukainya. Mungkin karena putingnya yang sangat kecil, yang hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali puting itu sudah sedikit mengeras.
Perlahan tapi pasti, perbuatan Dewo itu membuat cairan pelicin milik Wiwik menjadi semakin banyak merembes keluar, tanda kalau memeknya sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegangi kontolnya, Dewo pun melakukannya. Seperti memek perawan pada umumnya, vagina Wiwik juga terasa licin dan rapat. Batang kontol Dewo seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir. Susah sekali melakukannya. Tapi dengan pengalamannya, Dewo akhirnya bisa juga memasukinya.
Auw! Arghhh!! Wiwik menjerit lirih saat selaput daranya robek oleh kontol Dewo. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan betapa ngilu gesekan kontol Dewo di liang kemaluannya. Nyai Siti segera mengelus-elus pundaknya untuk menenangkan, bisa dilihatnya kalau Wiwik hampir menangis dibuatnya.
Tahan, Wik. Nanti lama-lama juga enak kok. kata istri Kyai Kholil itu.
Iya, Mbak. Cuma sakit di awal saja. tambah Rohmah sambil mengusap-usap memeknya sendiri.
Dewo mulai menggerakkan pinggulnya, merasa senang karena cita-citanya tercapai. Di kamar sempit berukuran 2×3 meter itu, ia bisa menikmati tubuh semua wanita yang ada di rumah Kyai Kholil. Apa bukan beruntung itu namanya?
Sepuluh menit pertama mereka mengadu rasa, Wiwik masih terus merengek dan merintih-rintih karena sakit. Baru setelah cairan pelumasnya semakin banyak keluar, ia mulai bisa menikmati persetubuhan itu. Pasrah ia memeluk Dewo dan membenamkan wajahnya di leher laki-laki tua itu. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.
Di sprei, darah perawan Wiwik yang bercampur dengan cairan kenikmatannya tampak membekas tak bisa hilang. Dewo terus menusukkan kontolnya, sama sekali tak peduli dengan semua itu. Semakin lama, memek mungil Wiwik yang kini sudah tidak perawan lagi terasa semakin nikmat membungkus batang penisnya, hingga membuat Dewo semakin bersemangat menyetubuhi gadis muda itu. Wiwik membalas dengan menggerakkan pinggulnya berputar-putar, sesuai instruksi dari Nyai Siti. Ganas sekali putarannya, dia tampak sudah sepenuhnya menikmati persetubuhan itu.
Di sebelah mereka, tampak Rohmah dengan penuh nafsu menjilati kemaluan Nyai Siti. Melihat permainan Dewo dan Wiwik yang begitu panas dan mesra, rupanya membuat ibu dan anak itu jadi terangsang juga. Jadilah sekarang mereka saling mencumbu dan memuaskan satu sama lain. Dewo membantu dengan mengocok-ngocok memek Rohmah yang menganggur menggunakan dua jarinya, ia begitu puas bisa memiliki budak seks seperti mereka bertiga.
Ahhh… Wiwik mendesah nikmat sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan. Lipatan memeknya yang hangat terasa semakin licin dan kenyal.
Dewo yang melihatnya jadi semakin aktif mengocok dan menekan batang kontolnya. Tulang kemaluan mereka beradu, bibir memek Wiwik yang tebal menahan tekanan itu dengan kuat, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Wiwik sudah melimpah sedari tadi. Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat. Ooohhhhh… Paman!!
Dewo membantu dengan menekan kontolnya semakin dalam seiring dengan mengalirnya air mani gadis itu yang begitu deras dan kencang, hingga merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.
Enak sekali, Paman! Ooh! desah Wiwik suka. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas Dewo melihat memek gadis itu yang memerah karena darah perawab dan bibir luarnya yang tampak membengkak parah, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela-sela lipatannya yang sempit.
Enak, Wik? tanya Dewo sambil mencabut penisnya. Ia yang belum ejakulasi segera mengalihkan sasaran kepada Nyai Siti. Dientotnya istri Kyai Kholil itu di lubang memek.
Wiwik mengangguk dan kemudian bangkit untuk membenamkan wajahnya di susu Rohmah yang tidak seberapa besar, Wiwik menggoda sepupunya itu dengan mencium dan menjilati putingnya sesuka hati. Begitu dahsyatnya pengaruh Dewo hingga dia jadi begitu liar setelah kehilangan perawannya.
Lama mereka dalam posisi seperti itu, mungkin ada seperempat jam, sampai akhirnya Rohmah yang sudah tak tahan mendudukkan pantatnya di wajah Wiwik, menyuruh buliknya itu untuk mengulum dan menjilatnya. Ah, ayo, Mbak! Aku sudah tidak tahan lagi.
Sambil meremas pinggang dan payudara Rohmah, Wiwik pun beraksi. Ia ganyang habis vagina lembut dan basah itu. Rohmah segera merintih-rintih ingin lekas melepas nikmat. Terlihat memeknya berdenyut-denyut kencang saat ia menyemburkan cairan kewanitaannya, membuat mulut Wiwik jadi basah dan lengket karenanya.
