Kisah 3 Wanita yang Dipaksa Mengasuh Anak Anggota Geng Penjahat
Kisah 3 Wanita yang Dipaksa Mengasuh Anak Anggota Geng Penjahat
DetikGadis - Damary sedang menyiapkan makan malam ketika mendengar pintu depan tiba-tiba diketuk.
Perempuan berusia 23 tahun ini sedang tidak mengharapkan tamu.
Ia meletakkan mangkuk dan bergegas menuju pintu. Saat pintu dibuka, seorang laki-laki berdiri sambil memegang bayi yang diselimuti kain berwarna hijau. Laki-laki ini masih belia, sekitar 16 tahun usianya.
Damary tahu bahwa remaja belia ini adalah anggota geng yang beroperasi di daerahnya.
"Seseorang ingin berbicara kepadamu," kata remaja ini seraya menyodorkan telepon genggam.
Damary langsung mengenali suara di ujung telepon. Ia adalah anggota geng yang dijebloskan ke penjara satu tahun lalu.
"Kamu tahu, bayi ini milik siapa. Kamu harus mengasuh bayi ini dengan baik. Kamu tahu apa yang terjadi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap bayi ini. Kami mengawasimu," kata suara di ujung telepon.
Damary menerima bayi ini tanpa mengajukan pertanyaan dan menuju ruang tamu. Ia terduduk dan menangis.
Damary punya anak perempuan berusia tiga tahun dan sekarang tiba-tiba saja dipaksa mengasuh bayi, yang ia perkirakan baru berusia lima hari. Bagaimana ia melakukan semua ini sementara ia tidak bekerja?
Ia merasa tak punya uang yang cukup untuk membesarkan dua anak.
Ibu Damary, yang tinggal serumah, mencoba menenangkannya. "Sudahlah, terima saja nasib. Anggap saja bayi ini sebagai berkah," begitu kata ibu Damary.
Anak-anak yang ditinggalkan tidak dilengkapi dokumen. Para perempuan yang diminta mengasuh mereka tak tahu nama atau pun umur anak-anak ini. (BBC/Oliver de Ros)
Waktu berlalu dan bayi tersebut sekarang berusia dua tahun.
Seperti halnya anak-anak lain di kampung miskin di San Salvador, ia sering bermain di luar rumah bersama anak-anak lain.
Ia memanggil Damary 'mama'.
Yang menyedihkan adalah ia tak punya surat lahir. Tak ada yang tahu kapan dan di mana ia lahir. Bagaimana nanti ia mendaftar ke sekolah? Bagaimana jika perlu perawatan rumah sakit?
Apa yang harus dilakukan Damary ketika pihak berwenang bertanya tentang surat kelahirannya?
Terlepas dari ketiadaan dokumen resmi ini, Damary menganggap anak titipan ini layaknya anak sendiri.
Ia mencintainya sama seperti ia mencintai anaknya yang pertama. Ia mengasuhnya dengan sepenuh hati.
Juni 2017. Kami sedang mengobrol bersama Damary ketika teleponnya berdering.
Ia beranjak dan beberapa menit kemudian kembali. "Telepon dari penjara?" tanya saya.
Ia mengiyakan. "Mungkin ada yang melihat kita. Tak masalah. Ia hanya bertanya apakah anak yang saya asuh baik-baik saja," jawab Damary.
Ia sering menerima telepon seperti ini. Anggota geng yang dipenjara ingin memastikan anak yang diasuh Damary tak menemui masalah.
Geng-geng penjahat di El Salvador punya pengaruh yang besar di kampung-kampung miskin.
Tapi model pemaksaan pengasuhan anak seperti ini membuat warga di kampung miskin semakin merana. Tidak ada bantuan finansial untuk membesarkan anak-anak titipan.
Polisi sebenarnya melakukan patroli, tapi di komunitas ini aparat tak berdaya. Yang berkuasa adalah geng. (BBC/Oliver de Ros)
Saya berkunjung ke salah satu kampung, sebut saja Barrio 18 (saya tak bisa mengungkap nama asli karena alasan keamanan) pada 2016.
Barrio 18 sebenarnya bukan kawasan terpencil karena terletak tak jauh dari ibu kota San Salvador.
Polisi dan tentara sering melakukan patroli dan penggeledahan yang kadang diwarnai baku tembak.
Tapi aparat keamanan ini sepertinya tak berdaya menancapkan kekuasaan mereka di sini.
Penguasa sejati Barrio 18 adalah kelompok penjahat bernama Geng Revolusioner. Merekalah yang menentunkan siapa yang boleh masuk, pindah, membayar uang perlindungan, dan berbagai urusan lain.
Mereka pula yang menentukan siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus dibunuh.
Aturan yang mereka terapkan mencakup pula pakaian yang harus dikenakan warga, sekolah yang dibolehkan, musik yang harus diputar di jalan dan kapan orang boleh mengkonsumsi minuman keras di petang hari.