Di saat yang hampir bersamaan, Nyai Siti juga mencapai orgasmenya. Setelah terkejang-kejang sebentar, wanita itu ambruk di atas tubuh kurus Dewo. Berat sekali rasanya menahan tubuh istri Kyai Kholil yang begitu montok itu, Dewo segera menyingkirkannya. Ia yang belum ejakulasi mulai mencari sasaran baru lagi. Tampak kontolnya masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Nyai Siti.
Disuruhnya Wiwik dan Nyai Siti untuk mengulumnya sebentar sebelum Dewo mengajak Rohmah untuk memulai ronde berikutnya tak lama kemudian. Ia bangkit berdiri, mendorong sedikit tubuh mulus gadis itu. Dewo ingin merasakan sesuatu yang lain, yang kemarin didapatnya dari Nyai Siti.
Ia menguruh Rohmah berdiri membelakanginya dan menumpukan kedua tangannya di dipan reyot yang ada di dalam kamar. Posisi Rohmah sekarang menungging di depannya. Nyai Siti yang mengerti apa yang diinginkan oleh Dewo, segera menyuruh anaknya untuk mengangkat pantatnya lagi. Dari belakang, disela-sela bongkahan pantat, nampak memek Rohmah yang membelah mungil masih meneteskan cairan kental banyak sekali.
Tapi bukan itu sasaran Dewo, lubang anus Rohmah lah yang ia inginkan. Dengan dua jari, Dewo mencoba menyingkapnya untuk mencari jalan, Rohmah langsung bergidik saat merasakannya. Paman, apa yang Paman inginkan? tanyanya dengan buah dada bergetar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.
Tenang saja, kamu tahan nafas ya?! bukan Dewo, malah Nyai Siti yang menyahut duluan.
Rohmah segera melakukan apa yang dikatakan oleh ibunya. Ia menarik nafas panjang saat Dewo mulai menusukkan penisnya. Creepp… laki-laki itu berusaha keras memasuki liang anusnya, tapi gumpalan pantat Rohmah yang bulat sekal sedikit menahan gerakannya. Dewo mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya… masuk juga. Oh, rasanya seperti dijepit dan dipilin-pilin, Dewo menyukainya. Ia menekan lagi, semakin dalam dan kencang.
Emhh… rintih Rohmah tertahan.
Dewo mulai bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluannya rasanya seperti dicengkram oleh anus Rohmah yang masih perawan. Sambil agak membungkuk, ia mencoba meraih buah dada gadis itu, Dewo meremas keduanya dari belakang.
Hangat dan sangat kenyal terasa di kedua telapak tangannya. Dewo memutar-mutar putingnya dengan ujung jari, membuat Rohmah yang mulai bisa menikmati jadi menggelinjang dan merintih karenanya. Ia bahkan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantanan Dewo bisa masuk lebih dalam ke dalam lorong anusnya.
Dengan tubuh penuh keringat, Dewo terus menekan dan menggosok-gosok dinding pantat Rohmah dengan batang kontolnya. Memang sedikit agak sulit, tapi dia sangat menikmatinya. Kemaluan mereka sudah begitu erat menyatu bermandikan cairan merah, darah dari anus Rohmah yang lecet parah. Tapi bukannya mengeluh kesakitan, Rohmah justru merasa kenikmatannya semakin meningkat, semakin lama semakin menghebat.
Aghh… hhh… gadis itu menggeram menahan rasa. Nafasnya berat dan melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang batang kontol Dewo. Samar dilihatnya memek Rohmah menyempit dan surrr… keluar cairan kental yang sangat banyak, menyembur deras hingga berceceran di lantai kamar. Yang ditusuk sebelah atas, tapi yang di bawah yang bocor.
Tubuh Rohmah bergetar menahan rasa geli yang luar biasa, sementara Dewo terus menekan batang kontolnya semakin dalam. Saat sudah tidak tahan lagi, ia pun mencabut penisnya dan mengarahkannya ke muka Rohmah. Wiwik dan Nyai Siti yang tidak ingin ketinggalan, segera menghambur mendekat. Dengan sabar Dewo membagi air maninya pada ketiga wanita itu.
Begitulah, sejak saat itu, jika Kyai Kholil tidak ada di rumah, Dewo dengan sesuka hati menggenjot Wiwik, Rohmah dan Nyai Siti, tergantung siapa yang ada. Mereka melakukannya tak pandang tempat, tidak hanya di kamar, di dapur dan halaman belakang juga sering. Dan tidak cuma dientot, Dewo juga bebas menyuruh apapun pada ketiga wanita itu, dan ketiganya sama sekali tidak menolak. Mereka benar-benar pasrah menjadi budak seks Dewo, dengan imbalan dientot di memek dan anus oleh laki-laki tua itu.
No comments