Aturan ini diterapkan dengan tangan besi.
Mereka yang menolak atau mencoba melaporkannya ke polisi akan dibunuh.
Seperti halnya Damary, Maria juga tiba-tiba saja dipaksa menjadi ibu, meski anak yang ia besarkan bukan bayi, tapi anak laki-laki berusia delapan tahun.
Semuanya berawal ketika kegiatan anak-anak di gereja di dekat rumahnya selesai pada suatu hari Sabtu.
Maria adalah salah satu warga yang membantu mengorganisir kegiatan ini.
Pada Sabtu tersebut, semua anak sudah diambil oleh orang tua mereka, kecuali anak laki-laki bernama Andreas.
Maria mengantarkan Andreas pulang, namun rumahnya kosong. Dicoba beberapa kali, tetap saja tak ada orang di rumah Andreas.
Akhirnya, Maria memutuskan Andreas untuk sementara tinggal di rumahnya sambil menunggu diserahkan ke orang tua atau kerabatnya.
Keesokan harinya, Maria menerima telepon.
"Terdengar suara laki-laki dan ia menyatakan saya sekarang yang bertanggung jawab mengasuh Andreas," tutur Maria.
"Jika terjadi hal-hal yang tidak mengenakkan terhadap Andreas, saya yang bertanggung jawab. Ia mengatakan tahu siapa saya dan tahu di mana keluarga saya," kata Maria.
Ini adalah ancaman terhadap Maria dan ia tak bisa berbuat banyak selain harus mengasuh Andreas.
Saya bertanya apakah Maria mengenali suara laki-laki di ujung telepon.
"Saya tak perlu tahu siapa dirinya ... mendengar suaranya sudah cukup untuk tahu siapa dia," katanya.
Sejak itu Maria sering menerima telepon. Kadang tak ada suara di ujung sana, hanya suara nafas yang terdengar, untuk mengingatkan Maria bahwa seseorang mengawasinya.
Ibu Maria ingin membantu mengasuh Andreas tapi tak banyak yang bisa ia lakukan.
"Ia mengatakan anggap saja Andreas sebagai berkah keluarga. Hanya dia dan saudara laki-laki saya yang tahu siapa Andreas," kata Maria.
Maria mengatakan dirinya mencintai Andreas tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, ia berharap Andreas diasuh oleh orang tua kandungnya.
Orang tua dari anak-anak yang dibesarkan mendekam di penjara, sementara perempuan yang dipaksa mengasuh anak-anak mereka tidak mendapat dukungan yang semestinya, baik finansial maupun nonfinansial. (BBC)
Sulit untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah perempuan di El Salvador yang dipaksa mengasuh anak orang lain.
Tapi menurut Factum, majalah investigatif di Amerika Tengah, di Barrio 18 saja terdapat setidaknya 12 perempuan yang dipaksa mengasuh anak-anak anggota geng penjahat.
Meski demikian, pemerintah sepertinya 'tak mau tahu'. CONNA, badan pemerintah yang mengurusi hak-hak anak mengatakan mereka tak tahu ada anak anggota geng yang diasuh oleh keluarga lain.
Karena tidak ada dukungan pemerintah, perempuan seperti Damary dan Maria menggantungkan bantuan dari LSM.
Tony baru berusia empat tahun, namun ia paham dengan kode-kode yang dipakai oleh anggota geng. (BBC/Oliver de Ros)
Kaum perempuan yang mengasuh anak anggota geng tidak punya kebebasan.
Marcela, yang membesarkan anak laki-laki yang sekarang berusia empat tahun, mengatakan bahwa semua pergerakan dirinya dan anak yang ia asuh harus mendapat persetujuan geng.
Ini berlaku untuk urusan ke luar rumah hingga yang lebih serius seperti pindah ke permukiman lain.
Tony, demikian nama panggilan anak yang diasuh Marcela, tak punya dokumen kelahiran dan ini akan menjadi masalah kelak di kemudian hari.
"Bagaimana kamu nanti mendaftarkan anak ini ke sekolah," tanya saya ke Marcela.
Ia menjawab, "Saya akan coba mencari akta kelahirannya di kantor wali kota."
"Bagaimana kalau harus ke rumah sakit dan pihak rumah sakit bertanya soal dokumen kelahiran?" tanya saya lebih lanjut.
"Saya tak tahu...," kata Marcela. "Saya mungkin akan meminta bantuan orang lain...," imbuhnya.
Bagi geng-geng penjahat, perempuan dibagi menjadi tiga: kekasih, kolaborator, dan budak seks.
Kini adalah satu tambahan kategori, ibu asuh. Ini adalah cara baru bagi mereka untuk memperbudak perempuan.
Dan bagi perempuan yang menjadi korban, mereka tak punya pilihan.
Jika menolak, nyawa mereka akan melayang.
No comments